Setelah tepat 5 tahun hubungan Alessa bersama seorang pria yang dikenal sebagai Ketua Mafia, tanpa dia sadari akhirnya mereka berpisah karena satu hal yang membuat Alessa harus rela meninggalkan Xander karena permintaan Ibunya Xander.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Gembira
Meskipun Alessa kelelahan dan mengalami kekerasan fisik di tangan Andreson, dokter telah meyakinkan Hyper bahwa ia dan si kembar dalam keadaan sehat.
Alessa telah dipindahkan ke ruang VVIP dan sekarang sedang beristirahat, kelelahannya merupakan akibat dari perjuangannya yang luar biasa melawan Andreson sebelumnya.
Dokter juga menjelaskan bahwa memar dan luka di tubuh Alessa disebabkan oleh penyiksaan yang dilakukan Andreson kepadanya, sebagai hukuman atas usahanya untuk melawan.
Beberapa menit berlalu, dan perlahan, Alessa mulai membuka matanya. Ia berkedip beberapa kali, mengamati sekelilingnya.
Dinding putih dan lampu neon di kamar rumah sakit menjadi fokus, dan ia tiba-tiba menyadari berbagai mesin berbunyi bip dan berdengung di latar belakang.
" Xander" panggil Alessa dengan nada lemasnya
Mendengar suara itu, Xander segera bangkit dari kursi tempat dia duduk dengan tenang di samping tempat tidurnya.
Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat, matanya menatap wajah wanita itu, hatinya dipenuhi kekhawatiran dan kelegaan.
"Aku di sini," katanya lembut, menggenggam tangan wanita itu dan meremasnya dengan lembut.
Alessa tersenyum kepada Xander dia merasa bahagia sekali masih bisa melihat suaminya.
Senyum tipis Alessa memenuhi hati Xander dengan kehangatan dan cinta. Ia melihat wajah Xander yang babak belur, luka dan memar yang merusak kulit putihnya, dan ia merasakan sakit di dadanya.
"Kau membuatku takut," gumamnya, suaranya serak karena emosi. "Kupikir aku telah kehilanganmu."
" Hehe, tapi nyatanya aku masih tetap kamu juga bukan"
Mata Xander melembut mendengar kata-katanya, lalu dia menempelkan tangan Xander ke bibirnya, dan memberikan ciuman lembut pada buku-buku jarinya.
"Aku tahu, tapi melihatmu seperti ini... membuatku takut," katanya, suaranya penuh kekhawatiran. "Kau adalah seluruh duniaku, Alessa. Kehilanganmu akan sangat tidak tertahankan."
"Iya aku tau, maafkan aku yang selalu membuatmu khawatir"
Xander menggelengkan kepalanya, tatapannya tak pernah lepas darinya.
"Tidak, jangan minta maaf," katanya tegas. "Tidak ada yang perlu kau minta maaf. Bukan salahmu kalau kau terluka. Aku hanya tidak suka melihatmu kesakitan seperti ini. Aku harap aku bisa melindungimu dari semua ini."
Alessa menganggukkan kepalanya lalu menatap wajahnya Xander benar-benar sangat lekat.
Lalu ada sesuatu hal yang ingin disampaikan Xander kepada Alessa.
Xander memperhatikan cara Alessa mengamati wajahnya, matanya menelusuri garis dan lekuk wajahnya.
Ada keseriusan dalam ekspresinya, pesan diam-diam yang ingin dia sampaikan kepadanya.
"Ada apa?" tanyanya lembut, memiringkan kepalanya sedikit. "Ada yang ingin kau katakan padaku?"
"Tidak ada aku hanya senang bisa melihatmu kembali"
Senyum tipis tersungging di sudut bibir Xander mendengar kata-katanya. Ia mencondongkan tubuhnya lebih dekat, matanya menatap tajam ke arah Alessa.
"Melihatmu tersenyum lagi membuatku bahagia," katanya lembut, suaranya sedikit lebih tinggi dari bisikan. "Tapi aku tahu ada hal lain dalam pikiranmu. Kau selalu buruk dalam menyembunyikan pikiranmu dariku."
