"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Ayara tidak punya pilihan lain selain mengikuti Vartan. Entah ke mana pemuda itu akan membawanya. Dia juga penasaran apa yang ingin dibicarakan Vartan dengannya. Pergi berdua seperti ini, justru membuat perasaan Ayara kembali timbul padahal gadis itu sudah berusaha menguburnya. Semoga saja nanti akan tenggelam dengan sendirinya.
Ayara pikiran Vartan akan mengajaknya ke taman untuk bicara sebentar dan mengantarnya pulang. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya malah diajak ke sebuah pantai terbengkalai yang dulu pernah dia singgahi bersama dengan pemuda itu. Ayara jadi ingat bagaimana kebersamaannya dulu dengan Vartan.
Keduanya tampak begitu bahagia meskipun hubungan keduanya tanpa adanya status. Ayara merasa begitu dicintai saat itu. Dia berpikir, dalam hati Vartan hanya ada dirinya seorang. Siapa yang menyangka jika pemuda itu sekarang malah memilih wanita lain sebagai tunangannya. Entah bagaimana cara perkenalan mereka karena Ayara sendiri tidak mengenal siapa Alexa.
"Kenapa kamu mengajakku ke sini? Mau nostalgia," sindir Ayara dengan berdecih sinis. "Kayaknya nggak banget deh karena kita 'kan tidak pernah memiliki hubungan apa pun."
"Sudah, duduk sini saja, jangan terlalu banyak berpikir. Lebih baik kita bersenang-senang saja," ucap Vartan sambil menepuk pasir di sebelahnya agar Ayara duduk di sampingnya.
Mau tidak mau gadis itu pun akhirnya duduk juga, mengikuti keinginan Vartan. Hingga beberapa menit masih tidak ada yang dibicarakan oleh pemuda itu sama sekali. Ayara yang penasaran pun menengok ke samping. Ternyata Vartan hanya diam memandangi lautan lepas.
Dari tatapannya entah kenapa Ayara berpikir jika Vartan tengah menahan beban berat dalam dirinya. Biasanya pemuda itu begitu cerewet dan tidak suka suasana seperti ini. Hanya jika ada sesuatu yang mendesak barulah dia akan bicara dengan serius.
"Kamu mengajakku ke sini hanya mau memandangi lautan saja?" tanya Ayara membuat Vartan menoleh sejenak dan kembali menatap ke depan.
"Apa salahnya? Lihatlah air itu. Tadinya dia begitu tenang, tapi begitu ombak datang dapat menyapu segala hal yang ada di depannya."
Ayara semakin tidak mengerti arah pembicaraan Vartan. Dia jadi semakin ada sesuatu yang telah terjadi dan pemuda itu sengaja menutupinya.
"Vartan, kamu ini sedang bicara tentang apa? Jangan menggunakan kosakata yang berbelit-belit. Lebih baik langsung saja katakan pada intinya."
"Tidak ada maksud apa pun. Aku hanya ingin kamu memandangi lautan saja."
Ayara tidak berbicara lagi dan tetap menuruti Vartan untuk menatap lautan yang begitu luas yang ada di depannya. Semilir angin meniup rambut Ayara hingga beberapa helai menjuntai ke depan wajahnya. Beberapa kali gadis itu membenarkan letak rambutnya, tetapi tetap saja kembali tertiup angin.
Suara desiran ombak seolah menjadi musik mengisi keheningan diantara dua orang itu. Suasana jadi terasa begitu romantis. Jika ada orang yang melihat mereka mungkin akan berpikir jika keduanya adalah pasangan kekasih.
"Vartan, apa kamu ingat terakhir kali kamu mengajakku ke sini? Kamu mengatakan akan membuatku bahagia. Apa pun caranya kamu akan terus membuatku tersenyum. Itu adalah janji yang kamu ucapkan dulu, tapi kenapa sekarang semuanya tidak sesuai dengan apa yang kamu katakan. Justru sekarang kamu menjadi orang yang paling menyakiti hatiku," ucap Ayara tanpa menatap Vartan.
