Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Halaman belakang, diantara deretan pohon-pohon yang berjejer di sepanjang tembok, dua manusia membeku kedinginan, yang satu lagi sedikit lebih baik karena dia sudah lebih dulu melihat apa yang ada di balik pintu.
Bukan jalan keluar yang ada di sana, bukan pula mayat atau tengkorak manusia. Tidak, tidak sampai semenakutkan itu, hanya beberapa kerikil tajam yang menyebar diluar pintu hampir sekitar satu meter, jika memakai sepatu tidak akan terlalu berbahaya. Hanya saja setelah itu, didepannya ada mulut jurang yang mungkin kedalamannya sangat dalam.
Perlahan, Lisa melangkah keluar, dia ingin tahu apakah jurang itu bisa mereka jadikan sebagai jalan pelarian. Gadis itu berdiri termangu, kepalanya menunduk-menatap kebawah sana. Hanya puncak pohon yang terlihat, dasar jurang tidak terlihat sama sekali karena nyaris ditutupi daun-daun hijau milik pohon yang hidup di dalam jurang itu.
"Oh, Tuhan! Apakah tidak ada jalan keluar." ujar Janied yang entah sejak kapan berdiri di sebelah Lisa, pria paruh baya itu menggeram marah,"Sialan! Bajingan! Dia menipu, katanya bisa keluar kalau menemukan kunci. Jangan bilang dia menyuruh kita semua mencari kunci kemudian melompat kedalam jurang ini. Itu sama saja bunuh diri."
"Aku tidak takut padamu! Akan ku bunuh kamu lebih dulu!"Janied berteriak, lalu berbalik dengan langkah lebar meninggalkan suara getaran karena tubuh gempalnya.
Lisa melirik pada Yoda yang nampak lebih santai, dia tidak terganggu sama sekali. Seolah bukan suatu masalah besar baginya berada disini dan mungkin terjebak di tempat ini hanyalah liburan di sela-sela kesibukannya bekerja.
" Kamu tidak takut?"Tanya Lisa setelah keheningan yang cukup lama. Angin berhembus kencang meniupkan beberapa helai rambutnya, disini lebih dingin. Lisa berdecak kesal sembari merapikan sedikit rambutnya.
"Aku bukan tidak takut, hanya saja panik berlebihan membuatku tidak bisa berpikir."ujar Yoda asal.
Walaupun memang seperti itu, setidaknya ada sedikit kecemasan diwajahnya, tapi tidak, dia terlalu tenang. Apa mungkin dalangnya Yoda?
"Kamu mencurigaiku?"Tanya Yoda sadar kalau Lisa menatapnya penuh selidik.
"Siapa yang tidak curiga, kamu terlalu santai untuk orang yang berada di tengah permainan kematian."kata Lisa.
Yoda duduk asal diatas kerikil yang tidak terlalu runcing, mata cokelatnya menerawang jauh. Sejujurnya Yoda tidak ingat kapan terakhir kali dia merasa sangat takut. Saat ibu kandungnya menghembuskan nafas terakhir di tangan ayahnya, dia hanya menangis sebentar, kemudian tidak lagi.
Saat itu seingatnya, Yoda masih kecil, masih anak sepuluh tahun yang polos. Tapi, saat melihat wanita yang sudah melahirkannya meregang nyawa di kamar utama, akibat menentang pernikahan kedua sang ayah, Yoda kecil mulai menaruh dendam. Alih-alih merasa sedih, Yoda malah merasa sangat marah.
Amarahnya itu dipendam selama bertahun-tahun, dia berlagak seperti anak yang tidak tahu apa-apa dan pura-pura menyambut kedatangan mama tirinya. Sampai pada usianya yang ke dua puluh lima tahun, dia menghabisi dengan tangannya sendiri wanita yang sudah menjadi penyebab ibunya mati. Mengambil alih semua harta warisan dari sang ayah dan membiarkan pria tua itu mendekam di rumah sakit jiwa.
Yoda memang tidak punya perasaan, karena perasaannya sudah mati dibunuh oleh ayahnya sendiri. Dia menjadi jahat karena dendam yang membara, tapi, Yoda tidak pernah membunuh siapapun lagi setelah hari itu. Dia hanya membunuh mama tirinya dan membuang anak yang dilahirkan dari rahimnya ke jalanan.
"Asal kamu tahu, aku tidak pernah takut terhadap apapun."Yoda menatap Lisa sejenak, dia akui wanita di depannya itu cukup berani berbicara dengannya, mungkin karena dia tidak tahu betul siapa Yoda Zachary.
"Orang-orang di dalam rumah itu tidak akan berani menatapku seperti itu. Aku memang pernah membunuh orang, tapi, bukan tanpa alasan."
Lisa merasakan punggungnya menjadi dingin, kata-kata Yoda seperti seember es yang di siramkan ke punggungnya. Tidak mengatakan apa-apa lagi, Lisa setengah berlari meninggalkan tempat itu.
Jantungnya masih berdegup kencang saat melewati pintu utama. Matanya mengelilingi seluruh lantai satu dan tidak menemukan seorangpun, mungkin mereka sudah berpencar untuk mencari kunci.
"Pintu itu jelas bukan jalan keluar. Lalu, dimana pintu keluarnya?"Monolog Lisa naik ke lantai dua, dia akan memeriksa kamar-kamar yang ada di lantai dua, barangkali bisa menemukan satu atau dua petunjuk tentang si pembunuh.
"Atau jangan-jangan kunci hanyalah perumpamaan? Bisa saja cara untuk keluar memang dengan menemukan kuncinya tapi bukan dalam bentuk kunci."Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya, setelah melihat pintu tadi, Lisa semakin yakin ada yang aneh di tempat ini, bukan hanya tentang si pembunuh tapi juga tentang rumah ini.
Lisa membuka salah satu pintu di lantai dua. Tidak melihat ada orang lain di dalamnya, Lisa menghela nafas lega. Dia bergerak cepat memeriksa ruangan itu, tidak terlalu luas dan tatanan perabot nya tidak jauh berbeda dari ruangan lainnya. Satu tempat tidur, meja rias, lemari dan kursi santai. Dibandingkan apartemen, tempat ini lebih mirip kamar kost.
Lisa melihat-lihat meja rias, tidak ada apapun diatasnya, bersih dan rapi. Setelah itu dengan setengah hati Lisa berjongkok, memeriksa kebawah tempat tidur.
"AAAA!!!...."Lisa berteriak keras saat melihat satu kepala muncul dari bawah kolong tempat tidur, menatapnya dengan mata setengah melotot.
...***...
Like, komen dan subscribe yaa....