Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cintai aku
"mmmph..!"
Alle merasa seperti kehabisan nafas. Namun Zigga tidak memperdulikan pukulan yang Alle berikan. Dia terus mencium, menghisap dan menekan tubuh Alle dalam dekapannya.
"Mmmph..!"
Alle terus memukul punggung Zigga namun semuanya sia-sia, tenaga Zigga tidak dapat Alle lawan.
Setelah merasa cukup akhirnya Zigga pun melepaskan dekapannya.
"Huh..hah..!"
Alle menghela nafas panjang dan membuangnya dengan cepat untuk mengisi kembali oksigen ke paru-parunya yang sudah kembang kempis.
Namun belum Alle berbicara Zigga langsung menciumnya kembali. Kali ini Zigga mendorong tubuh Alle sampai terjatuh ke kasur milik Alga yang sedikit kecil karena permintaan Alga ingin kasur yang kecil.
Ciuman itu terasa sangat lembut dan menjalar sampai ke sisi kanan dan sisi kiri. Zigga merasa tidak sabaran dan ingin segera melepaskan pakaiannya namun di hentikan oleh Alle.
"Jangan di sini, ini kamar anakmu, aku tidak ingin mengotorinya." ucap Alle membuat Zigga langsung turun dari kasur dan langsung membopong tubuh mungil Alle untuk pindah ke kamar mereka.
Zigga tidak berbicara banyak dan berjalan dengan langkah lebar untuk segera sampai ke kamar mereka. Alle menatap wajah Zigga yang nampak sangat mempesona. Sungguh Alle masih saja salting jika menatap wajah prianya yang memiliki rahang tegas dan juga jakun yang menonjol.
Setelah sampai kamar Zigga pun langsung menurunkan Alle ke atas kasur dan dengan sedikit kasar ia merobek kemeja oversize yang Alle gunakan.
"Zigga, ini baju baru?" ucap Alle kaget.
"Hanya sebuah pakaian." sahut Zigga dengan santai sembari menurunkan celana pendek yang Alle gunakan.
"Ingat untuk tidak menggunakan celana yang hanya sejengkal ini keluar dari mansion!" tegas Zigga.
"Aku hanya memakai pakaian yang ada di lemari. Aku pikir semuanya sudah dalam persetujuan mu." jawab Alle dengan malu-malu menyilangkan kakinya untuk menutupi sesuatu di balik selangkangannya.
"Aku setuju jika itu di gunakan hanya untuk aku lihat." Zigga pun langsung menarik kaki Alle dan membukanya dengan sedikit paksa.
"Mmmmphh..."
Alle hanya bisa memejamkan matanya dan merasakan setiap sentuhan hangat yang Zigga berikan.
"Panggil aku sayang?" bisik Zigga membuat Alle merasa geli di dekat lehernya.
"Mmm.. sayang."
"Lagi?"
"Sayang!"
"Lagi?"
"Zigga, aku sangat menyayangimu, jangan tinggalkan aku lagi dan jangan biarkan aku pergi lagi."
Mendengar itu Zigga pun merasa senang dan lebih bersemangat untuk menyalurkan rasa cintanya lewat hasrat yang menyatu.
"Kamu yang menginginkan dan memintanya, jangan coba-coba untuk lari dariku!" Zigga dengan lembut membelai sang kekasih.
Setelah keduanya mencapai surga dunia terlihat Alle dengan manja menyadarkan kepalanya ke dada bidang Zigga.
"Zigga?" panggil Alle namun Zigga hanya diam dan memejamkan mata seolah ia tidak mendengarnya.
"Zigga?" Panggil Alle kembali sembari menepuk-nepuk dada Zigga, namun Zigga tetap diam memejamkan mata.
"Hmm, sayang, sayangku Zigga, apa kamu tidur?" goda Alle tersenyum.
Mendengar panggilan baru membuat Zigga langsung membuka matanya.
"Tidak, ada apa?" tanya Zigga tersenyum melirik Alle.
"Huuu, di panggil sayang langsung menyahut!" Alle berpose kesal namun dalam hatinya ia sangat bahagia.
"Alle, aku ada urusan sebentar, aku akan kembali untuk makan malam," ucap Zigga tiba-tiba.
"Kamu mau mandi dulu, aku siapkan air?" Alle mencoba untuk menjadi wanita yang lebih berguna.
"Tidak, kamu istirahat saja dan jangan kemana-mana, aku akan siapkan air sendiri, ingat untuk tidak memimpikan pria lain selain aku, kamu yang mencintaiku dan memintaku untuk tidak meninggalkan mu, jadi kamu harus bertanggung jawab dengan perkataan mu. Sekarang tidurlah," ucap Zigga mencium kening sang wanita dengan lembut.
Alle hanya terdiam dan melirik kesal ke arah Zigga yang berjalan ke arah kamar mandi. Alle berdecak kesal dan mengumpat.
"Apa maksudnya dia, jadi disini hanya aku yang mencintai dia dan tidak mau kehilangan dia, sedangkan dia hanya memenuhi keinginan ku tanpa memberikanku jawaban yang jelas. Menyebalkan!"
Alle menarik selimutnya dan memejamkan matanya dengan kesal.
Beberapa menit akhirnya Zigga siap dengan pakaian formal serba hitam karena dia akan datang untuk memberi hormat pada para leluhur. Acara penghormatan akan di lakukan setiap tahun.
