Calia Averie Katarina, seorang model berbakat yang selalu disebut sebagai figuran.
Pengkhianatan yang ia terima dari sang kekasih membuat Calia terikat dalam sebuah pernikahan bersama pria yang baru saja ia kenal, Ronan Lysander. Pria sederhana berprofesi sebagai kurir yang mendapatkan pengkhinatan yang sama dari tunangannya.
Namun siapa sangka, pria yang selalu melakukan pekerjaan sebagai kurir itu menyimpan rahasia besar.
Ketika Calia menunjukkan kepada publik bahwa ia bisa menjadi model sesungguhnya, Ronan menunjukkan identitas aslinya dan membuat rahasia dibalik pernikahan mereka terungkap. Lalu, bagaimana dengan nasib pernikahan mereka?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Macan Tutul
Kisah kita telah di-aferesis
Terpaksa dipenggal hanya untuk menjadikannya indah
Namun tanpa kata pisah
Bumi adalah kita
Aku atmosfer
Kau cakrawalanya...
Ronan melantunkan sebaris sajak dalam benaknya ketika ia memandangi wajah istrinya yang tengah menikmati sarapan seakan sudah tidak makan dalam waktu lama. Terkekeh pelan kala mengingat istrinya merajuk karena kemarin tidak bisa pergi ke kantor seharian penuh karena ulahnya.
Pagi hari setelah Ronan menerkam istrinya semalaman, Calia menjerit ketika berada di dalam kamar mandi begitu melihat keadaan tubuhnya sendiri di depan cermin.
"Ro...!"
Calia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang hanya menutupi bagian atas sampai di pertengahan paha. Nyaris gagal menutupi tubuh sempurna yang dimiliki Calia.
Bulir air yang masih menetes di kulit putih Calia bagaikan kilauan mutiara, membuat Ronan enggan berpaling, terutama setelah melihat begitu banyaknya tanda merah yang ia buat di tubuh Calia.
"Kenapa kamu membuat tanda sebanyak ini? Aku seperti macan tutul sekarang," sungut Calia.
"Bukankah hasil karyaku terlihat indah, Cariño (sayang)? Kamu terlihat lebih mempesona sekarang, akan jauh lebih baik jika kamu menyingkirkan handuk itu," ujar Ronan memandangi Calia tanpa berkedip.
"Berhenti becanda! Sekarang bagaimana aku bisa ke kantor dengan keadaan seperti ini?" sungut Calia.
"Mudah, kamu tidak perlu pergi. Ada Bas yang bisa mengatur semuanya," jawab Ronan enteng.
"Ro...!"
Calia kembali memekik kesal, bibirnya mengerucut, Calia bahkan menghentakkan kaki seperti bocah yang gagal mendapatkan es krim. Tetapi, justru hal itulah yang membuat Ronan sangat menikmati tingkah istrinya di pagi hari.
Ronan membawa langkahnya mendekati Calia, menarik wanita itu hingga tubuh mereka saling menempel dan segera melingkari pinggang sang istri.
"Pernahkah ada yang mengatakan padamu bahwa kamu terlihat cantik ketika marah?" goda Ronan.
"Pernah," jawab Calia cepat. "Max,"
Senyum di bibir Ronan memudar, menatap lekat wanita di depannya.
"Apakah kamu masih menyukainya? Direktur mesum itu?" tanya Ronan.
"Kenapa kamu begitu suka mengulang pertanyaan yang sama disaat kamu tahu apa jawabannya?" balas Calia
"Maaf..." kata Ronan lirih. Pria itu bahkan menurunkan tangannya dari pinggang sang istri, lalu bersiap untuk mundur ketika dengan gerakan cepat Calia menahan pria itu.
Calia mencengkram pergelangan tangan Ronan, mendongak untuk menatap mata pria itu.
"Setelah apa yang kita lakukan, kenapa kamu masih berpikir bahwa aku masih mencintai Max?" tanya Calia dengan nada tak suka.
"Memangnya kita melakukan apa?" sambut Ronan menyeringai tipis.
Seolah baru saja tersadar, Calia melebarkan kedua matanya, bersiap untuk mundur saat menyadari Ronan hanya menggodanya. Namun terlambat, Ronan sudah lebih dulu menarik tangan Calia dan membawa wanita itu ke tempat tidur setelah melemparkan asal handuk yang Calia pakai.
"Aaa... Ro... Tunggu... Berhenti... Kamu sudah melakukannya semalaman...!" ucap Calia mendorong dada suaminya yang kini sudah mengukungnya.
"Tidak perlu ke kantor! Bukankah kamu bilang malu untuk berangkat dengan keadaan seperti ini?" jawab Ronan enggan melepaskan istrinya.
"Fashion show sudah semakin dekat..."
"Dan hari ini kamu hanya ada jadwal latihan bersama Adele," potong Ronan cepat.
"Bagaimana kamu bisa... hempt..."
