Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jangan Rokok
Chilla menimang-nimang dua lip cream berwarna berbeda di tangannya. Ia terlihat sangat bingung memilih warna yang paling cocok untuknya. Mata bulatnya melirik ke arah Raja, suaminya, yang berdiri tak jauh darinya, menunggu dengan sabar.
"Boleh beli gak, sayang?" tanyanya sambil melirik wajah Raja dengan ekspresi memohon.
Raja mengangguk. "Boleh," jawabnya halus tanpa ragu. Ia tahu Chilla tidak akan berhenti bertanya sampai mendapat izin darinya.
"Tapi bagusan yang mana ya?" gumam Chilla, seperti berbicara pada dirinya sendiri. Ia memandang kedua lip cream itu dengan serius, mencoba membayangkan mana yang lebih cocok di bibirnya.
Raja, yang sudah memahami kebiasaan istrinya, langsung memberikan solusi. "Beli keduanya aja," katanya sambil mengambil kedua lip cream itu dari tangan Chilla dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja yang ditenteng istrinya. Ia tahu jika Chilla hanya membeli satu, kemungkinan besar ia akan kembali ke rak itu lagi untuk mengambil yang lainnya.
Chilla tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Ihhh, sayang banget sih sama suami aku," katanya dengan nada manja. Wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan. Padahal Chilla juga sering belanja banyak waktu masih memakai uang dari kedua orang tuanya, tapi sekarang berbeda, Raja yang membayar semuanya membuat Chilla senang.
Raja hanya tersenyum tipis, merasa puas karena telah membuat Chilla senang. Tapi baru beberapa langkah meninggalkan rak itu, perhatian Chilla kembali teralihkan.
"Aaaaaa, ada cushion terbaru!" seru Chilla sambil berlari kecil menuju rak lain. Ia mengambil sebuah produk cushion yang tampaknya menjadi barang incaran barunya. Raja, yang tidak terlalu paham dengan produk-produk make-up, hanya mengangkat alis melihat antusiasme istrinya.
"Jangan lari-lari Chilla." tegur Raja.
"Maaf sayang, satu lagi boleh ya, sayang?" pinta Chilla sambil menunjukkan cushion tersebut dengan wajah penuh harap. Nada suaranya terdengar manis, seperti anak kecil yang meminta mainan pada orang tuanya.
"Boleh," jawab Raja singkat tanpa berpikir panjang.
Chilla bersorak gembira seperti memenangkan lotre. Ia melompat kecil dengan ekspresi bahagia, lalu berjalan menuju kasir dengan keranjang belanjaan yang kini sudah penuh. Raja mengikutinya dari belakang, memastikan istrinya tidak membawa terlalu banyak barang sampai ia kewalahan sendiri.
Saat tiba di kasir, Raja menyerahkan dompet hitam miliknya pada Chilla. "Kamu aja yang bayar," katanya sambil menyerahkan dompet itu.
Chilla menerima dompet tersebut dengan alis terangkat. "Kamu mau ke mana?" tanyanya heran.
"Mau ngerokok di luar sebentar," jawab Raja santai.
Sebelum pergi, Raja memegang kepala belakang Chilla dengan lembut dan mengusapnya sebentar. Ia tersenyum tipis, lalu melangkah keluar dari toko skincare menuju area luar mal.
Chilla yang masih berdiri di antrean kasir hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. Sambil menunggu gilirannya, ia mulai menghitung kira-kira berapa total belanjaan mereka kali ini. Namun pikirannya melayang, membuatnya tak sadar bahwa gilirannya telah tiba.
"Mbak!" panggil wanita kasir itu dengan suara sedikit keras, membuat Chilla tersentak dari lamunannya. Ia segera maju ke meja kasir dan memberikan barang-barangnya untuk dihitung.
Setelah selesai, total belanjaannya mencapai satu setengah juta rupiah. Mata Chilla sedikit membelalak, tetapi ia cepat-cepat mengingat bahwa Raja sudah memberitahukan PIN ATM-nya kemarin. Ia membayar semuanya dengan kartu debit, merasa sedikit lega karena Raja tidak pernah mempermasalahkan pengeluarannya, terutama untuk hal-hal yang membuatnya senang.