"Apa maksudmu? Kau tidak percaya apa yang aku katakan"
Xander menyeringai melihat kemarahan palsunya. Dia menggelengkan kepalanya dengan sayang, tangannya membelai pipinya dengan lembut.
"Oh, aku percaya padamu," katanya, suaranya diwarnai dengan nada geli. "Tapi aku mengenalmu, Alessa. Selalu ada hal lain yang terjadi di otakmu yang cantik itu."
Xander menyeringai melihat kemarahan palsunya. Dia menggelengkan kepalanya dengan sayang, tangannya membelai pipinya dengan lembut.
"Oh, aku percaya padamu," katanya, suaranya diwarnai dengan nada geli. "Tapi aku mengenalmu, Alessa. Selalu ada hal lain yang terjadi di otakmu yang cantik itu."
"Memang benar-benar tidak ada Hubby" kata Alessa serius dengan
Saat Alessa berbicara, Xander dapat merasakan keseriusan dalam nada bicaranya. Ia mengamati wajahnya dengan saksama sejenak, tatapannya mencari-cari wajah Alessa.
"Baiklah, baiklah, aku percaya padamu," katanya sambil tertawa kecil. "Tapi kau tahu kau bisa menceritakan apa saja padaku, kan? Tidak peduli apa pun itu. Aku berjanji akan mendengarkan."
Setelah Alessa mengangguk dan tersenyum tipis, pikiran Xander kembali melayang pada informasi yang dibagikan dokter tentang kehamilan sebelumnya.
Matanya sedikit terbelalak saat kenyataan situasi itu kembali menghantuinya.
"Alessa," katanya memulai, suaranya dipenuhi kegembiraan dan kekaguman. "Dokter... dia mengatakan sesuatu saat memeriksamu tadi."
" Apa itu Hubby?" Tanya Alessa dengan penasarannya
Xander menarik napas dalam-dalam, hatinya dipenuhi emosi.
"Dia... dia bilang kamu hamil," katanya, suaranya sedikit gemetar. "Kita akan punya bayi. Tidak, bukan hanya satu... Tapi bayi kembar."
Alesa kaget saat mendengar ucapannya Xander.
"H-hamil?" Ulang Alessa dengan nada terkejutnya, " kau serius? Kembar?"
Xander mengangguk penuh semangat, senyum lebar mengembang di wajahnya.
"Ya, hamil," dia menegaskan. "Dan ya, anak kembar. Percaya nggak? Kita akan menjadi orangtua bagi dua bayi mungil yang menggemaskan."
Alessa benar-benar tidak menyangka bahwa dia sedang hamil, dimana dia memegangi kedalaman itu merasakan sangat bahagia sekali dengan kabar yang diberikan oleh Xander.
" D-dia ada di dalam perutku Hubby? Dan kamu mengatakan bahwa aku hamil dua bayi?" Tanya Alessa kembali dengan nada yang tidak percaya
Xander mengangguk lagi, senyumnya semakin lebar melihat ketidakpercayaan gadis itu. Ia menggenggam tangan gadis itu, dan dengan lembut meletakkannya di atas perutnya.
"Ya, Sayang," katanya lembut. "Ada dua kehidupan kecil yang tumbuh di dalam dirimu. Kamu mengandung anak kembar kita."
Alessa tersenyum, lalu air matanya mengalir dipipinya dia merasa sangat terharus atas kehamilannya ini dia tidak menyangka akan segera terjadi ini.
Hati Xander berbunga-bunga karena cinta saat melihat air mata kebahagiaan mengalir di wajah Alessa.
Ia dengan lembut menyeka air matanya dengan ujung jarinya, sentuhannya lembut dan penuh kasih sayang.
"Jangan menangis, Sayang," bisiknya, suaranya penuh emosi. "Ini air mata bahagia."