Calia gagal melanjutkan kalimatnya saat Ronan sudah membungkam Calia menggunakan bibirnya.
Pagi itu, Ronan kembali menggempur istrinya tanpa ampun, pria itu bahkan melakukannya lagi ketika malam hingga pada pagi hari setelahnya Calia bagun tidur tanpa memiliki tenaga.
Dan di sinilah Calia sekarang. Memakan menu sarapan yang dibuat suaminya dengan lahap tanpa mengetahui apa yang terjadi di kantor sehari sebelumnya.
"Ro..."
"Apa?" sahut Ronan.
"Aku perlu menemui seseorang di suatu tempat, bisakah kamu mengantarku?" pinta Calia.
"Tentu. Kemana?" sambut Ronan.
"Ehm..."
Calia mendadak ragu, menghentikan aktivitas sarapannya dan menatap wajah suaminya yang masih menunggu jawaban.
"Hotel..."
"Bisa berikan jawaban yang lebih spesifik lagi?" pinta Ronan.
Calia mengerjap, sedikitpun tidak melihat ekspresi marah pada wajah suaminya bahkan setelah menyebutkan tempat yang akan ia datangi.
"Victoria Hotel,"
"Aku akan mengantarmu," ucap Ronan.
"Kamu... Tidak bertanya siapa yang akan aku temui?" tanya Calia ragu.
"Karena aku percaya padamu," jawab Ronan.
"Jika kamu ingin melakukan hal yang tidak benar, kamu tidak akan memintaku untuk mengantarmu kesana bahkan sampai menyebutkan hotelnya,"
'Lebih tepatnya, aku sudah tahu siapa yang ingin kamu temui,' lanjutnya dalam hati.
"Sekarang, selesaikan sarapanmu. Kamu perlu ke kantor sebentar terkait fashion show yang sebentar lagi diadakan. Bukankah Luis mengatakan desainnya sudah selesai?" kata Ronan lagi.
Calia mengangguk. Menyelesaikan sisa sarapannya dalam diam. Beberapa saat setelahnya mereka berangkat ke kantor dan membahas secara singkat tentang tema busana yang akan mereka bawakan.
Calia pergi meninggalkan kantor saat jam sudah menunjukkan waktu makan siang menggunakan sepeda motor yang biasa Ronan gunakan untuk bekerja. Berkendara selama beberapa menit hingga mereka tiba di depan sebuah bangunan hotel yang terkenal mewah di kota.
"Aku memiliki beberapa pesanan pelanggan yang perlu ku antar." kata Ronan sembari melepaskan helm dari kepala Calia.
"Hubungi aku jika kamu sudah selesai, aku akan menjemputmu,"
"Uhm..." Calia mengangguk.
"Utamakan keselamatanmu dalam berkendara,"
"Kamu tenang saja, Cantik." sahut Ronan mencubit gemas dagu istrinya. "Kurir ini sudah menguasai jalanan," imbuhnya bangga,"
"Narsis!" cibir Calia.
Ronan tertawa, merapikan rambut Calia serta memberikan kecupan lembut di kening istrinya.
"Masuklah! Jangan biarkan orang penting yang ingin kamu temui menunggu lama,"
Calia mengangguk, melambai ringan sebelum berbalik meninggalkan suaminya memasuki hotel. Sementara Ronan masih tetap berada di tempatnya sampai sosok Calia menghilang dari pandangan.
"Ronan..."
Gerakan Ronan saat akan menghidupkan sepeda motor terhenti saat mendengar namanya di panggil, lalu menoleh ke sumber suara dan melebarkan kedua matanya setelah melihat siapa yang memanggilnya.
"Retha..."
Wanita itu tersenyum manis, membawa langkahnya lebih dekat hingga kini wanita itu berdiri tepat di samping Ronan yang duduk di atas sepeda motornya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Retha tersenyum hangat.
"Baik," jawab Ronan kaku.
"Apakah kamu mengantarkan pesanan di hotel ini?" tanya Retha.
"Aku mengantar istriku," jawab Ronan.
"Ahh... Begitu. Kenapa kamu tidak ikut ke dalam saja?" tanya Retha lagi.
"Itu bukan urusanmu! Maaf, aku harus pergi!" ucap Ronan seraya menghidupkan sepeda motornya.
"Tunggu!" cegah Retha.
Tangan Retha yang meraih pergelangan tangan Ronan praktis membuat Ronan segera menghempaskan tangan itu dari tangannya.
"Jangan menyentuhku!" sergah Ronan.
Retha tertegun sejenak, memandang wajah Ronan yang kini memperlihatkan amarah yang teramat jelas.
"Kamu berubah kasar, Ronan," kata Retha pilu.
"Aku ingin mengubah diriku, tidak bisakah kamu memberiku kesempatan bahkan hanya untuk sebagai teman?"
"..."
. . . .
. . ..
To be continued...
pen kasihan tapi ngakak liat Retha /Facepalm//Facepalm/
huft😮💨😮💨