Chilla menenteng tas belanjaan berisi berbagai produk skincare dan make-up yang baru dibelinya. Ia keluar dari toko dengan perasaan puas, meskipun sedikit lelah setelah mengitari rak-rak produk yang seakan tak ada habisnya.
Saat matanya mencari-cari Raja, ia menemukannya sedang duduk santai di sebuah kursi dekat area luar mal. Raja terlihat begitu tenang, menikmati udara sore dengan rokok di tangannya.
"Udah selesai?" tanya Raja sambil menghisap rokoknya untuk terakhir kali. Ia mematikan rokok itu di asbak dan menginjaknya dengan sepatu untuk memastikan bara apinya padam.
Chilla berjalan mendekat sambil membawa tas belanjaannya. "Iya, udah selesai. Tapi nanti kamu nggak boleh ngerokok lagi, ya sayang," katanya dengan nada tegas, tapi masih terdengar manja.
Raja mengangkat alis, menatap istrinya dengan bingung. "Kenapa emangnya?" tanya Raja.
Chilla meletakkan tas belanjaannya di kursi kosong di sebelah Raja, lalu menunjuk perutnya. "Karena ini. Nggak baik buat dede bayi," ujarnya sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Raja tersenyum kecil mendengar penjelasan itu. Ia mengangguk pelan, lalu berdiri dan mengambil tas belanjaan dari tangan Chilla. "Oke, oke. Demi dede b
berhenti ngerokok," katanya sambil menggandeng tangan istrinya menuju mobil.
Di perjalanan menuju parkiran, Chilla terus menceritakan produk-produk yang baru dibelinya, mulai dari cushion, lip cream, hingga skincare khusus untuk ibu hamil. Raja hanya mendengarkan sambil sesekali menanggapi dengan anggukan atau senyuman. Meskipun ia tidak terlalu paham dengan semua istilah yang disebutkan Chilla, ia senang melihat istrinya begitu bersemangat.
Setibanya di mobil, Raja membantu Chilla masuk ke dalam sebelum memasukkan tas belanjaan ke bagasi. Setelah memastikan semuanya beres, ia masuk ke kursi pengemudi dan menghidupkan mesin mobil.
"Sayang," panggil Chilla saat mobil mulai melaju keluar dari area parkir.
"Hm?" sahut Raja tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
"Makasih ya, udah selalu sabar sama aku," kata Chilla pelan. Nada suaranya terdengar tulus.
Raja melirik Chilla sesaat sebelum kembali fokus mengemudi. "Aku suami kamu, Nia. Wajar kalau aku sabar. Lagian, aku juga bahagia ngelihat kamu senang," jawabnya sambil tersenyum tipis.
Chilla merasa hatinya hangat mendengar jawaban itu. Ia bersandar ke kursi, memandangi wajah suaminya yang tampak serius mengemudi. Dalam hati, ia merasa beruntung memiliki Raja di sisinya, seseorang yang selalu membuatnya merasa dicintai dan dihargai.
"Kalau dede bayi udah lahir, dia bakal tahu nggak ya kalau dia punya ayah yang luar biasa kayak kamu?" tanya Chilla tiba-tiba.
Raja tertawa kecil. "Nanti aku kasih tahu sendiri. Tapi aku yakin dia bakal lebih deket sama kamu. Soalnya kamu kan calon ibu paling manja."
Chilla tertawa sambil memukul pelan lengan Raja. "Ihh, jahat kamu!" katanya pura-pura kesal, meskipun senyumnya tak pernah hilang.
"Sayang" ujar Chilla menepuk dahinya.
"Kenapa?" tanya Raja bingung.
"Lupa beli es krim ish." ujar Chilla kesal. Karena berada di toko skincare terlalu lama jadi dia lupa untuk membeli skincare.
"Kamu nggak minta ya udah aku gak ingetin, soalnya kadang kamu cuma mintanya doang tapi makanannya gak bakal dimakan." sahut Raja.
"Tapi pengen banget sayang." ujar Chilla menyandarkan kepalanya di bahu Raja.
"Jadi masih mau? aku beliin sekarang deh." ujar Raja mengusap kening Chilla.
"Nggak jadi deh, aku males keluar rumah lagi. Dan aku gak mau ditinggal." jawab Chilla.