NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:329k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A ~ Bab 14

Dibalik cobaan, ada kemudahan, dibalik kesedihan ada kebahagiaan.

......................

Tiga anak laki-laki yang hanya mengenakan celana sekolah pendek berwarna merah itu lari tunggang-langgang mendekati tempat kejadian kecelakaan.

“Ya Rabb, tolong selamatkan mereka, terutama Kak Mala, tapi kalau Kak Dhien dan Meutia … jangan juga ya Allah, walaupun mereka suka sekali menyuruh kami!” Danang terus berdoa sambil berlari.

“Ya Allah.” Mala yang terjatuh di atas rumput pinggir jalan bersebelahan dengan parit kering, meringis menahan sedikit nyeri di pergelangan kakinya, beruntung dirinya melompat tepat waktu.

“Kak Mala, tak apa?” tanya Rizal yang ingin membantu untuk berdiri.

Amala menggeleng, meraih uluran tangan Rizal, lalu dirinya berdiri, menepuk-nepuk baju dan celana panjangnya yang penuh debu.

“Alamak … Kak Dhien nyungsep. Wee bantu sini! Alhamdulillah, guru kita tak kejet-kejet macam Ayam setelah di gorok!” Ayek berteriak nyaring, dia sudah masuk parit, tangannya memukul kuat punggung Dhien yang jatuh telungkup.

Rizal, Danang dan Mala, mendekati tempat di mana Dhien tersungkur.

“Kak Dhien masih hidup ‘kan? Mengapa nya tak bergerak?” Ayek mulai nangis, cepat-cepat mengemut kompengnya.

“AYEK PAOK! Kau kira tak sakit pukulan mu tu! Awas kan kaki hitam mu, Yek!” Dhien menjerit sakit, kala tangan yang terbenam di rerumputan, dipijak Ayek.

Ayek cepat-cepat menggeser kakinya, melepaskan kompengnya. “Ternyata betulan kakiku menginjak lengan Kak Dhien, pantas saja tadi terasa mengganjal.”

Dhien berbalik menjadi terlentang, mulutnya terasa pahit. “Peh … udah macam Kambing makan rumput awak dibuat si gila tu!”

Amala yang berjongkok di pinggir parit mengulurkan tangannya, yang langsung disambut oleh Dhien.

“Kau tak apa, Mala? Bagian mana yang mencium tanah?” tanya Dhien sambil mengibaskan kaos longgarnya.

“Cuma pergelangan kaki saja sedikit nyeri, sebentar lagi pasti sudah hilang rasa sakitnya, tapi … Meutia di mana nya?” Mala mengedarkan pandangannya, sama sekali tidak terlihat si bungsu keluarga Siddiq.

“Kak Meutia tak bersama Samson!” seru Danang yang memeriksa motor berbesi kuat itu.

“Lantas, telbang kemana Kak Meutia? Apa telscangkut nya di pohon jeluk?”

PLAK.

“Kalau nak cakap tu, empeng mu di buka dulu! Biar otak sebesar upil kau tu bisa berfungsi dengan benar! Tak nya kau tengok, bila perkebunan jeruk ada di sisi kanan, sedangkan Samson nyungsep nya pada bagian kiri!” Dhien memukul pundak Ayek.

Ayek melepaskan kompeng yang selalu diemut dan lepaskan. “Maaf Kak, tapi nanti aku nangis kalau tak mengompeng, sebab takut kali kalau Kakak sampai tak mati ….”

“Kau mengharapkan ku tak selamat ya, Yek?!” mata Dhien membesar.

“Bukan tu maksudnya, tadi aku salah ucap! Ni bibir mengapa tak pintar-pintar sih?!” Ayek memukul mulutnya sendiri.

“Lagi pula cuma kelebihan tiga huruf aja nya ... salahkan tu ‘tak’ yang ikut berbasis rapi,” lanjutnya, tidak mau disalahkan.

“Sudahlah! Daripada ribut, apa tak sebaiknya kita cari Meutia? Kasihan nya kalau kenapa-kenapa.” Mala yang paling normal diantara lainnya, mulai menyusuri pinggiran jalan, diikuti lainnya, mata mereka bergerak liar mencari keberadaan si pengendara tadi.

