Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Di Suruh Pulang
Masa sidang skripsi sedang berlangsung, sejak pagi Kirana sangat gugup dan cemas sebelum berangkat ke kampus. Hingga pagi sebelum berangkat ke kampus, Kirana sarapan tidak tenang dan membuat Bryan jadi heran.
"Kamu kenapa ngga habis sarapannya?" tanya Bryan.
"Hari ini saya sidang skripsi, saya gugup tuan." jawab Kirana yang sedang menyuapi Missel.
"Habiskan makanmu, biar aku yang menyuapi Missel." kata Bryan.
Dia mengambil piring dari tangan Kirana dan menyuapi makanan pada Missel. Kirana menurut, dia memakan kembali makanannya meski pun rasanya hambar.
Dengan cepat Kirana menghabiskan makanannya, lalu dia pergi dari meja makan dan menuju kamarnya. Mengambil beberapa buk referensinya juga tasnya. Dia hendak langsung berangkat, namun ingat akan Missel dan Bryan di meja makan. Kemudian dia kembali lagi ke meja makan dan izin pada Bryan.
"Emm, tuan. Apa saya bisa berangkat lebih dulu?" tanya Kirana.
Bryan menoleh, dia pun menatap anaknya.
"Missel sayang, tante Kiran berangkat lebih dulu. Kamu berangkat sama papi ya." kata Bryan.
"Biasanya juga sama papi, tapi kenapa dengan tante Kiran?"
"Tante mau ujian sayang, jadi hari ini tante ngga nunggui Missel di sekolah. Ngga apa-apa ya?" kata Kirana.
Wajah Missel cemberut, namun akhirnya dia mengangguk pelan. Kirana tersenyum senang, dia pun mendekat pada Missel dan mencium pipinya.
"Terima kasih, besok-besok tante tungguin lagi Missel kok. Karena tante hari ini mau ujian, doakan tante ya." kata Kirana pada Missel dengan senyum cerianya.
Bryan tersenyum tipis, rasanya dia melihat Kirana dan Missel seperti anak dan ibu yang saling menyayangi.
"Ya tante, semoga tante lulus deh."
"Oke, terima kasih Missel. Tante pergi dulu ya, daah."
"Tante!" panggi Missel.
"Kenapa?" tanya Kirana.
"Kok ngga izin sama papi?" tanya Missel lagi, membuay Kirana kaget.
Kirana diam, dia menatap Bryan yang juga menatapnya.
"Emm, saya berangkat dulu tuan." ucap Kirana pada Bryan.
"Ya, semoga sidangmu lancar." jawab Bryan.
"Terima kasih, saya pergi dulu."
"Hemm."
Kirana melangkah pergi meninggalkan anak dan ayah itu yang masih berada di meja makan. Keduanya pun menyudahi sarapannya dan segera bersiap pergi mengantar Missel ke sekolah.
_
Sejak di persidangan skripsi, ponsel Elana terus berderinh. Hanya saja dia buat silent agar tidak mengganggi sidangnya.
Satu jam lebih dia sidang, dan akhirnya selesai juga. Dan kembali ponsel Kirana bergetar lagi, dia pun mengambil ponselnya dan menjawab telepon dari ayahnya di kampung.
"Halo ayah, ada apa?"
"Kamu kapan pulang?" tanya ayah Kiran dengan kencang, membuat Kiran menjauhkan ponselnya.
"Tunggu wisuda ayah." jawab Kirana untuk mengulur waktu pulangnya.
"Kapan wisuda?" tanya ayahnya lagi.
"Ngga tahu ayah, mungkin satu bulan lagi atau dua bulan lagi." jawab Kirana bingung.
"Lama banget, sudah pokoknya besok kamu pulang."
"Yah, kok mendadak begitu. Ngga bisa yah."
"Ayah ngga mendadak, bulan lalu ayah sudah minta sama kamu untuk pulang bulan ini. Jangan mengulur waktu lagi Kirana, Doni sudah ada di kampung ini. Dia ingin ketemu denganmu."
"Ayah gimana sih, kan Kiran belum selesai."
"Ayah ngga peduli, besok kamu harus pulang. Kalau tidak, ayah yang akan menjemputmu sama Doni besok!"
"Ck, ayah maksa terus."
"Kalau ngga di paksa, kamu akan ngeyel terus. Awas kalau besok ngga pulang." ancam ayah Kirana lagi.
"Iya, besok Kiran pulang. Tapi sorean yah, karena kan pulang kerja sore sekaligus pamit sama bos Kiran." kata Kirana.
"Iya, yang penting kamu pulang besok."
"Iya."
"Ya sudah, ayah tutup dulu teleponnya."
"Iya."
Klik
Kirana pun menyimpan ponselnya lagi ke dalam tasnya. Perutnya sudah berbunyi minta di isi, dia pun pergi ke kantin. Hatinya campur aduk, pertama dia senang karena sidang skripsinya lulus dan kedua dia kesal pada ayahnya memaksanya untuk segera pulang kampung.