Zigga memperhatikan Alle yang sedang tertidur pulas. Wajahnya manisnya sangat alami membuat Zigga merasa tidak bosan untuk terus menatapnya.
Di luar Mansion sudah ada sekertaris Xenia yang menunggu tuannya dengan pakaian setelan jas formal serba hitam.
Sekertaris Xenia memberi hormat dan membukakan pintu mobil untuk tuannya.
"Tuan, Nona Jennifer dan tuan muda Alga sudah menentukan sekolah yang dipilih langsung oleh tuan muda Alga." jelas sekertaris Xenia.
"Di mana sekolah yang anakku pilih?" tanya Zigga penasaran.
"School garden."
"Anak itu, kenapa dia memilih sekolah di urutan paling bawah. Kita memberikan 5 rekomendasi sekolah terbaik, tetapi dia memilih urutan paling terakhir." Zigga tidak dapat mengerti, padahal dia sangat tahu jika putranya sangat pandai memilah nama terbaik dan mana yang lebih baik.
"Tuan, kata nona Jenni ia berkata padaku, sikap Alga sama seperti anda ketika di suruh memilih sekolah. Anda akan memilih sekolah urutan paling bawah." sekertaris Xenia melirik Zigga dari kaca spion. Diam-diam ia tersenyum melihat adiknya nampak tidak berdaya karena anaknya sangat mewarisi wataknya.
Zigga mengingat pada kala itu ketika dia akan pindah sekolah dari luar ke dalam negeri. Beberapa sekolah yang katanya memiliki keunggulan nomor satu tidak membuat Zigga merasa tertarik.
Ketika sekolah dengan rating paling bawah menurut penilaian nyonya Eveline, justru Zigga langsung tertarik tatkala melihat seorang gadis culun memasuki gerbang sekolah.
Ketika melihat Alle, Zigga langsung setuju untuk bersekolah di sana tanpa melakukan interview terlebih dahulu. Meskipun setelah itu Zigga sama sekali tidak pernah melirik Alle setelah masuk ke dalam sekolah. Jadi dapat di katakan, Zigga hanya melirik Alle ketika pertama kali masuk sekolah dan melihatnya lagi dengan jelas ketika kelulusan sekolah.
Menurut keluarga Zigga sekolah yang dipilih sangat rendah, namun menurut orang seperti Allesia, dapat bersekolah di sana adalah sebuah anugrah.
Zigga mengambil ponselnya dan menghubungi Kak Jenni.
"Hallo?" Kak Jenni yang sedang mengemudi seorang diri mengangkat panggilan adiknya.
"Apa sudah selesai?" tanya Zigga.
"Semuanya beres, Alga sudah masuk asrama, awalnya Alga ingin pulang dulu dan berpamitan dengan ibunya, tetapi kakak mengatakan jika ibunya sudah berangkat menemani kamu bekerja, beruntung anak itu percaya." jelas kak Jennifer.
"Baiklah, kita akan bertemu di rumah." ucap Zigga mematikan panggilan.
Kak Jenni nampak menambahkan gigi dan melaju cukup gagah di jalan raya.
Kak Jenni terburu-buru karena dia harus mampir ke sebuah toko baju untuk membeli baju setelan jas formal hitam untuk acara.
Setelah membeli setelan jas oversize membuat penampilan kak Jenni yang tingginya 180 terlihat sangat modeling sekali. Sejak meninggalnya suaminya membuat sifat feminim kak Jenni menghilang.
Ketika keluar dari toko tidak sengaja Jenni bertabrakan dengan seorang pria yang membawa segelas kopi panas di tangannya.
"Ah!?" Jenni berteriak karena kopi panas itu tembus dari bajunya.
"Maaf, maaf!" Pria dengan hidung mancung dengan brewok tipisnya langsung membantu Jenni mengelap pakaiannya menggunakan sapu tangannya.
"Aduh, sudah gak papa!" Jenni mundur menjauhi pria tersebut.
" Maaf, sungguh aku tidak menduga jika akan ada seseorang yang keluar dari pintu. Sekali maafkan aku." Pria itu nampak merasa sangat bersalah.
"Sudah gak papa, lupakan ini." Jenni tidak mau ambil pusing dan berniat untuk segera meninggalkan toko karena dia sudah sangat terlambat.
Namun pria itu dengan segera menyusul dan memberinya sebuah kartu nama.
"Tunggu! Nona, sungguh saya minta maaf pada anda, saya tahu pakain yang anda gunakan tidak mudah, ini kartu nama saya dan anda bisa menghubungi saya, saya akan mengirim ganti rugi pada anda."
Pria itu dengan tulus memberikan kartu namanya lewat kaca mobil.
Kak Jenni memakai kacamatanya dan hampir tidak mendengarkan pria itu, namun ia tetap menerima kartu nama tersebut karena ia malas untuk berdebat.
"Baiklah, saya ambil ini." ucap kak Jenni tersenyum tipis sebelum dia menutup pintu mobilnya dan meninggalkan kawasan tersebut.
Pria itu mengangguk menyadari jika yang berurusan dengannya bukanlah wanita biasa, karena pakaian yang di gunakan seharga ratusan juta. Jika orang kaya tanggung pasti akan langsung meminta ganti rugi atau akan emosi berlebihan.
Pria itu tidak mau ambil pusing dan berjalan masuk ke dalam mobilnya yang memiliki logo Lamborghini Aventador.
..,..