Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata yang selalu menatap
Sudah satu Minggu Khyra melewati hari-harinya di kediaman Virendra, banyak sesuatu yang terjadi. Dan terkadang Khyra ingin menyerah karena pekerjaannya semakin banyak. Apa lagi dari kediaman ke sekolah tempat mengajarnya membutuhkan waktu satu jam. Dan setelah pulang dia juga harus memberikan kelas tambahan untuk Lea.
Namun, karena ke ikhlasan Khyra melalui semuanya sambil menikmatinya. Khyra juga sedikit mulai mengenal orang-orang di kediaman Virendra.
Shaka juga sangat jarang berada di kediaman, mungkin jika di hitung selama seminggu ini, dia baru muncul sebanyak dua kali. Khyra juga sepenuhnya hanya berada di lantai tiga. Jadi untuk berinteraksi dengan keluarga Virendra lainnya hanya sesekali. Sehingga Khyra mulai merasa nyaman.
Ternyata benar yang di katakan Shaka, Khyra hanya perlu fokus ke Lea dan tidak usah memikirkan yang lain, semua orang juga sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Khyra menatap Lea yang sedang fokus belajar, pengajaran untuk Lea hanya sedikit karena dia anak yang cerdas, cukup menjelaskan sekali saja dia sudah paham. Mungkin alasan guru-guru itu pergi setelah mengajari Lea karena merasa anak ini tidak perlu di ajar. Terkadang Lea juga lebih tahu dari Khyra, benar-benar Lea anak yang tidak seperti berusia 5 tahun. Yang di butuhkan Lea memang pure sosok seorang ibu.
Khyra melihat ke jam dinding sudah pukul 21.00 yang dimana Lea sudah harus tidur. "Lea waktunya tidur," ucap Khyra sambil menyusun buku-buku yang ada di depan Lea. Khyra juga mengambil buku dongeng untuk di baca, Lea segera masuk ke dalam selimutnya dan mulai menunggu cerita apa yang akan di baca saat ini.
Lea suka semua dongeng yang di bacakan Khyra, dan sesekali Khyra juga membacakan Lea kisah-kisah Nabi. Meskipun Lea belum tahu Nabi itu siapa, hanya saja Lea suka karena ceritanya menarik.
Tidak butuh banyak waktu, Lea sudah tertidur setelahnya melontarkan beberapa pertanyaan mengenai dongeng yang di bacakan Khyra.
Khyra segera kembali ke kamarnya untuk bersiap tidur, Khyra tidak lagi tidur bersama Lea, karena Lea sendiri yang meminta, dia ingin memperlihatkan sosok anak yang mandiri. Namun untuk membaca dongeng Khyra tetap harus melakukannya.
Tiba di kamar, Khyra sempat memeriksa jadwalnya dan ternyata dia harus menyiapkan soal ulangan kelas 5. Khyra mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan.
Tak terasa sudah jam 12 malam, namun pekerjaan Khyra belum selesai dia masih duduk di depan laptopnya. Khyra merasa lapar, tapi dia tidak enak untuk memanggil pelayan karena mereka pasti sudah tertidur.
"Tahan Khyra, aku bisa nunggu sampai besok pagi," gumam Khyra sambil memegang perut keroncongan nya.
"Grrrtt.. " sayangnya perutnya terus mengeluarkan suara, dan benar dia sudah tidak bisa menahan rasa laparnya. Hingga akhirnya Khyra memberanikan diri untuk pergi ke dapur tepat di lantai satu.
Terlihat semua ruangan sudah gelap dan hanya menyisakan cahaya lampu tidur. Perlahan Khyra menekan lift untuk menuju lantai satu. Untuk berjalan ke dapur Khyra harus berjalan dengan pelan agar suara sendalnya tidak terdengar, meskipun dia tahu kalau tidak akan ada yang bisa mendengarnya.
Hingga akhirnya Khyra tiba di dapur, dia mulai memeriksa kulkas apa saja yang bisa dia masak dengan cepat. Di dalam kulkas besar ini banyak stok bermacam-macam makanan.
"Makan yang segar-segar aja deh," ucap Khyra memutuskan untuk membuat sup, karena terlihat menggiurkan sayuran segar yang tersedia di dalam kulkas.
"Apa yang kamu lakukan?"
Khyra terkejut dan berbalik melihat Shaka yang sudah berdiri di belakangnya.