Berarti malam ini dia harus izin untuk pulang lebih dulu ke kampung. Nanti setelah urusannya selesai dia kembali lagi. Entah untuk melanjutkan bekerja di rumah Bryan atau pamit pulang kampung selamanya dan menikah dengan Doni.
Dia berat juga jika harus meninggalkan Missel, nanti bagaimana jika Missel mencarinya. Apa lagi sekarang Kirana juga sudah sayang sama Missel.
"Bagaimana nanti izin sama tuan Bryan ya?" gumam Kirana di sela-selan makan siangnya.
Kirana menyuapkan makanan ke dalam mulutnya lagi, berpikir lagi bagaimana membujuk ayahnya untuk tidak menjodohkannya
Sambil berpikir, dia juga akan pergi ke mall untuk membeli oleh-oleh di kampung. Membeli baju untuk kedua orang tuanya dan juga beberapa aksesoris dirinya.
_
Kirana sampai di rumah Bryan, ternyata sepi. Dia masuk ke dalam kamar Missel ternyata sepi, tidak ada anak kecil itu. Lalu dia ke dapur mencari Mimin yang sedang memasak.
Tapi dia tidak mendapati Mimin, ternyata tidak ada kegiatan memasak di dapur.
"Kemana mbak Mimin ya?" gumam Kirana.
Dia pun keluar rumah, menuju pos satpam. Siapa tahu Dodi tahu kemana Missel pergi.
"Mbak Kiran ada apa kemari?" tanya Dodi.
"Missel kok ngga ada ya?" tanya Kirana.
"Oh, non Missel pergi sama tuan Bryan. Katanya mau menjenguk omanya di luar kota yang sedang sakit." jawab Dodi.
"Oma yang mana?"
"Itu, omanya mertuanya tuan Bryan. Oma Ranti yang super cerewet itu." jawab Dodi.
"Ooh, gitu ya. Kira-kira berapa hari ya perginya?" tanya Kirana.
"Emm, biasanya sih paling lama itu lima hari. Kan oma Ranti itu ngga mau sebentar ketemu cucunya. Apa lagi kalau sama tuan Bryan, kadang suka manja." kata Dodi lagi.
Kirana mengerutkan dahinya, jadi sikap oma Ranti pada menantunya itu banyak yang tahu ya. Kata Kirana dalam hati.
"Memang semuda apa sih omanya Missel itu? Kata Mbak Mimin masih muda omanya Missel itu." tanya Kirana.
"Iya masih muda, tapi kalau sama tuan Bryan ya tua oma Ranti. Jauh, apa lagi sama mbak Kiran. Beeuuuh, jauh banget." kata Dodi lagi.
"Tuan Bryan memang berapa umurnya?"
"Emm, ngga jauh mbak sama saya. Saya nih dua puluh sembilan, kalau tuang Bryan kemungkinan tiga puluh atau tiga puluh satu. Beda dikit sama saya." ucap Dodi.
"Ooh, masih muda ya. Kata mbak Mimin omanya Missel itu sekitar empat puluh tujuhan mbak. Kalau mbak Kiran umurnya sekitar dua puluhan ya?"
"Hihihi, pak Dodi bisa nebak juga ya." kata Kirana.
"Tahulah mbak, saya suka ketemu orang-orang yang berbeda, jadi bisa membedakan orang-orang dengan usianya." kata Dodi.
Kirana tersenyum, dia lalu diam. Bingung izin pada siapa jika dia pulang ke kampung.
"Mbak Kiran kenapa?"
"Besok saya mau pulang kampung, tuan Bryan ngga ada jadi bingung." jawab Kirana.
"Kenapa pulang kampung mbak? Apa mau di jodohkan sama pemuda kampung, hehehe." tanya Dodi dengan candaannya.
"Anda benar pak Dodi, ayahku mau menjodohkan saya dengan juragan empang. Aku di suruh pulang kampung, tapi tuan Bryan ngga ada. Kalau besok ngga pulang, ayah saya yang akan jemput pulang. Gimana ini ya pak Dodi?"
"Ya pulang aja mbak, kalau nunggu tuan Bryan lama deh kayaknya."
"Tapi kalau Missel cari saya gimana?"
"Nanti saya bilang sama tuan Bryan, kalau mbak Kiran pulang kampung. Atau mbak Kiran telepon aja tuan Bryan."
Kirana diam, dia memikirkan apa yang di katakan oleh Dodi.
"Ya udah, nanti saya telepon tuan Bryan. Izin sama dia kalau satu minggu saya pulang kampung." kata Kirana.
Setelah mengobrol lama, Kirana pun masuk lagi ke dalam rumah. Dia akan bersiap untuk pulang besok pagi.
Promo lagi kaka, yuk yang kepo silakan mampir kemari..😊😊
_
_
_
********************