“Kak Meutia! Di mana dikau?” Danang.

“Meutia! Berteriak lah bila membutuhkan pertolongan!” Amala.

“Kak Tia, main yok!” Ayek.

“Kak Meutia! Kami punya pelepah pinang baru loo!” Rizal.

“Meutia! Tak nya kau khawatir dengan si Samson ni? Nya sudah pantas di jual pada tukang rongsokan!” Dhien berteriak sekuatnya, memancing emosi jiwa seorang Meutia yang sangat menyayangi motornya.

“Samson, kenapa nya? Wee … mengapa semua gelap? Apa ada gerhana Matahari?” Sosok yang sedari tadi terbaring dan malas membuka mata, kini mulai mengerjap, perlahan dirinya berusaha bangun.

Sayup-sayup, Dhien dan lainnya mendengar gerutuan itu. Begitu menangkap siluet sosok seperti Ubi bakar gosong, bergegas mereka histeris.

“Allaahu laailaaha illa huwal hayyul qayyum ….” Danang mulai melantunkan ayat kursi.

“Wee … ada hantu Belawu! Tapi mengapa badannya hitam bukannya biru ya?!” Ayek berteriak ketakutan, bersembunyi di belakang Amala, dengan wajah menyamping menatap sosok yang dia kira hantu.

“Peh … peh …Kakak! Samson kenapa?” teriaknya sambil meludah, melototkan mata.

Kira-kira seperti itulah wajah si Cegil Meutia.

“Astagfirullah … Meutia! Mengapa kau gosong macam pantat kuali?” Mala tertawa terpingkal-pingkal, sampai dirinya berjongkok memegangi perut.

“Kau memang cocok berteman dengan alam, Tia! Sampai abu pun sangat menyayangimu!” Dhien menghentakan kakinya di tanah, tawanya membahana, yang lainnya pun sama tertawa sampai air mata mereka merebak.

Meutia terlempar lalu terguling-guling di lahan bekas pembakaran ilalang yang entah mau ditanami apa.

“Memang PAOK kalian tu! Bukannya membantu malah menertawai ku!” Hatinya begitu kesal, apalagi melihat rupanya yang sudah seperti arang, hijab dan baju berwarna birunya sekarang menjadi abu-abu kehitaman.

Meutia terseok-seok melangkah mendekati motornya, begitu melihat benda kesayangannya tergeletak mengenaskan, terbalik dengan roda di atas, histeris lah dirinya.

“Samson! Kau baik-baik saja kan Nak! Jangan sekarat duhai kesayanganku! Nanti Mamak ikutan sakit loo …!” Seketika air matanya luruh, dan warna hitam bercampur putih menghiasi wajah Meutia.

“Eh ….” Meutia menghapus kasar air matanya. “Jangan Mamak deng, geli kali rasanya. Masa masih gadis dipanggil macam tu! Samson sebut Induk saja ya Nak? Biar macam Ayam dan anaknya … ha ha ha, itu lebih enak didengar telinga ni!”

Dhien berdiri dan mendekati Meutia. “Ada gila-gilaan nya kau ni! Di panggil Mamak geli, tapi menyebut Induk … terpingkal-pingkal, dasar tak masuk akal! Bukannya mengkhawatirkan diri sendiri dan kami, malah menangisi benda mati!”

Meutia mendengus, muka jeleknya menatap sengit Dhien. “Nyatanya Kakak masih bisa berdiri, jadi apa yang hendak di tangisi? Kalaupun kita luka-luka bisa langsung diobati dengan pergi ke puskesmas Desa. Tapi, bila si Samson … harus dibawa ke kota kecamatan dulu baru nya sembuh! Malang betul nasibmu Nak!”

“Bantu Tia mengangkat Samson! Biar nya tak terlihat sangat mengenaskan.” Meutia mencoba menarik motornya, tetapi tidak berhasil.

Dhien dan lainnya ikut masuk parit, berusaha membalikkan bodi motor.

“Huwwaaa … kepalanya Samson patah! Jahat betul yang membuatnya sampai menderita!” Lagi-lagi Meutia histeris, ternyata stang motornya patah jadi dua.