"Maaf Tuan, aku lapar jadi ingin membuat makanan," jawab Khyra sambil menunduk karena takut melihat wajah Shaka.
Shaka tidak menjawab dan hanya memasang wajah datar, dia menarik kursi lalu duduk tepat di meja di mana Khyra yang akan mulai memotong Sayur.
"Mengapa malah duduk? Ya Allah.." batin Khyra menjadi canggung. Tangannya seolah tidak bisa lagi bergerak untuk memotong Sayur.
Mata Shaka terus memandangi gadis di hadapannya, yang menggunakan piyama tidur dan jilbab kaos. Shaka sadar kalau gadis itu sangat takut kepadanya.
"Apa aku harus menambah bayarannya?" tanya Shaka yang tiba-tiba, dan Khyra heran dengan ucapan Shaka, bayaran apa yang dia maksud?
"Maksud Tuan?" tanya Khyra semakin takut untuk bergerak, rasanya dia ingin pergi saja dan menahan rasa laparnya sampai besok pagi. Tapi apakah dia bisa pergi? Tentunya tidak, karena Shaka ada di depannya.
"Bayaran karena melihatmu dan untuk mendapatkan makanan juga," pinta Shaka masih memandangi Khyra.
"Kalau Tuan terus melihatku aku akan merasa tidak nyaman, untuk makanan saya akan membuatkan untuk tuan juga, tidak usah di bayar." jelas Khyra, ternyata pria di depannya itu lapar juga, makanya dia datang ke dapur.
"Tapi mengapa dia tidak memanggil pelayan saja?" batin Khyra yang bertanya-tanya dalam pikirannya. "Oh.. semua pelayan sudah tidur, jadi wajar sih.." lanjutnya dan mulai memotong Sayur, dia ingin cepat menyelesaikannya dan kembali ke kamar.
"Apa kamu akan terus menggunakan penutup kepala?" tanya Shaka karena selalu melihat Khyra yang menggunakan jilbab bahkan di kamar Lea waktu itu.
"Maksud Tuan jilbab ini? Benar, saya sebagai wanita muslimah harus selalu memakainya ketika ada orang yang bukan Mahram saya." jelas Khyra terus melakukan kesibukannya.
Entah kenapa Shaka merasa tertarik dengan gadis di depannya, apakah karena dia berbeda dengan wanita lain yang biasanya dia temui?
"Muslimah.." Shaka mengunci kata-kata itu, "Aku tidak tahu," lanjutnya.
"Agama Tuan.." ucap Khyra pelan dia ingin bertanya tapi takut itu adalah hal privasi untuk Shaka.
"Aku tidak menganut agama apapun," ucap Shaka yang mendengar ucapan Khyra. Mendengar itu Khyra tidak mengatakan apapun dia hanya terdiam dan melanjutkan masakannya.
Shaka memang tidak memiliki agama tapi dia tetap percaya dengan adanya Tuhan. Shaka tertutup dengan hal-hal agama dan lainnya, itu karena di hidupnya hanya fokus dengan mengejar masa depan, dari kecil hingga saat ini dia hanya fokus belajar dan di saat mulai kerja, kehidupannya hanya tentang pekerjaan.
Akhirnya Khyra selesai membuat Sup, aromanya tercium sangat harum, sup ayam dengan sayuran segar memang yang paling enak. Khyra segera menyiapkan Sup itu untuk Shaka, di tambah nasi panas dan lauk lainnya.
Kemudian Khyra menyiapkan untuk dirinya karena dia memutuskan untuk makan di kamar, sangat tidak nyaman makan dengan Shaka yang adalah bosnya, apa lagi sudah tengah malam begini dan masih berduaan dengan laki-laki.
"Makan di sini, makanan itu akan dingin ketika kamu sampai," ucap Shaka.
"Tidak apa-apa, aku juga suka dengan makanan dingin, silahkan tuan menikmati makanannya," ucap Khyra terburu-buru dan segera pergi meninggalkan dapur. Shaka hanya memandangi kepergian Khyra.
Kemudian Shaka mulai mencicipi Sup yang di buat Khyra. Karena kelihatannya memang menggiurkan apa lagi malam dengan cuaca dingin ini.
"Enak," gumam Shaka ketika satu suapan sup berhasil masuk ke dalam mulutnya.