"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Bulan terlihat berputar pada sumbu nya, mengawasi setiap pergerakan makhluk hidup yang menandakan bawasa nya, sekarang sudah saat nya untuk berhenti melakukan activities, dia juga turut memantulkan cahaya matahari membius setiap pergerakan, kini matahari sudah tenggelam, bulan berdiri tegap dengan segala keindahan nya.
Angin terus menusuk pori-pori dengan sendiri nya, hembusan yang dapat dirasakan.
Kini pada tempat ini, Jeslyn sempat terkekeh dengan keras setelah berpikir mengenai hal apa yang akan Dareen ucapkan pada nya, dress merah yang ia gunakan sudah cukup cantik dengan heels berhak tinggi 3 centimeter.
Wajah nya yang rupawan terlihat amat sempurna, dengan polesan makeup tak terlalu tebal namun tak natural pula, kalian tau? Jeslyn bagai Dewi Aphrodite, semua orang yang melihat wanita itu pasti akan setuju.
Bahwa malam ini Jeslyn sangat memukau.
"Aku bahkan harus mengundur satu jam untuk mempersiapkan diri." Jeslyn menggelengkan kepala tak percaya, kali ini ia benar-benar effort untuk melakukan dinner bersama Dareen.
Hingga terdengar suara klakson mobil yang mana membuat atensi Jeslyn teralihkan, sontak saja ia melambaikan tangan dan tersenyum menawan.
Dareen, lelaki itu turun dari mobil, menghampiri Jeslyn tergesa-gesa, sedetik kemudian, ia hampir dibuat mati kutu melihat penampilan lawan bicara nya yang begitu menawan.
"Jeslyn? Kau benar-benar cantik!" Puji Dareen spontan, bahkan bola mata nya sampai membulat sempurna, "Sangat cantik." Sekali lagi ia memuji.
Terdiam, Jeslyn menutup mata sejenak merasakan rasa panas yang menjalar dari pipi hingga telinga nya, ini... TIBA-TIBA SEKALI DAREEN MEMUJI NYA!? Tak tau kah bahwa sekarang Jeslyn tengah menahan rasa ingin berteriak bagai orang sinting?
"Wajah mu memerah." Dareen terkekeh geli, lalu dengan gestur pelan ia mengelus pipi Jeslyn mejalar ketelinga, lalu ia selipkan anak rambut wanita itu dibelakang telinga nya.
Jeslyn sendiri memilih untuk mengalihkan perhatian nya, ia benar-benar tak berani bersitatap bersama Dareen, netra itu mampu membius nya, dan kali ini lelaki dihadapan nya ini nampak begitu tampan hanya karena pakaian casual.
"Ah, waktu sudah semakin malam karena kau sudah mengundur 1 jam, apa karena untuk penampilan memukau ini? Jika benar, terima kasih." Beo Dareen tersenyum tulus, lalu tanpa aba-aba ia cium punggung tangan Jeslyn lembut.
Speechless, lagi-lagi Jeslyn dibuat tak bisa berkutip karena tingkah Dareen yang tiba-tiba menjadi romantis seperti ini, "Kau tak apa?"
Dareen mengerut, menarik tangan Jeslyn agar menggandeng lengan nya, lalu mereka berjalan bersama menuju mobil, "Mengapa bertanya seperti itu?"
"Tak biasa nya kau akan bertingkah manis, membuat ku takut saja." Ujar Jeslyn mengerucut bibir nya, menggandeng lengan Dareen, lalu berjalan perlahan.
Diam sejenak, Dareen tak langsung membalas ucapan Jeslyn, lelaki itu seperti nya tengah berpikir hebat, "Aku memang selalu ingin memperlakukan mu seperti ini, namun terhalang banyak hal."
"Benarkah?" Tanya Jeslyn heran, menatap tak percaya Dareen.
Kepala Dareen mengangguk ringan, "Hmm, aku tidak mungkin berbohong pada mu."
Mengedipkan mata beberapa kali, lalu Jeslyn menoleh lalu mendongok untuk menatap wajah Dareen, karena memang ia hanya sebatas dada lelaki itu.
"Apa kau memperlakukan semua wanita seperti ini? Benar-benar menakutkan." Ujar Jeslyn bergidik ngeri sedikit sakit hati pula, namun ia mencoba abaikan.
Memutar bola mata jengah, Dareen membuka handle mobil lantas mempersilahkan Jeslyn masuk sembari berkata, "Hanya pada mu tidak untuk wanita lain."
Setelah Jeslyn masuk kedalam mobil, Dareen pun turut masuk dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata menikmati jalanan kota yang terkesan padat namun tak macat.
*
*
*
Mata Jeslyn menerawang jauh di saat dengan cepat, Dareen lelaki itu membawa nya ke suatu tempat, di mana semua keindahan dan ketakjub-an terpancar menghiasi malam penuh kedinginan ini.
Jeslyn memaling menatap wajah Dareen yang sedari tadi terpaku dalam keterdiaman sembari melihat wajah nya penuh kekaguman.
Kekehan kecil terdengar, di saat tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, di iringi suara yang menderu dari nafas yang telah terbuang, kicauan burung terdengar mendominasi.
