Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.
Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.
Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.
Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?
Follow Ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Beberapa hari setelah pertemuan hari itu, Edgar membawa Tamara ke rumah keluarganya. Mama Ola begitu senang tiap kali Tamara mengunjungi rumah. Apalagi dia orang itu seperti punya kebiasaan yang sama. Hal tersebutlah yang membuat keduanya jadi cepat akrab.
Harusnya, Edgar pun ikut nimbrung bersama Mama Ola dan Tamara di ruang tamu, tapi laki-laki itu justru pergi ke kamarnya. Entah mau melakukan apa.
"Kamu sabar banget ngadepin anak Tante yang susah diatur itu. Apa kalian sudah ada membicarakan tentang hubungan yang serius? Melangkah ke jenjang pernikahan misalnya?" tanya Mama Ola.
"Aku sih sudah nyinggung-nyinggung ke arah sama. Cuma sepertinya Edgar masih belum mau, mungkin pikirannya masih fokus untuk mendapatkan proyek yang diinginkannya Tante."
"Ah, dasar anak itu! Kalau dinanti-nanti, gimana kalau nanti banyak orang yang terang-terangan lamar kamu! Kan nanti dia sendiri yang menyesal. Pokoknya kamu tenang aja, nanti Tante akan bantu kamu semoga Edgar segera terbuka pikirannya dan segera meresmikan hubungan kalian jadi sepasang suami istri."
"Makasih ya Tante. Tante baik banget sama aku."
"Sama-sama sayang, kamu juga wanita yang baik. Bagaimana bisa Tante menolak wanita baik hadir dalam keluarga Gautama?"
Hampir 4 jam Tamara main di rumah Edgar, Edgar keluar dari kamarnya ketika waktu makan malam sudah tiba.
"Dasar laki-laki nggak peka! Bukannya ditemenin, malah ditinggalin tidur di kamar, Tamara nya."
"Kan ada Mama. Lagian Tamara bilangnya rindu mau ketemu Mama."
Mama Ola jadi tertawa geli mendengarnya. Wanita paruh baya itu menganggap bahwa Edgar cemburu padanya karena kekasihnya lebih rindu mamanya dari pada Edgar sendiri.
"Lihat, dia cemburu sama Tante, Tam. Dasar kekanak-kanakan!"
Tamara pun jadi tersenyum malu mendengar ucapan Mama Ola. Keraguannya soal hubungannya dengan Edgar, selalu bisa dipulihkan dengan ucapan Mama Ola yang begitu menyenangkan.
Mereka pun makan malam bertiga disana, karena anggota keluarga yang lainnya sedang tak berada di rumah. Selesai makan malam, Edgar mengantar Tamara untuk pulang ke apartemen wanita itu.
Di sepanjang jalan, Tamara terus menggenggam tangan Edgar dan sesekali melihat ke arah Edgar yang fokus menyetir. Dia benar-benar beruntung mendapatkan laki-laki baik seperti Edgar yang selalu menjaganya dan melindungi dirinya.
Ketika sudah sampai di apartemen Tamara, Edgar mampir sebentar untuk sekedar minum atau makan satu dua cemilan yang akan diberikan oleh Tamara. Karena kalau tidak, biasanya Tamara akan ngambek dan itu susah untuk pulihnya.
Di depan layar televisi, Edgar dan Tamara duduk bersampingan. Minuman dan cemilan sudah ada di atas meja. Ditambah dengan film romantis yang sengaja Tamara setelah untuk mereka tonton berdua.
"Kita nonton dulu baru setelah itu kamu boleh pulang."
Edgar pun tak menolak, karena ia sadar betul, waktunya dan Tamara sangat terbatas. Karena memang ornage yang sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing.
Tamara sengaja memilih film romantis yang ada sedikit adegan 21+ nya. Tapi tanggapan Edgar biasa saja. Padahal yang Tamara dengar dari rekan kerjanya yang sesama aktris, ketika mereka nonton film yang ada adegan itunya dengan kekasih mereka, pasti mereka akan langsung mempraktekannya langsung. Tapi kenapa hal itu tidak berlaku pada Edgar?
Selalu ada pertanyaan di benaknya, kenapa Edgar hanya mau sebatas ciuman saja dengannya. Padahal banyak sekali yang suka mengajaknya pergi ke hotel meskipun orang-orang tersebut tahu, dirinya sudah memiliki kekasih.
