Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Hari-hari Yura berjalan sebagaimana biasanya, bedanya sekarang dia sudah bukan lagi seorang mahasiswa, melainkan seorang karyawati BUMN di PT Pertamina persero.
Dia bekerja dalam satu devisi bersama kakak iparnya.
Yura memang sangat akrab dengan Tita, selain pemikirannya yang dewasa, Tita juga mampu mengemong dirinya, rasa sayangnya pada Yura sama seperti sang suami menyayanginya. Tak ada rasa cemburu di hati Tita jika Angga sedang memanjakannya. Dia menganggap, memang sudah semestinya kalau Angga menjadi pelindung untuk adik perempuan satu-satunya.
Ngomong-ngomong soal Juna, sudah dua bulan ini pria itu menjalankan tugasnya di Papua. Dan selama dua bulan dia hanya menghubungi keluarganya sekali. Itupun saat baru saja tiba di sana.
Juna memilih fokus memperbaiki dirinya sendiri karena ingin membuktikan pada Yura bahwa dia bukanlah Juna yang dulu lagi.
Akan tetapi Juna begitu sering menghubungi ustad Zaki di sela-sela kesibukannya untuk menyetorkan hafalan surahnya.
"Seneng deh, lihat bumil banyak makan" Ucapan Yura membuat Azizah tersenyum setelah menggigit gulungan lemper berisi abon dan ayam suir.
"Di kenyangin ya, jangan sampai keponakan aku kelaparan"
Senyum Zizah kian lebar. "Makasih ya" Timpal Zizah usai menelan sebagian hasil gigitannya tadi.
Yura tersenyum meresponnya.
Dua bulan setelah menikah, tak menunggu lama Zizah di nyatakan hamil. Dan kehamilannya sudah menyebar ke seluruh keluarga termasuk Yura.
Dia yang baru saja pulang bekerja, langsung ke rumah uztad Zaki begitu mendengar bahwa Azizah sedang berada di rumah orang tuanya.
"Berapa lama kamu di sini?" Tanya Yura.
"Cuma sehari, Ra"
"Kok cuma sehari?"
"Iya, lusa aku dan mas Malik harus kembali ke Turki"
Seiring berjalannya waktu, Yura sudah bisa melupakan Malik bahkan sudah benar-benar hilang dari pikirannya.
Tak seperti sebelumnya, jika mendengar namanya saja sudah berhasil membuat hati Yura memanas, tapi kali ini mau seratus kali pun ia mendengar nama Malik, sama sekali tidak berpengaruh pada dirinya.
"Ini enak banget, Ra. Kamu beli dimana?"
"Aku beli di kantin kantorku dan ini memang enak, Zah. Aku juga suka banget. Apalagi di buatnya selalu fresh, jadinya enak"
"Serius enak banget, atau apa aku yang emang lagi doyan makan"
"Ya bagus dong, yang ku tahu bumil itu kan sukanya muntah-muntah, nggak doyan makan karena perutnya emang nggak bisa di ajak kompromi"
"Eh, tapi pas aku cek, suster bilang emang belum waktunya. Biasanya kalau sudah dua bulanan lebih, baru terasa mual-mualnya"
"Ish ish, kalau bisa jangan lah" Balas Yura. "Tetap seperti ini saja, biar dedeknya sehat, ibunya juga sehat"
"Aamiin"
Yura terdiam, ia terus menatap sahabatnya yang begitu lahap memakan lemper bawaannya.
"Kamu lahiran di mana nanti, Zah? Apa ya di Turki?" Tanya Yura setelah diam beberapa detik.
"Kemungkinan iya, Ra"
"Kamu yang kuat ya, secara kan di sana nggak ada ummah, harus semangat pokoknya"
"Pasti, Ra. Selagi ada suami mah aku bisa jalani semuanya"
"Good" Balas Yura sambil mengulas senyum.
"Mas Malik sangat perhatian, apalagi pas tahu aku hamil, dia berubah jadi pria cerewet. Nggak boleh ini, harus hati-hati, nggak boleh banyak fikiran, pokoknya ada aja yang di baweli"
"Itu karena dia cinta sama kamu, Zah"
"Iya, dia juga setiap hari mengatakan itu"
"Romantis juga, ya" Kata Yura, sama sekali sudah tidak ada rasa sakit di hatinya. Yang ada justru bahagia melihat sahabatnya bahagia.
"Kamu gimana, sudah ada calon lagi?" Zizah menatap serius wajah Yura.
Yura menggeleng.
"Kata abah waktu itu sempat ada pria yang ngajakin ta'aruf. Gagal?"
"Aku menolaknya, Zah"
"Kenapa?"
"Aku mau fokus dulu sama karir, ngumpulin uang sebanyak-banyaknya buat beli rumah"
"Kamu benar-benar mau pergi dari rumah mamah Jazil?"
"Itu bukan rumahku, itu milik mas Juna, kalau dia menikah, sudah pasti aku harus keluar dari sana kan"
"Aku saranin kamu cepat-cepat nikah deh, aku khawatir sama kamu"
"Khawatir kenapa?" Tanya Yura mengernyitkan kening.
"Ya kalau kamu nikah kan ada yang jagain"
"Aku pasti menikah, kok. Tapi nggak sekarang"
"Kapan?"
"Setelah mas Juna balik, aku akan langsung kirim proposal ta'aruf"
"Minta tolong abah saja. Kenalan abah kan banyak dari kalangan para kyai"
"Insya Allah, Zah"
"Nanti aku ngomong ke abah deh"
"Nggak perlu terburu-buru, Zah. Aku harus nunggu mas Juna pulang terlebih dulu"
"Kenapa harus nunggu dia?" Tanya Zizah tak mengerti.
"Ya kalau aku nikahnya sekarang, nanti suamiku membawaku pergi, gimana dengan papa mama? nggak ada yang jagain mereka, kan?"
"Ada mas Angga sama mas Rezki kan?"
"Mereka pisah rumah, kan"
"Iya juga, si"
"Aku nggak tenang kalau nggak ada yang jagain papa mama"
"Iya, aku ngerti" Sahut Zizah, menggenggam erat tangan Yura. "Aku minta maaf ya kalau ada salah sama kamu"
Mendengar kalimat Zizah, reflek alis Yura menukik tajam. "Minta maaf buat apa?" Tanyanya.
"Ya mungkin aku buat kesalahan tanpa sengaja, atau di sengaja, tanpa sepengetahuan kamu, pokoknya aku minta maaf"
"Kamu teman terbaik. Semua kesalahanmu sudah aku maafkan. Tapi sayangnya kamu nggak ada salah ke aku, so buat apa aku maafin kamu"
Zizah menghela napas panjang.
"Semoga Allah selalu memberimu kebahagiaan, Ra. Pokoknya bahagia dunia akherat buat kamu"
"Aamiin" Genggaman tangan keduanya mengerat seolah saling menguatkan.
Bersambung
smg dengan ini dini bisa sadar dan lbh baik lg sikap sm yura..krn yura tdk ada masalah sm dini..yg ada sini membuatasalah sendiri dengan iri hatiy..
ini maksudnya si dini udah pernah keguguran ya? kasian sih tapi mungkin akibat busuk hati sama yura tuh
q bacanya sambil senyam senyum Dewe..
mau ngapain mas angga nyari tita 🤣🤣