"Bagaimana? Kau suka?" Dareen membuka pembicaraan. Dengan tangan yang ia masukan kedalam saku celana jeans hitam pendek milik nya.
Netra Jeslyn membulat secara sempurna, kepala nya tak kuasa menahan anggukan kecil merespon ucapan Dareen.
"Ofc, aku sangat suka ini indah sekali." Ucapan antusias terdengar, menandakan Jeslyn tak berbohong dalam ucapan nya.
Benar-benar luar biasa, mereka berada di atas bukit dengan di awasi oleh pemandangan lampu-lampu hias berjejeran rapi di bawah sana, angin lumayan cukup hebat menyerbu pori-pori menusuk tubuh.
Namun pemandangan yang cukup hebat itu nyalang membuat Jeslyn tak mengindahkan rasah dingin itu.
Apa lagi dengan penampakan kota yang terlihat dari atas bukit, sangat indah tersusun rapi, berderet layak nya rentetan kereta api. Lampu yang menerangi itu lah yang membuat terasa lebih menakjubkan.
Namun jika kalian berfikir, apakah hanya mereka saja yang danner? Salah, nyata nya banyak sepasang kekasih atau seseorang yang menyendiri datang kemari, menikmati malam dengan pemandangan indah.
Jeslyn pikir, mungkin memang kawasan yang memang cocok untuk di datangi oleh pasangan.
Napas Jeslyn memburu perlahan dengan wajah yang semenandung ria, mata nya sedikit meleok-leok menatap kemana pemandangan yang cukup menawan itu membawa nya.
Dareen, hanya mampu terkekeh dengan manis, guratan wajah yang amat ketara itu sungguh sangat mudah dilihat mata.
Bagaimana tidak bahagia, hanya dengan melihat Jeslyn tersenyum mendamba, hati nya berdebar tak karuan, katakan saja bahwa Dareen jatuh cinta pada sesosok wanita itu.
Kedua sejoli itu terdiam namun berbeda dengan isi otak mereka yang memperdebatkan argument, berbicara bersama pikiran.
Netra Jeslyn sedikit melirik lelaki tampan itu dengan gerlapan kecil, tak lama kepala Dareen spontan menoleh, membiarkan Jeslyn lebih leluasa menatap wajah nya.
"Ekh-em, Jeslyn, ada sesuatu yang ingin aku katakan pada mu." Seru Dareen tiba-tiba, tatapan lelaki itu berubah menjadi serius, membuat atensi Jeslyn teralihkan.
"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Jeslyn pelan, ia pura-pura terlihat santai, padahal, hati nya sedang berdegup kencang, siap-siap mendengar apa yang akan Dareen katakan.
Dareen menahan nafas nya sejenak, lalu ia mengeluarkan sebuah cincin dengan permata ruby.
"Mungkin ini terlalu tiba-tiba, namun aku sungguh jatuh ci-"
Drt....
Drt....
Drt....
Suara dering ponsel membuat Jeslyn mengalihkan perhatian nya, dan membuat Dareen terdiam, ikut menatap si penelepon yang berani menganggu waktu nya bersama Jeslyn!
"Tuan Louis?" Jeslyn bergumam heran, "Sebentar, aku ingin mengangkat telfon dari Tuan Louis, apa boleh?" Tanya nya pada Dareen.
Dareen tersenyum kecut, namun mau tak mau ia mengangguk mempersilahkan Jeslyn pergi.
Mendapat persetujuan dari lawan bicara nya pun membuat Jeslyn bergegas pergi menuju tempat sepi agar pembicaraan mereka tak terganggu.
"Tu-"
"Kau mengangkat telfon, lama sekali!"
Jeslyn menghela nafas, baru saja ia ingin berbicara, namun suara ketus ciri khas tuan nya itu lebih dahulu menyambar bagai petir, "Maaf tuan, say-"
"Aku tidak butuh alasan mu, sekarang datang lah pada Gereja Apollo, dalam waktu 10 menit!"
"Tapi tuan, untuk apa?"
"Ingat Jeslyn waktu mu dimulai dari sekarang jika kau dalam 10 menit tak datang, maka 10 tahun berturut-turut kau tidak akan mendapatkan gaji."
DUARRR....
Bagai disambar halilintar, Jeslyn terkejut bukan main ketika sang tuan mengancam, HAY!? ANCAMAN MACAM APA ITU!? Hingga tanda sadar Jeslyn langsung mematikan telfon dan berlari menuju meja nya bersama Dareen.
"Aku harus pergi, percakapan kita bisa ditunda dulu kan? Sampai jumpa!" Hanya itu lah yang Jeslyn ucapkan pada Dareen, iaa pun mengambil tas nya dan berlari keluar untuk mencari taxi.
Dareen pun melongo binggung, ia ditinggal? Jadi ungkapan perasaan nya kali ini gagal? Ah seperti nya ia harus maklum, Jeslyn pasti sibuk, mungkin lain kali Dareen akan mengungkapkan perasaan nya.
Dan, akankah Dareen tau? Bahwa itu adalah kesempatan terakhir nya.