Venus yang akan menikah dengan kekasihnya yang sudah berpacaran selama 2 tahun harus menerima kenyataan pahit di hari pernikahannya bahwa saudara tirinyalah yang menggantikannya menikah sementara dia dikurung di dalam kamar.
Selain itu, dia diusir dari rumah sebab sesuai dengan wasiat warisan ibunya bahwa jika dia tidak menikah di umur yang ke-23 tahun, maka dia tidak akan bisa menerima sepeserpun warisan.
Hal itu membuat Venus menjadi sangat hancur.
Bagaimana cara Venus akan menghadapi hidupnya yang telah hancur berantakan?
Baca novelnya dan temukan jawabannya serta bersenang-senanglah bersama Venus!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Setelah tiba di kantor pencatatan sipil, Venus dan Danang pun segera mendaftarkan pernikahan mereka dan dalam waktu 1 jam surat nikah mereka telah keluar dan mereka resmi menjadi sepasang suami istri.
Venus menatap surat nikah yang ada di tangannya dan perempuan itu tersenyum senang karena sekarang dia merasa lega bahwa sebelum umurnya yang ke-23 tahun, yaitu di esok harinya dia telah menikah dan bisa mengklaim warisan yang diberikan ibunya padanya.
"Meski kau bilang kita tidak akan bersentuhan fisik selama 3 bulan ini, tapi kita akan tetap tinggal satu rumah. Aku akan menjemputmu nanti sore untuk pindah ke rumah baru," ucap Danang langsung membuat Venus menatap pria itu dengan wajah tercengangnya.
Dari kemarin dia mendengar pria itu hanya berbicara satu kalimat saja, namun kali ini dia mendengar pria itu berbicara cukup lama.
Apakah pria yang belum menikah dengan pria yang sudah menikah memang sangat berbeda seperti ini?
Sedangkan Danang yang melihat tatapan Venus, pria itu mengangkat sebelah alisnya, "ada apa?" Tanya Danang.
Venus langsung tersenyum, "Tidak apa-apa, aku hanya senang mendengarmu berbicara panjang lebar seperti tadi." Kata Venus sebelum berjalan meninggalkan pria itu untuk kembali ke mobil mereka.
Danang menyipitkan matanya melihat punggung Venus sebelum dia mengukir sebuah senyuman dan mengikuti perempuan itu.
Setelah kedua orang menaiki mobil, maka mobil pun berjalan meninggalkan kantor pencatatan sipil dengan Venus yang terus memandangi surat nikah yang ada di tangannya.
Dalam hatinya, Venus merasa begitu sedih melihat foto pernikahan yang ada di sana, bukan foto Bimo melainkan foto seorang pria yang masih begitu asing di matanya.
'Padahal aku sudah berpikir bahwa hari ini aku sudah menikah dan yang menjadi suamiku adalah Bimo, tapi tidak menyangka ternyata pria itu malah menghianatiku dengan menikah bersama perempuan lain,' ucap Venus dalam hati yang masih merasa begitu sakit hati atas apa yang dilakukan oleh Haruka dan juga Bimo.
"Kau mau diantar ke mana?" Tiba-tiba suara Danang langsung membuat Venus menutup buku nikah yang ada di tangannya lalu perempuan itu pun menatap keluar jendela untuk melihat di mana mobil mereka berada.
"Aku akan berhenti di sana," ucap Venus menunjuk sebuah halte bus.
Maka, sang sopir pun langsung menghentikan mobil mereka di sana Lalu Venus pun turun dari mobil dan membiarkan mobil tersebut pergi meninggalkannya.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Ucap Venus dalam hati sembari berdiri di depan halte.
Dia bingung harus melakukan apa, karena Sekarang dia sudah tidak bekerja sebab 2 tahun yang lalu ketika dia mulai berpacaran dengan Bimo, Bimo memintanya untuk meninggalkan pekerjaannya dan pria itulah yang membiayainya.
Tapi sekarang, entah kenapa dalam hatinya Dia merasa bahwa dia ingin kembali menjadi seorang model sama seperti dulu ketika dia mendapatkan kejayaannya sebagai model dengan segudang penghargaan dan pemecahan rekor yang ia lakukan.
"Haruskah aku menelpon Kak Hana?" Ucap Venus dalam hati yang merasa dilema untuk menelpon manajernya yang dulu ataukah tidak perlu melakukannya.
Bagaimanapun, dulunya ia keluar karena permintaan Bimo, dan saat itu jugalah Haruka mulai memasuki dunia permodelan di bawah bimbingan Hana.
"Tidak, kalau aku nelpon Hana, maka dia pasti akan bekerja sama dengan Haruka untuk menekanku," kata venus dalam hati sembari menghela nafas, lalu dia pun memilih duduk di halte sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan.
Setelah beberapa saat Venus teringat akan seorang manajer bernama Indri yang bekerja di agensinya yang selama ini selalu mendapat perlakuan tidak baik sebab model-model yang ia bimbing ialah model-model yang tidak terkenal.
'Kalau begitu aku akan menelpon kak Indri,' ucap Venus dalam hati sembari menekan-nekan layar ponselnya dan segera menghubungi Indri.