NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:663
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Syukurlah kau sudah bangun,"

"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"

"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”

Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.

"Ha-- Hachiiih!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menatap Ellisa

Sam masuk ke kamar dengan perlahan, menggendong seorang bayi kecil yang sudah tenang setelah minum susu dari botol dot.

Bayi itu, Elmira Adhiyaksa.

Berusia 7 bulan, tampak mengisap dot dengan tenang sambil sesekali menggerakkan tangan mungilnya.

"Apa aku nggak salah dengar? Tadi koki bilang kamu minta aku membawa Elmira ke sini?" Sam membuka percakapan, suaranya penuh rasa ingin tahu.

Ellisa yang berdiri membelakangi Sam tidak langsung menjawab. Dia hanya terus mencoba menenangkan diri. Menahan rasa sakit yang sulit dijelaskan.

"Maaf, Izinkan aku menggendongnya." Ucap Ellisa penuh permohonan.

Sam mengerutkan dahi, bingung dengan permintaan itu. "Menggendongnya? Tapi kenapa?"

"Aku mohon... aku hanya ingin menenangkannya. Itu saja," jawab Ellisa tanpa banyak penjelasan.

Sam memiringkan kepala, jelas masih tidak mengerti. Dia melirik bayi dalam gendongannya, lalu kembali menatap Ellisa.

Gadis ini sejak tadi memberikan jawaban yang terasa seperti menghindar, tidak pernah benar-benar menjawab pertanyaannya secara langsung.

Ellisa berdiri dengan tubuh yang tampak gelisah. Kakinya bergerak maju-mundur kecil, jemarinya meremas ujung kaos kebesaran yang menjuntai hingga menutupi lututnya.

Sam menatap rambut coklatnya yang terurai basah terlihat mulai kering, tetapi masih tampak kusut.

"Please, Bisakah kau memberikan anak itu padaku?" Desak Ellisa sekali lagi.

"Kenapa kau ingin menggendongnya? Kau belum menjelaskannya," ujar Sam akhirnya.

Ellisa menggigit bibirnya, merasa terpojok. "Aku... aku nggak bisa menjelaskan. Tapi aku mohon... aku butuh menggendongnya. Bayi itu... dia membutuhkanku."

Perkataan itu membuat Sam terkejut. "Membutuhkanmu? Kau bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana mungkin seorang bayi membutuhkanku menyerahkan dia kepadamu?"

Ellisa menggenggam ujung kaosnya lebih erat, suaranya melemah. "Tolong... ini penting. Kalau kau tidak percaya, kau bisa berdiri di sini dan memperhatikan. Tapi aku harus memegangnya sekarang."

Sam akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah," katanya. Dengan hati-hati, dia mendekati Ellisa dan mengulurkan Elmira ke arahnya.

Ellisa berbalik perlahan, matanya berkaca-kaca saat melihat bayi itu. Dengan gerakan yang sangat lembut, dia meraih Elmira ke dalam pelukannya.

Sesaat setelah bayi itu berada di dekapannya, Elmira langsung tenang, bahkan senyuman kecil muncul di bibir mungilnya.

Dengan posisi tetap membelakangi, Ellisa perlahan mengangkat kaos kebesaran yang ia kenakan, memperlihatkan celana pendek dan pinggangnya yang ramping.

Sam, yang berdiri tak jauh darinya, tercekat. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Ellisa, tapi pemandangan itu membuat pikirannya penuh tanda tanya.

Ellisa, menyadari tatapan Sam yang tajam meski berada di belakangnya, "Sesuai yang kubilang, kamu boleh melihatnya... tapi jangan bertanya tentang apapun."

Sam hanya bisa diam.

Bibirnya ingin bergerak untuk bertanya, tapi kata-kata itu tertahan. Ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin melanggar permintaan gadis itu.

Ellisa lalu menurunkan botol susu dari mulut kecil Elmira. Bayi itu tampak sedikit resah, menggerakkan tubuh mungilnya, seolah mencari sesuatu.

Dengan gerakan penuh kasih sayang, Ellisa mendekap bayi itu lebih erat ke dadanya. Membiarkannya menghisap ASI semau Elmira.

Napas Ellisa teratur, dan dia mulai bersenandung dengan lembut, nada yang indah dan menenangkan memenuhi ruangan.

Tubuh Ellisa perlahan bergoyang lembut, menciptakan irama yang menenangkan, seirama dengan senandungnya.

Elmira, yang awalnya sedikit gelisah, kini tampak tenang dan mulai mengisap dengan nyaman.

"Aku bahkan belum tahu namanya, tapi aku sudah tahu kebiasannya," gumam Sam pelan, hampir seperti bisikan.

Tapi suara itu tidak sampai ke telinga Ellisa, yang tampaknya sudah larut dalam dunianya sendiri, memberikan ketenangan kepada Elmira.

Satu hal yang jelas bagi Sam adalah bahwa dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu. Ada sesuatu tentang Ellisa yang membuatnya ingin tahu lebih banyak.

“Kau… menyusuinya?” tanya Sam menebak, alisnya terangkat sebelah. “Apa kau wanita bersuami yang sudah memiliki anak?”

Ellisa tetap membelakangi Sam, “Aku sudah bilang, jangan bertanya.”

Sam mendengus frustrasi. “Kau benar-benar tidak sopan pada orang yang telah menolongmu. Jelaskan padaku sekarang juga!” Nada suaranya naik, kali ini penuh dorongan untuk mendapatkan jawaban.

