Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Kubus Guil Arc
[Sion PoV]
Turnamen segera dimulai, sekarang aku sudah berada ditempat dudukku. Pertandingan pertama adalah Pain Manabu vs Pahlawan—Jura Bastie.
Jujur saja aku tidak terlalu tertarik menonton ini, dengan adanya gelar 'Pahlawan', sudah bisa dipastikan kemungkinan menang Jura Bastie lebih besar.
Bahkan Liana disampingku hanya melihat dengan tatapan bosan. Ia samasekali tidak tertarik dengan pertarungan ini.
Diseberang terlihat Lise dan adiknya itu, lalu dengan beberapa orang di kerajaan ini juga, mereka sedang berbincang-bincang. Aku tidak bisa mendengarkan percakapan mereka dari sini, tapi kurasa itu hanya percakapan tidak penting.
"Pertarungan, dimulai!"
Pertarungan akhirnya dimulai dengan Pahlawan yang melesat menggunakan Speed dan memberikan tendangan pada perut Pain Manabu.
Membuat Pain itu terpental jauh, tapi ia berhasil menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh dengan ringan. Lalu ia juga mulai menyerang dengan pedangnya, dengan serangan vertikal mengarah ke kepala Sang Pahlawan.
Krank—!
Pedang mereka saling bertemu, wajah Pahlawan terlihat senang. Memang dalam pertarungan ini dia tidak mungkin kalah. Secara kekuatan pun mereka berada di tingkat yang berbeda.
Boom—!
Terjadi ledakan yang menyebabkan arena dipenuhi asap tebal. Setelah beberapa menit akhirnya asap mulai menghilang, memperlihatkan Pahlwan yang sudah mencekik Pain Manabu. Aku benar kan?
"Pemenangnya Pahlawan Jura Bastie!"
"Ouhhh!"
"Houhhh!"
"Ouhhhhh!"
Sorakan dari penonton yang menikmati pertarungan ini terdengar nyaring membuat arena terasa semakin ramai.
Aku dan Liana langsung pergi begitu ini selesai. Kami tidak punya waktu untuk melihat pertarungan semacam ini.
Untuk besok pertarungan antara Lynoir Fallen dan Trisstan Gorsfen. Kurasa itu akan jauh lebih merarik dari pada pertarungan yang ini.
"Hoaa..."
Dalam perjalanan kembali ke penginapan entah kenapa aku menjadi semakin mengantuk. Aku tidak sabar untuk giliranku, siapa itu lawanku? Kalau tidak salah... Kizumi Thirta yah?
Raja sialan dari kerajaan ini juga sepertinya mengincarku.
Meski hanya melihatnya sekali, tapi aku tau... Dia tidak semudah itu dikalahkan. Sepertinya jika ingin merebut Lise aku perlu berjuang lebih keras.
Sesampainya ke penginapan aku langsung memasuki kamar, sedangkan Liana menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ini saatnya mencoba 'itu'.
Tiga tahun lalu, aku memperoleh kekuatan aneh secara tidak sengaja. Awalnya kekuatan itu mengerikan, aku tidak bisa mengendalikannya. Namun, setelah beberapa tahun akhirnya aku mengerti cara menggunakannya.
Kubus Guil Arc.
Aku mengeluarkan batu-batu yang kukumpulkan dalam perjalanan pulang tadi. Lalu memegang batu-batu itu dan membayangkan batu itu menjadi... Kotak Penyimpanan.
Bayangkan...
Pada awalnya jelas gagal dan menyebabkan mana-ku terbuang sia-sia. Sial, perlu mana ekstra jika ingin mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kaeru.
Setelahnya terlihat sinar emas berkilau yang menyinari batu itu dan kemudian mengubahnya menjadi berbentuk sebuah kotak.
Apa aku berhasil?
Aku membuka kotak itu, didalamnya terlihat seperti lubang hitam. Namun aku bisa melihat barang-barang apa saja yang ada didalamnya.
Aku mengeluarkan sesuatu dari dalamnya... Ini, sebuah kalung?
Tapi setelahnya aku merasa tubuhku melemah dan akhirnya terjatuh keranjangku. Perlahan pandanganku mulai kabur, sampai akhirnya semuanya gelap.
Sial, aku kehabisan mana...
...---...
[Liana PoV]
"Bocah Sialan, baru saja kutinggalkan sebentar kau sudah kehabisan mana yah."
Memangnya apa yang ia lakukan sampai menghabiskan begitu banyak mana?
Aku mendekatinya melihat sebuah kotak berwarna hijau didekatnya. Benda yang bagus, aku bisa merasakan bahwa benda ini termasuk artefak yang bagus.
Lalu ada sebuah kalung juga, kalung yang sangat bagus, dengan permata biru yang begitu indah. Kurasa Nona Lise akan cocok mengenangkannya.
Tunggu sebentar!
Kalau tidak salah Nona Lise sudah punya kalung lain yang diberikan oleh Sion, kan?! Kalau dia dapat satu lagi berarti curang! Aku belum mendapatkan satupun!
Aku menunggu pria ini bangun cukup lama, sekitar enam jam berlalu dan akhirnya dia bangun. Ia menguap dan mengusap-usap matanya yang masih mengantuk.
"Ehem-ehem!"
Pria itu kemudian menoleh kearahku, wajahnya terlihat penasaran. "Hoaaa~ Apa yang terjadi? Seingatku aku kehabisan mana, lalu..."
"Kau tidur sekitar enam jam, aku menghabiskan waktu yang lama hanya untuk menunggumu bangun, kau tahu."
"Lalu kenapa? Itu saja?"
Sial, pria ini benar-benar tidak perduli denganku, kah. "Setidaknya beri aku pujian dong!"
Pria itu kemudian meletakkan tangannya dikepalaku, kemudian mengelus-elus lembut. "Baik, baik~ Terimakasih telah menjagaku."
Dug!
Ahh... Entah kenapa jantungku berdetak kencang.
"Dan juga Sion, ka-kalung itu..."
Ia kemudian mengambil kalung itu, lalu melihat kalung itu sebentar. "Kau mau? Kurasa akan cocok untukmu dalam penampilan begini."
"Eh?! Serius?!"
"Yeah," katanya, ia kemudian memasangkannya dari arah belakangku. Posisinya seakan dia memelukku dari belakang.
Dug!
"Hei, Sion."
"Hmm?" Ia masih mencoba memasangkan kalung itu untukku.
"Apa kau yakin untuk memenangkan pertarungan itu?"
"Kenapa kau menanyakan itu?"
"Entahlah, kurasa aku khawatir padamu."
Ia kemudian tersenyum tipis. "Kau tak perlu khawatir tentang itu, kau tahu? Aku masih menyembunyikan kekuatanku, loh."
Kekuatan? Kekuatan apa lagi yang ia sembunyikan?
"Hanya Lise yang mengetahui kekuatanku yang ini, jadi kurasa bisa menjadikan ini untuk serangan kejutan nanti, jika diperlukan."
Hanya Nona Lise yang mengetahuinya... Benar juga, Nona Lise lebih lama dariku bersamanya. Wajar saja kalau dia lebih tau soal Sion, melebihi diriku.
Kalungnya telah selesai dipasang, aku melihat diriku di cermin dan terkagum-kagum dengan diriku sendiri yang begitu cantik ditambah kalung yang ia berikan.
Aku kemudian berbalik, tubuhku reflek memeluk pria itu. "Kau, tidak boleh meninggalkanku, oke?"
"Yeah," jawabnya dengan senyuman tipisnya.