Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 : Milik Orang lain
...- happy reading -...
...***...
Malam ini Juan tidak bisa tidur, masih terngiang ngiang di kepalanya mengenai pernyataan Joanna. Suka? Jadi sekarang ia harus jawab apa?
Juan bergerak membuka laci meja belajarnya, sebuah buku diary kusam yang penuh coretan semasa kecilnya. la balik perlahan buku itu, lalu terkekeh pelan saat menyadari hampir semua isi buku itu berisi kekesalan nya karena sikap Joanna.
Tapi ada satu lembar yang membuatnya terdiam, coretan itu 4 tahun yang lalu. Berisi kekagumannya terhadap Joanna, dan sebuah kata membuatnya tertegun di akhir kalimat itu.
"Aku suka Kak Joanna."
Suka? Benar. Juan pernah menyukai Joanna dulu. Tapi setelah ia menyadari sesuatu, ia mulai membentengi dirinya dan menjauh perlahan. Juan tau ada yang salah dengan perasaan nya. Bohong jika ia mengaku hanya menganggap Joanna sebagai kakaknya, ia hanya tak mau merusak hubungan antara dirinya dan Joanna.
Meskipun sekarang kebenaran terungkap, apa masih terasa salah kalau ia dan Joanna saling mencintai? Ayah dan Bunda pasti kecewa, kedua anak yang ia besarkan sebagai Kakak dan Adik, memilih berakhir saling mencintai.
Setelah bergulat dengan pikiran, Juan memilih meletakkan kembali buku itu ke laci dan mematikan lampu, lebih baik ia memaksa tidur.
***
Sekarang hari pertama mereka masuk sekolah di semester dua. Liburan kali ini benar benar menjadi masa pahit bagi Juan. Laki-laki itu duduk di bangkunya, mendapatkan tatapan dari ketiga sahabatnya.
"Morning Juan Sayang..." sapa Saka dengan penuh semangat.
Ia menggoda sahabatnya dengan gerlingan mata. Senyum tipis mengembang di wajah tampan Juan.
"Pagi..." Ketiga sahabatnya yang melihat itu menghela nafas berat.
"Ih kok lo ga semangat gitu sih? Kita kan kangen sama lo." Gerald memasang wajah cemberut.
"Gerald muka lo jangan digituin dong, gue eneg nih."
Hal itu membuat ketiganya senang.
"Yes emang gue yang paling jago!" Gerald memekik girang.
"Btw, gue liat lo makin deket sama kak Laras." Yuda menyenggol lengan Juan, berusaha menggoda cowok itu.
"Iya ih kapan jadian nya?" goda Saka.
"Apa sihh, semalem tuh dia nawarin berangkat bareng, jadi gue terima deh." Juan berusaha menyembunyikan senyuman nya.
"Ah bohong kali, nanti juga ada berita jadian nih." Yuda menopang dagunya menatap ke arah Juan.
"Iya tuh, gue request pj dari sekarang aja ya? Gue mau mcd sama starbucks, 3 hari." Gerald menyerobot, mendengar itu Saka menepuk lengan Gerald gemas.
"Lo mah ngerampok anjir, sadar diri lah. Btw Ju, gue mau domino, kopi janji jiwa sama starbucks frappuccino ya." Saka tersenyum memamerkan deretan giginya.
Cowok itu langsung meringis saat mendapat toyoran di kepalanya, Gerald si pelaku hanya terkekeh pelan.
"Sendirinya ngerampok lo."
"Guys.. kalian mikirnya kejauhan deh. Gue ga yakin juga kalo gue sama Kak Laras bisa jadian."
"Hah kenapa anjir?!" Sahut ketiganya bersamaan.
Mendengar itu Juan hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Hanya saja dirinya tidak terlalu yakin dan tidak mau berharap.
***
Juan duduk di depan gerbang sekolah, menunggu supir yang biasa menjemputnya.
"Dorrr!" Juan terkejut saat merasakan tangan menepuk pundaknya cukup keras. Ia menoleh dan mendapati Laras yang tersenyum ke arahnya.
"Sendirian aja nih?"
"Ngga kok, sama setan." Juan menunjuk ke arah Laras dengan santai.
"Anjir.. Cantik gini di bilang setan." Laras mengelus dadanya sabar sementara Juan tertawa puas.
"Aku serius Juan."
Suara lembut Laras membuat tawa Juan perlahan berhenti. Mereka saling tatap, Juan dan Laras. Entah kenapa Juan merasa tatapan Laras begitu dalam dan teduh, membuatnya hanyut begitu saja.
"Mau aku anter?"
Refleks Juan menggeleng cepat, ia masih harus menunggu jemputan nya datang.
"Ngga usah kak, aku di jemput kok."
Mendengar itu Laras hanya mengangguk mengiyakan. Ia berpamitan sebelum pergi kembali masuk menuju parkiran.
Juan memilih kembali duduk melihat sekitar, memejamkan matanya dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Drrrttt...
Ponselnya bergetar, dengan cepat Juan meraih ponselnya di saku roknya lalu melihat ke arah layar.
Bunda is calling....
Juan mengangkat ponselnya dan meletakkan nya di telinga.
"Halo Bunda?"
"Juan? Ban mobilnya bocor sayang, jadi Pak Maman harus ke bengkel dulu. Daripada kamu nunggu lama, pulang sama Kak Joanna aja ya. Dia kayanya masih di sekolah soalnya belum pulang."
Juan menghela nafas, jelas jelas tadi ia lihat Joanna pergi dengan Ardan, laki-laki yang katanya mantan kekasihnya itu.
Akhir akhir ini Joanna memang sangat dekat dengan Ardan bahkan muncul rumor keduanya kembali berpacaran. Jadi selama ini Joanna hanya main main?
"Juan? Kamu gapapa?"
"Iya Bunda, Juan cari Kak Joanna sekarang."
Panggilan itu pun terputus, Juan kembali menyandarkan tubuhnya ke tembok, menatap kosong pemandangan di hadapan nya.
Tak lama, Juan bangkit dari duduknya, hendak berjalan masuk ke dalam tapi langkahnya terhenti saat sebuah klakson motor terdengar. Itu Laras, berhenti di hadapan nya dengan senyum mengembang. la pikir Laras sudah pulang.
"Ayo, jadi ga?"