S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. MB 13.
...~•Happy Reading•~...
^^^Pak Bernad sengaja mengajak Bu Marnise menjauh dari anak-anaknya, untuk mengingatkan istrinya. Sebab sayup-sayup terdengar ucapan Andreas meyakinkan Mamahnya yang mengetahui bahwa Ophelia tinggal sendiri di villa tersebut.^^^
^^^Andreas sangat mengerti ucapan atau tatapan Mamahnya jika menegurnya dan Yuliane. Jadi reaksi Andreas yang tiba-tiba memeluk Mamahnya sambil berkata pelan dan tepukkan pelan istrinya pada punggung Andreas, membuat Pak Bernad paham situasi.^^^
^^^Sedangkan Ophelia hanya berpikir, Andreas sedang menenangkan Mamahnya supaya bisa tinggal di villanya. Jadi dia membiarkan Andreas dan Bu Marnise, lalu mengajak Yuliane ke kamarnya untuk ambil penutup tempat tidur dan selimut.^^^
"Dek, bisa tidur denganku di sini? Biar Mas Andre tidur di kamar satunya." Pinta Ophelia, sebab hanya 3 kamar (termasuk kamarnya) ada di lantai bawah. Dia tidak tega membiarkan Andreas yang tinggi, tidur di sofa. Sangat tidak nyaman, kalau kakinya harus ditekuk.
"Iya, Kak. Kalau Kak Ophel bersedia berbagi tempat tidur dengan Yulia. Makasih." Yuliane langsung memeluk Ophelia. Dia mengerti maksud permintaan Ophelia yang sayang pada kakaknya. Dia sendiri belum pernah berbagi tempat tidur dengan orang lain. Karena sayang kakaknya, dia mau terima permintaan Ophelia.
Setelah merapikan kedua kamar, Ophelia dan Yuliane keluar mencari yang lain. "Sudah?" Tanya Andreas yang sudah selesai telpon dan melihat Yuliane dan Ophelia keluar dari kamar tamu.
"Sudah, Kak. Malam ini aku tidur dengan Kak Ophel di kamarnya, supaya kaki kakak yang panjang ini gak bergelantungan seperti jemuran di sofa." Yuliane berkata sambil tersenyum dan menunjuk kaki Andreas. Sontak Andreas melihat ke arah Ophelia dan mengucap 'TQ' dengan gerakan bibirnya lalu mengacak rambut adiknya dengan sayang.
"Mari kita duduk sebentar." Andreas mengajak Ophelia dan Yuliane ke ruang keluarga, lalu duduk di sofa.
"Ophel, besok pagi saja, baru kita ke Jakarta. Tadi aku sudah bicara dengan Pak Danny untuk bicarakan waktunya dengan penyidik. Aku sangat lelah hari ini. Mau tidur dulu baru berangkat pagi. Gimana?" Tanya Andreas sambil melihat Ophelia.
"Iya, Mas. Nggak usah buru-buru. Kalau Pak Danny bisa atur, gak pa-pa kita berangkat agak siang. Biar Mas Andre istirahat dulu." Ophelia menyetujui sebab Andreas terlihat lelah, jadi Ophelia berusaha agar mereka bisa istirahat yang cukup.
"Baik. Kalau begitu, aku mau bersihin badan, sebelum gak kuat jalan ke kamar mandi." Andreas segera berdiri dengan hati lega.
"Bentar, Kak. Yulia ambil handuk." Yuliane langsung membuka kopernya yang belum dimasukan ke kamar.
Ophelia yang mau ambil handuk buat Andreas, jadi berbalik. "Mas Andre mau pakai air hangat?" Dia mengerti situasi dan kasih sayang Andreas dengan adiknya.
"Gak usah. Nanti makin lama di kamar mandi." Andreas mengangkat tangan mencegah. "Thanks, Dek." Andreas mengambil handuk dari tangan Yuliane, lalu menuju kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi, Andreas masuk ke kamar dan tidur, sebelum kedua orang tuanya kembali.
...~°°°~...
Ke esokan harinya, Andreas dan Ophelia tiba di Bandara Soetta dan langsung menuju rumah Ophelia. Andreas sudah memberitahukan kedatangan mereka kepada pengacara Danny, agar bisa berkoordinasi dengan penyidik kepolisian.
"Mas mau istirahat atau mau minum sesuatu?" Ophelia bertanya setelah mereka tiba di rumah dan mengira Andreas masih lelah.
"Kau yang istirahat. Aku tunggu Pak Danny. Mungkin sebentar lagi tiba." Andreas jadi tersenyum mendengar ucapan Ophelia, sebab menurutnya, Ophelia yang terlihat capek. Rasa tegang mau bertemu polisi, membuat dia tidak bisa memejamkan mata di pesawat.