Tanpa sadar, tangan Sam bergerak, meraih pundak Ellisa dengan niat untuk memutarnya agar menatapnya langsung.

Tapi saat tubuh Ellisa sedikit berputar, pandangan Sam terhenti pada pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ellisa sedang menyusui Elmira. Bayi kecil itu tampak nyaman dalam pelukan hangatnya, sementara tangan mungil Elmira menyentuh lembut dada Ellisa, seolah mencari lebih banyak kehangatan.

Sam terdiam, tubuhnya membeku di tempat. Mata kelabunya menatap penuh keterkejutan, hampir tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

“Please…” suara Ellisa terdengar gemetar. “Jangan ganggu aku dulu. Aku butuh anak ini…”

Ellisa merangkul Elmira dengan erat, seolah bayi itu adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkannya dari kehancuran.

Sam mengerutkan kening, matanya melembut meski pikirannya tetap diliputi kebingungan. “Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?”

Ellisa kembali membalikkan badannya. Dia hanya memejamkan mata, mencoba mengendalikan perasaannya yang kacau.

“Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku hanya tahu, aku butuh bayi ini untuk… mengurangi rasa sakit ini. Aku tahu ini aneh, tapi tolong, percayalah padaku…”

Sam menghela napas panjang, berusaha meredam gelombang emosi yang melanda dirinya.

Dia melangkah mundur, memberikan sedikit ruang untuk Ellisa. “Baiklah,” katanya akhirnya, meski nada suaranya masih menunjukkan ketidakpastian.

“Aku akan percaya padamu, untuk sekarang. Tapi setelah ini, aku butuh penjelasan. Aku tidak bisa terus membiarkanmu menyimpan rahasia seperti ini di rumahku.”

Ellisa mengangguk kecil.

Setelah Ellisa merasa tenang dan Elmira tertidur di pelukannya, dia bertanya lembut, "Siapa nama bayi ini?"

Sam menjawab, "Elmira. Elmira Adhiyaksa."

Ellisa tersenyum kecil, menundukkan kepala untuk menatap wajah mungil Elmira. “Elmira… Terima kasih ya atas kehadiranmu. Aku akan selalu menyayangimu, seperti aku menyayangi anak-anak di panti. Sekarang, tidur yang nyenyak, ya…” ucapnya lirih, seolah sedang berbicara pada sesuatu yang rapuh dan sangat berharga.

Sam memiringkan kepala, “U—udah?” tanyanya dengan nada gugup.

Ellisa mengangkat wajahnya, perlahan menyerahkan Elmira kembali kepada Sam. “Dia sudah kenyang. Terima kasih, kamu sudah mengizinkanku menyusui Elmira.”

“Mengizinkan?” Sam mengerutkan dahi, lalu memutar matanya. “Kalau meminta izin dengan paksaan, apa itu masih bisa dibenarkan?”

Sam akhirnya menerima Elmira dengan hati-hati, menatap bayi yang kini tampak begitu damai dalam tidurnya.

Ia melirik Ellisa sekali lagi sebelum melangkah menuju pintu. “Kalau begitu, aku akan membawanya ke kamarnya.”

Ellisa menatapnya dengan tatapan penuh arti, seolah dia tahu bahwa Sam tidak sepenuhnya marah, hanya bingung. Namun, dia memilih untuk tidak menjawab.

Dia memegang dadanya yang terasa kembali sedikit menegang, menandakan bahwa kenyamanan yang baru saja ia dapatkan dari menyusui Elmira tidak akan bertahan lama.

Di kamar Elmira, Sam menatap Elmira yang kini tertidur pulas dalam ranjangnya. Dia menghela napas berat. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?” tanyanya pelan.

1
Serenarara
Tolong selametin Esa dok. Esa aset berharga bagi banyak wanita. /Whimper/
Serenarara
Nah loh, masih idup nggak tuh adiknya? Takutnya kalian santai-santai, jasad adiknya udah dikubur di belakang asrama lagi.../Scream/

BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/
Miu Nh.: lah, jadi horor donk kak ceritanya.

Itu sebenarnya adekny Kak Esa udh ada di dpn mata. Cuman, di depan mata siapa 🤭 coba tebak...

oke, aku meluncur ke Poppen~
total 1 replies
Serenarara
Salah bgt nyelesain masalah dengan maaf2an lbh dulu. Selesain dulu akar masalahnya, validasi mana yg benar, koreksi mana yg salah. kalo udah pada tau salahnya baru suruh minta maaf. kalo gini mah cm lama2in dendam doang.
Miu Nh.: Masalah dan kenakalan Alana masih belum bisa selesai. Kesalahan Sam krna dia lebih memilih jalur 'instan' itu dgn harapan tak ingin masalah itu terulang lagi.

Dan Sam tidak bisa dibenarkan disini. Bahkan Esa lebih membela Alana dn Alana juga gk mau disuruh minta maaf gitu doank.

Terima kasih kak udh mau kritis mengikuti cerita aku 🤗
total 1 replies
Tara
wah bisa menyusui tanpa punya suami dan masih perawan..mantap...itu keberuntungan atau kutukan...🤔🫣👏
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terimakasih bintangnya...
ugh, bagi Ellisa sendiri itu kutukan 🥲
total 1 replies
Bu Kus
kelebihan yang luar biasa
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terima kasih udah ngikutin cerita ini, semoga lanjut baca terus...
total 1 replies
Serenarara
Kok idenya unik.
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 semoga sukka...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!