Pemuda itu pun menunduk dan berkata, "Maafkan aku. Aku juga tidak berdaya dengan semua ini. Andai saja ...."
Vartan tidak melanjutkan kalimatnya. Dia tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi dengannya pada Ayara. Vartan tidak ingin gadis itu terlibat terlalu dalam dengan kehidupannya yang saat ini. Dia yakin Ayara bisa bahagia tanpa kehadiran dirinya, tetapi tentu saja Vartan akan tetap memantau dan memastikan kebahagiaan gadis itu.
"Andai saja apa? Kenapa tidak dilanjut?"
"Tidak apa-apa. Andai saja aku bisa memilih, aku juga ingin, tapi tidak bisa."
"Kenapa? Apakah kamu begitu sangat mencintai Alexa hingga kamu benar-benar tidak peduli terhadapku? Tante Minarti dan Om Prayoga bahkan tidak mengenal siapa itu Alexa dan siapa keluarganya, tapi kenapa cintamu begitu besar kepadanya? Selama ini kamu menganggapku apa? Kamu memberikan harapan palsu padaku. Saat aku benar-benar memberikan sepenuh hatiku, kamu malah ingkar janji seperti ini. Tidakkah kamu tahu jika itu sangat menyakitkan untukku."
"Maaf jika aku sudah sangat menyakiti hatimu, tapi percayalah aku tidak pernah berniat ingkar janji. Aku melakukan ini semua juga demi kamu, demi kebaikan dan masa depan kamu. Aku yakin di luaran sana masih banyak laki-laki yang lebih baik daripada aku dan pasti bisa memberikan kamu kebahagiaan dunia dan akhirat," ucap Vartan dengan mencoba tersenyum. Namun, dibalik itu hatinya benar-benar berdarah-darah.
"Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran kamu. Kamu berkata seolah ingin aku bisa berbahagia dengan orang lain, tapi sikap dan kata-katamu yang seperti ini justru menurutku berarti sebaliknya. Aku justru melihat ketidakrelaan dalam dirimu, tapi kenapa harus ada Alexa di antara kita? Kenapa kamu tidak memilihku saja? Kalaupun kamu sekarang meminta aku untuk menikah denganmu, aku pun sudah siap karena aku benar-benar sudah jatuh dalam pesonamu. Terserah kalau kamu mengatakan jika aku tidak memiliki harga diri. Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan."
"Ayara, jangan seperti ini. Jangan memberikan hatimu padaku karena itu hanya akan membuatmu terluka. Carilah pria lain yang benar-benar mencintaimu, yang layak disandingkan denganmu, bukan denganku."
"Kenapa memangnya? Ada apa denganmu? Apa yang membedakan kamu dengan orang lain? Kamu dan mereka itu sama, bedanya hanya aku yang memilihmu. Aku tidak ingin ada orang lain di hatiku, hanya ada kamu, selamanya akan seperti itu."
"Ayara, kamu tidak mengerti bagaimana keadaanku saat ini. Aku tidak bisa bersamamu. Kamu akan menderita jika terus berada di sisiku."
"Kalau begitu tolong jelaskan keadaanmu, hingga membuat aku harus menjauhimu. Jika apa yang kamu jelaskan masuk akal, maka aku akan menuruti keinginanmu untuk menjauh, tapi jika itu hanya bualanmu saja aku akan tetap memperjuangkan perasaanku."
"Aku tidak bisa menceritakannya, Ayara. Percayalah padaku, aku melakukan semua ini demi."
"Kamu dari tadi selalu mengatakan jika apa yang kamu lakukan untukku dan demi masa depanku, tapi sadarkah kamu jika itu justru semakin menyakiti hatiku."
"Mungkin awalnya akan sangat menyakiti hatimu, tapi seiring berjalannya waktu aku yakin kamu akan bahagia dan bersyukur telah bersama dengan orang lain."
"Terserah! Aku tidak mau menurutimu lagi. Aku sekarang akan melakukan semuanya sesuai dengan keinginanku. Kamu juga pasti akan kembali bersama denganku."
Ayara berdiri dan beranjak dari sana. Dia pun pergi lebih dulu. Vartan jadi panik dan mengejar gadis itu.