Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 03. Gadis Yang Menarik
Azan subuh berkumandang. Hasna segera bangun lalu langsung mandi, setelah itu ia menjalankan kewajiban 2 rakaat nya. Sejenak ia memanjatkan doa di atas sajadahnya untuk mama.
" Ya Allaah lapang kan kubur mama ya Allaah pertemukan lah lagi kami di yaumul kiyamah nanti, aamiin. Ma... Hasna sayang mama. Hasna rindu mama. Mama semoga tenang di sana."
Hasna menghapus air matanya yang sudah terlanjur jatuh. Ia teringat kembali saat saat terakhir sang mama.
Waktu itu Hasna baru saja melakukan kegiatan orientasi mahasiswa baru di kampus. Tiba tiba seorang senior memanggilnya.
" Yang namanya Hasna Sandika Rayadinata segera menuju ke sumber suara."
Hasna pun berdiri dan berlari ke sumber suara.
" Kak, saya Hasna."
" Saya mau memberi kabar kepada kamu. Mama kamu sekarang di rumah sakit Mitra Harapan. Kamu diminta segera ke sana."
Hasna langsung terjatuh ke lantai, seorang senior membantunya untuk kembali berdiri.
" Mama saya kenapa kak."
Senior tersebut pun bungkam. Namun ia segera menuntun Hasna dan mengantarkan gadis itu ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Hasna berlari ke ruang IGD di sana ternyata sudah ada sang papa. Papa nya terlihat menangis membuat hati Hasna semakin tidak karuan. Pikiran buruk memenuhi kepalanya.
" Pa.... Mama kenapa pa..."
Yudi tidak menjawab pertanyaan sang putri. Ia hanya memeluk Hasna dengan erat.
" Yang bernama Hasna silahkan anda masuk."
Seorang dokter keluar dari ruang IGD dan memanggil Hasna. Yudi sedikit terkejut karena bukannya ia yang dipanggil. Ia pun melakukan protes kepada sang dokter.
" Kenapa saya tidak dok, apakah saya boleh masuk."
" Maaf pasien hanya ingin menemui putrinya."
Tanpa berlama, Hasna ikut masuk dokter yang memanggilnya. Di ruang tersebut ia melihat tubuh sang mama yang dipenuhi dengan darah.
" Ya Allaah mama....mama kenapa hu...hu ....hu..."
" Ja-ngan me-na-ngis. Has-na ti-dak bo-leh se-dih ter- la -lu la -ma ya nak."
" Mama ngomong apa sih mah. Mama pasti sembuh. Jangan tinggalin Hasna ma... Hasna masih butuh mama."
Hasna kembali menangis. Ia sungguh tidak bisa melihat mama nya seperti itu. Selama ini Melati adalah mama yang luar biasa bagi Hasna.
" Nak... Tun-tun ma-ma ya."
" Mah....."
" Sa-yang... "
Hasna mengangguk ia akhirnya menuntun sang mama mengucapkan kalimat syahadat. Setelah selesai Melati pun terlihat mengambil nafasnya dalam dan suara monitor pun nyaring terdengar memenuhi ruang tersebut
Tuuuuuuuuuttttttttt
" Innalillahi wa inna ilaihi rojiun."
" Pasien meninggal pukul 15. 15 WIB."
Hasna tergugu tubuhnya limbung. Beruntung ada perawat yang menangkapnya. Dokter dan perawat pun langsung membersihkan tubuh Melati.
Hasna mengambil nafasnya dalam dalam. Air matanya selalu luruh saat mengingat detik detik mama nya meninggal. Namun sesegera mungkin ia menghapus air matanya itu dan kembali bangkit untuk kuat.
" Baiklah... Saatnya menjalankan misi untuk menggaet dosen killer itu. Seandainya skripsi nggak selesai paling tidak jadi pacar itu dosen tidak terlalu buruk siapa tau langsung dinikahi terus bisa dibawa keluar dari rumah ini. Tapi... Hu...hu...hu... Sepertinya nggak mungkin. Tuh dosen kan dingin abis ma cewek. Denger denger dia terobsesi sama buku. Jangan jangan dia nggak suka cewek lagi. Hadeuuuh...."
Hasna bermonolog sambil membereskan tasnya. Kali ini dia membawa tas yang lebih besar agar bisa memasukkan semua barangnya dan tidak ribet saat harus berlari.
Jam menunjukkan pukuk 05.30. Hasna sudah berada di luar rumah menunggu Mang Jaja.
" Neng pagi amat?"
" Iya kemarin gagal nemuin dosennya. Jadi sekarang harus lebih pagi biar bisa ketemu."
Mang Jaja mengangguk, sambil menyerahkan sebuah kantong yang berisi nasi uduk. Mang Jaja pun kembali bertanya.
" Rumah masih sepi neng?"