Apa Edgar tidak mencintainya? Tapi sepertinya bukan itu alasannya dan Tamara pun tak ingin mempercayai jika itu memang alasannya.
Film romantis yang mereka tonton pun selesai. Tamara menatap dengan penuh cinta ke arah Edgar.
"Kenapa kamu tidak pernah menyentuhku lebih dari ciuman?" tanya Tamara.
"Dengarkan aku baik-baik," ucap Edgar sambil memegang kedua bahu Tamara.
"Aku punya prinsip hidupku sendiri. Aku tidak mau merusak sesuatu yang belum sah menjadi milikku. Jadi tugasku sebelum itu hanyalah menjagamu, melindungimu, baik itu dari orang lain ataupun dari aku sendiri. Paham kan?"
Tamara tahu ia memang tidak salah memilih kekasih. Edgar benar-benar membuatnya jatuh cinta. Dia pun mendekatkan bibirnya, hal itu bersambut dan dibalas oleh Edgar. Tapi beberapa saat kemudian, bibir mereka pun terlepas, dan berkahir dengan Tamara yang dikecup keningnya oleh Edgar.
"Kamu harus tahu, kamu itu berharga. Jadi, jangan biarkan orang lain merusak kamu. Aku pulang dulu."
Sejujurnya Tamara masih ingin bersama dengan Edgar. Tapi mau bagaimana lagi, ia pun tak bisa menahan Edgar terlalu lama disana. Hanya saja ia meminta sebuah pelukan dulu sebelum Edgar pulang.
"Jangan lupa kunci pintu. Ingat! Kamu itu aktris terkenal, kita tidak akan tahu bahaya apa yang terjadi kalau kamu ceroboh ataupun lalai."
"Iya, iya, bawel deh," jawab Tamara sambil senyum berseri. Perhatian kecil itu yang membuatnya jatuh hati ke Edgar.
*
*
Hari ini adalah hari terakhir Roni ada disana, besok Roni akan kembali ke luar kota untuk bekerja. Raisa pun harus sudah siap kembali menjemput si kembar pulang sekolah. Itu memang sudah menjadi rutinitasnya.
"Mba, sebelum aku balik ke luar kota, kita piknik bareng dulu yuk! Pergi kemana kek gitu. Ke taman, atau ke waduk juga boleh. Yang deket-deket aja, nggak usah yang jauh-jauh."
"Coba kamu tanya langsung ke si kembar, apa mereka mau."
"Pasti mau lah Mba. Mereka kan suka jalan-jalan. Beda sama maminya yang hidupnya cuma di restoran sama di rumah doang. Ke mall pun paling kalau dipaksa sama Kimi."
Mendapat ejekan dari Roni, Raisa cuma bisa mendengus sebal. Bukan tanpa alasan Raisa begitu, dia hanya tak ingin menonjol di antara banyak orang. Cukup masa lalunya yang buruk akibat hinaan dan cemoohan dari banyak orang. Ia benar-benar takut untuk berjalan keluar, apalagi bertemu dengan orang yang mengenalnya di masa lalu.
"Baiklah kalau begitu. Tapi aku yang pilih tempatnya, kamu jangan banyak protes."
"Oke, siap Mba."
Roni menurut saja dengan pilihan tempat dari Raisa. Yang paling penting baginya kan piknik bersama keluarga buka dimana tempatnya. Karena dimana pun tempatnya kalau bersama keluarga akan selalu bahagia dan menyenangkan.
Setelah obrolan dirinya dan Roni selesai, Raisa masuk ke kamar si kembar untuk melihat keadaan keduanya. Wajah tenang dan damai terlihat dengan jelas di antara keduanya. Meskipun satu kamar, tapi keduanya memiliki ranjang masing-masing dan memiliki imajinasi yang berbeda. Di dinding dekat ranjang Mia, ada banyak lukisan tempelan Barbie juga catnya yang berwarna pink. Beda dengan Kia, yang dinding di dekat ranjangnya, di chat warna gelap dengan banyaknya lukisan planet disana. Satu kamar dengan dua desain interior berbeda. Karena memang, di rumahnya yang sekarang hanya tersedia 3 kamar saja. Satu miliknya, satu milik si kembar, dan satu lagi milik Roni.
"Mami berharap kalian selalu bahagia dan tersenyum cerah setiap harinya. Maafkan Mami kalau belum bisa jadi mami yang sempurna untuk kalian."
*
*
TBC