“Kau lah orang jahat tu, Tia! Karena mu kita sampai terbang lalu terhempas dan berakhir nyungsep!” Dhien menatap galak.

"Enak saja. Bukan Tia, ya! Tapi mereka para Kurcaci jelek!” Tunjuknya pada Ayek dan lainnya. “Harusnya langsung mendekat bukannya minggat! Jadi tak payah Tia mengejarnya!”

“Tak mau! Nanti yang ada kami disuruh cari pelepah pinang! Terus, sepanjang jalan menyeret Kak Meutia!” Protes Ayek dengan bibir mencebik.

“Sudah, sudah, janganlah berdebat terus! Lebih baik kita tinggalkan saja si Samson disini dulu! Ayo bersihkan diri di sungai, setelahnya ke rumah Nini dan Aki!” Mala menghentikan perdebatan tadi, lalu memimpin jalan menuju sungai.

.

.

“Dhien … buku nikah mu di mana? Tak ketinggalan ‘kan? Terus macam mana dengan sepedamu …?"

.

.

Bersambung.

1
Andri Yani
klo kalian belum baca novel ini bisa dipastikan kalian adalah orang yg merugi krn ni novel keren abizzzz gaessss💗💗💗
wasiah miska nartim
horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
Khairani
cerita ini secara tidak langsung mengajarkan perempuan harus menjunjung tinggi rasa malu, malu adalah mahkotanya perempuan, makasi author sudah menulis novel yg sangat menarik
Aisyah Madani
/Smile/
wenni efriani
suka dengan ceritanya, bukan hanya konflik, tapi keseruan menjalani hari2 nya sangat menyenangkan. jadi teringat kenangan masa kecil dulu
Lasri Anariya
Baru ada kesempatan buat ke sini, dah penasaran bnget sama cerita Dhien
Irma
kamu wanita yg sangat kuat dan tangguh Dhien sungguh luar biasa segala cobaan yg telah kamu lalui Dhien tak heran kamu tegar di masa depan cobaan hidupmu saja sudah seberat ini kamu wanita yg luar biasa Dhien luar biasa
narti bintang
bagus...suka banget sama ceritax👍👍👍
Iis Yuningsih
ceritanya luar biasa kereen
Iis Yuningsih
kalo boleh saran, gabung aja cerita nirma sama dhien,saya jg berharp bgt nirma sm byakta soalnya sabar bgt,syng sm nirma&anaknya nirma,anaknya jg ga mau jauh dari byakta,nirma sm dzikri aja author jg sm yg lain semangat ya author jg gantung ceritanya di tunggu up nya banyak²💪🏻💪🏻💪🏻🥰🥰🥰🥰
bunga cinta
trio cebol tetap sisipin di sini aja, biar tambah berwarna
SAL💞🇲🇾
bertabahlah dhien...akan ada hr bahgia untuk mu....
jawir
lebay ga sih klu aku ampe keluar air mata dgn kisah Dhien ini,,di Cerita Gamala dia sosok yg tengil das des ceria .....sedang di sini teryata penderitaannya sungguh terlalu kau buat kak thor
semangaat Dhien doaku meyertaimu
Bang Fay
kk tolong kenapa sy gak bisa buka episode berikutnya
Bang Fay
kenapa gak bisa buka episode berikutnya, waktu gamala aman aman aja gak kaya gini ini baru baca 1episode, berikut ny gak bisa di buka, Dhien..... gimana ini,
Bang Fay
kenapa gak bisa buka episode 32 dan seterusnya /Sob//Sob//Sob/
bunda fafa
cie cie babang ikram mau melamar dedek meutia oey... qiw qiw 😘
Tiffany_Afnan
Mampir bentar Dien.. nitip sendal !!
tar kembali lagi skalian bawa tiker sm kupi , klo dh End yak. 🤩😘🤗
bunda fafa
awww.. totong... ada lg nama baru 😆😆😆jelas lah suami yuni jadi malu dengernya haha.. 1 barang sejuta nama 🤣🤣
Ani
kan kan gimana gak baper bang Agam sweet banget...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!