" Ya elah mang. Masih pada molor."
Mang Jaja pun segera menyalakan motornya untuk mengantarkan Hasna ke kampus.
***
Hasna segera berlari menuju ke ruangan Radi. Namun ternyata di sana masih sepi. Jam baru menunjukkan pukul 6.15. Hasna akhirnya memilih duduk di depan ruangan dosen pembimbingnya itu.
" Alhamdulillaah sampai. Tapi masih sepi. Biarin lah dari pada telat. Pengaruh Kepuasan, Disiplin Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di perusahaan Linford Transportation."
Hasna membuka kembali judul skripsi yang ingin ia ajukan. Ia juga sudah membawa BAB I skripsi nya.
" Semoga bisa langsung ACC. Aamiin."
Hasna membuka kantong pemberian Mang Jaja tadi. Ia pun tersenyum rupanya isinya nasi uduk. Saat ia hendak mengambilnya suara tegap langkah kaki mendekat ke arahnya.
" Bagus, semangatmu perlu diacungi jempol. Ayo masuk, kita akan langsung bimbingan."
Ternyata suara bariton itu milik sang dosen killer. Hasna pun mengembalikan bungkusan nasi uduk tersebut ke kantong kresek kembali.
Baruuuu mau nyarap eh udah datang aja nih dosen. Gila pagi bener baru setengah tujuh dah sampai. Tck...tck...tck..., Hasna berbicara dalam hati sambil mengikuti Radi masuk ke ruangannya.
Pria yang memiliki tinggi 180 cm dengan kulit putih, hidung mancung, dan bibir yang tidak tebal dan juga tipis itu sejenak membuat Hasna terpana. Gerak geriknya bak seorang model yang tengah melakukan pose untuk pemotretan.
Ya elah, bisa biasa aja nggak sih mukanya. Kalau kayak gini mah gue yang kepincut duluan bukannya dia. Iman... Kuat .... Kuat... Lagi lagi Hasna bermonolog dalam hati.
" Apa judul yang mau kamu ajukan."
" Eh.... Ini pak."
Suara Radian membuyarkan gumaman Hasna. Ia pun segera mengambil lembaran kertas yang sudah ia siapkan dan menyerahkannya kepada dosen di depannya.
Radi menerima dan langsung mengerutkan keningnya.
" Linford Transportation? Kamu akan memakai perusahaan tersebut untuk penelitianmu?"
" Betul pak."
" Baik... Apa kamu sudah menyiapkan kuisioner nya?"
" Sudah pak... Ini...."
Radi membaca kuisioner yang dibuat oleh Hasna.
Gadis ini sebenarnya pintar, gumam Radi dalam hati.
" Baik mintalah surat izin untuk melakukan penelitian di sana. Saya tunggu hasil kuisioner nya minggu depan."
" Baik pak... Apa??? Minggu depan. Pak... Apa tidak bisa dua minggu lagi."
" Boleh dua minggu lagi."
Hasna tersenyum mendengar penuturan Radi. Ia benar benar berpikir bahwa dosen killer itu akan mengabulkan permintaannya.
" Tapi kamu lulusnya tahun depannya lagi."
Hasna menganga mendengar lanjutan dari ucapan Radi.
" Ya Allaah dosa apa hamba sehingga dapat dosen pembimbing yang kejam ini." Gumam Hasna lirih. Tapi sial dosen di depannya masih bisa mendengar gerutuan nya.
" Saya tidak kejam. Saya hanya membantu kamu agar cepat lulus. Bukannya saya baik."
" Ya pak... Bapak baik... Baik sekali."
" Baiklah segera kerjakan penelitian mu. Tunggu mana BAB I nya. Sebentar."
Radi pun menerima lembaran kertas mengenai Bab 1 skripsi milik Hasna. Ada beberapa bagian yang nampak di coret coret oleh sang dosen.
" Ya ampun, banyak amat coretan nya."
" Kamu perhatikan lagi tanda baca serta penggunaan huruf kapital. Ini di latar belakang coba tambahi lagi. Kamu ini meneliti mengenai kedisiplinan karyawan nah coba kamu jabarkan apa itu hakikat dari karyawan. Saya tunggu revisinya sesegera mungkin."
Hasna mengangguk patuh mengucapkan terimakasih lalu keluar dari ruangan sang dosen. Ia mengacak rambutnya dengan kasar. Kali ini ia sungguh bingung. Jika ingin menyelesaikan skripsi nya maka ia harus berhenti bekerja agar bisa fokus. Tapi kalau berhenti bekerja dari mana dia akan dapat uang tambahan.
" Argh.... Au ah gelap. Pusing gue."
Tingkah Hasna ternyata tidak lepas dari pandangan mata Radian. Pria itu pun tersenyum simpul.
"Gadis yang menarik." Gumam Radi pelan.
TBC