"Kalau begitu, aku mau bicara dengan Bibi. Supaya mereka siapkan minuman dan cemilan." Ophelia menggerakan tangan ke belakang. Andreas mengangguk mengiyakan lalu menghubungi Biherly untuk memeriksa cctv di rumah Ophelia.
Tidak lama kemudian, pengacara Danny tiba. Andreas berbicara serius dengan pengacara Danny sebelum pihak kepolisian datang. Mereka kuatir, kasus rencana pembunuhan Pak Johan akan ditanyakan oleh penyidik kepada Ophelia.
"Nona, Ophelia. Kalau ditanya penyidik polisi, jawab sesuai yang Nona tahu saja. Tidak usah menebak atau yang Nona pikirkan." Pengacara Danny dan Andreas bergantian mengingatkan Ophelia, supaya dia tidak perlu menjadi saksi di pengadilan.
"Iya, Pak Danny. Mas Andre, makasih. Aku akan ingat." Ophelia makin serius mempersiapkan diri.
Andreas dan pengacara memutuskan untuk tidak menceritakan tuntutan rencana pembunuhan terhadap Pak Johan kepada Ophelia, agar dia tidak terguncang dan bisa tenang menghadapi penyidik yang akan memeriksa TKP.
Sesuai waktu yang ditentukan, penyidik Bram tiba di rumah Ophelia. Bibi diminta untuk membuka pagar, setelah pengacara Danny bilang penyidik polisi sudah di depan rumah.
Pengacara Danny dan Andreas yang sudah mengenal petugas Raka, langsung menyalaminya saat masuk ke dalam rumah. "Pak pengacara, ini pimpinan kami yang mau menyidik TKP." Petugas Raka memperkenalkan penyidik Bram kepada pengacara Danny, Ophelia dan Andreas.
"Maaf, Pak. Client saya tidak tinggal di sini. Mereka bekerja di Bali, jadi baru tiba hari ini." Pengacara Danny menjelaskan kepada penyidik Bram setelah mereka duduk di ruang tamu.
"Iya, Pak Danny. Anggota saya sudah kasih tahu. Anda putri Pak Johan Thurana?" Penyidik Bram langsung bertanya kepada Ophelia, sebab ingin tahu pria yang duduk di sampingnya.
"Iya, Pak. Saya Ophelia Nathania Thurana. Ini pacar saya, Mas Andre." Ophelia langsung memperkenalkan Andreas, sebab melihat penyidik Bram terus memperhatikan Andreas.
'Oh, ini yang dimaksudkan Raka dengan pacar putri Pak Johan. Pria yang sangat tampan dan berkharisma.' Penyidik Bram membatin, setelah mengamati Ophelia dan Andreas, bergantian.
"Baik. Kami akan mencocokkan bukti cctv dengan TKP. Kami harap kerja samanya juga, untuk menjawab beberapa pertanyaan setelah pemeriksaan TKP." Penyidik Bram langsung kepada tujuannya dan jadi tertarik untuk mendengar keterangan dari Ophelia tentang tuntutan Ayahnya.
"Iya, Pak. Silahkan." Ophelia mempersilahkan penyidik Bram dan anggotanya dengan membuka tangan, mempersilahkan.
Andreas juga memperhatikan penyidik Bram. Dia respect atas sikap dan cara penyidik Bram berbicara dengan mereka. 'Wajah dan hati yang selaras.' Andreas membatin dan mengagumi.
'Jika ada banyak aparat yang seperti ini, masyarakat sipil tidak ragu untuk minta pertolongan, kalau mengalami tindak kejahatan.' Andreas terus membatin sambil sesekali melihat ke arah penyidik Bram.
Petugas Raka segera membuka laptop untuk memperlihatkan bukti cctv kepada pimpinannya. "Apa semua cctv masih pada tempatnya dan berfungsi dengan baik?" Tanya penyidik Bram kepada Ophelia. Sontak Ophelia melihat ke arah Andreas, sebab dia tidak tahu.
"Mohon ijin jawab, Pak." Andreas mengangkat tangannya, sebab mengerti tatapan Ophelia. Penyidik Bram mengangguk mengiyakan sambil berpikir tentang posisi Andreas di rumah itu.
"Semua cctv masih pada tempatnya. Hanya ada tambahan beberapa cctv di bagian depan rumah, sebab kadang Ophel tinggal di sini bersama Bibi. Setelahnya, hanya kedua Bibi tinggal di sini." Penyidik Bram serius melihat Andreas.
"Cctv yang lama masih aktif. Hanya di kamar utama yang sudah dinonaktifkan, sebab sekarang Ophel pindah ke kamar itu." Keterangan Andreas membuat Ophelia tersadar dengan kamar orang tuannya. Sehingga dia melihat Andreas dengan mata membulat.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
untung Bu lianty ketemu Bu Dessy jadi dia tau apa yang terjadi