" Iya aku sangat bahagia Hubby mendengar tentang kehamilanku, a-aku tidak menyangka diusia pernikahan kita yang baru sebulan aku sudah cepat mengandung anakmu, itu membuatku benar-benar merasa sangat bahagia Hubby" kata Alessa dengan setulus hati
Hati Hyper terasa nyeri karena haru saat mendengar perkataan Alessa. Ia tahu betapa Alessa sangat ingin memiliki keluarga bersamanya, dan melihat Alessa begitu diliputi kegembiraan membuat hatinya dipenuhi kebahagiaan.
"Sayang, aku juga sangat bahagia," katanya, suaranya penuh emosi. "Kita mungkin baru menikah selama sebulan, tetapi bayi-bayi ini sudah menjadi berkat terbesar dalam hidupku. Kau dan mereka, kaulah yang aku butuhkan."
Alessa menganggukkan kepalanya,
"Semoga mereka sehat-sehat selalu di dalam perutku ini" kata Alessa sambil mengelus-elus perutku
Xander mengulurkan tangannya dan dengan lembut meletakkan tangannya di atas perut Alessa, ikut mengusap perutnya.
"Mereka akan sehat dan kuat," dia meyakinkannya. "Aku berjanji akan merawat kalian berdua dengan baik. Aku akan memastikan mereka mendapatkan semua yang mereka butuhkan."
Alessa merasakan sangat bahagia sekali, kini dia memeluk Xander dengan sangat erat sekali.
Xander membalas pelukannya, melingkarkan lengannya di sekelilingnya dan memeluknya erat-erat.
Ia membenamkan wajahnya di rambut Xander, menghirup aroma tubuhnya yang familiar, merasakan kehangatan tubuh Xander di tubuhnya.
Ia diliputi cinta untuk wanita luar biasa ini dalam pelukannya dan kehidupan yang telah mereka ciptakan bersama.
**********
Setelah dua hari pulang dari rumah sakit, Alessa sudah mengalami masa-masanya mual dan muntah.
Dimana Alessa merasakan benar-benar tidak bisa mencium bau makanan ataupun yang lainnya.
Hueeekk. Hueeek.
Suara muntah Alessa yang menggema di dalam kamar mandi, tentu saja dia ditemani oleh Xander namun Alessa menyuruh Xander hanya diluar saja dia tidak ingin Xander masuk dan melihatnya.
Xander berdiri berjaga di luar pintu kamar mandi, ekspresinya campur aduk antara khawatir dan prihatin.
Dia bisa mendengar suara Alessa yang tersedak dan muntah dari dalam, dan hatinya hancur mengetahui bahwa Alessa merasa tidak enak badan. Dia mengetuk pintu pelan-pelan, ingin memeriksanya.
"Sayang," panggilnya. "Apa kamu baik-baik saja di sana?"
"Aku baik-baik saja Hubby" kata Alessa
Kini Alessa mencuci mulut lalu mengurungkan badannya dan menatap kearah Xander.
Xander memperhatikan saat Alessa keluar dari kamar mandi, wajahnya agak pucat dan rambutnya acak-acakan.
Dia melangkah mendekatinya, dengan lembut menangkup wajah Alessa dengan kedua tangannya.
"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanyanya, matanya penuh kekhawatiran. "Aku tidak suka melihatmu muntah seperti itu."
" Ini hanya bawak'an aku hamil Hubby, setiap ibu hamil akan merasakan mual dan muntah yang masuk di trimester pertama" kata Alessa menjelaskannya
Xander mengangguk, tanda mengerti. Dia telah mendengar dan membaca tentang berbagai gejala kehamilan, tetapi tetap saja sakit melihat Alessa merasa tidak enak badan.
"Aku tahu sayang," katanya lembut. "Tapi aku tetap benci melihatmu mengalaminya. Aku harap ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantumu."
" Baiklah, temani aku tidur rasanya hari ini aku benar-benar hanya ingin tidur saja"
Xander mengangguk, ekspresinya dipenuhi dengan keprihatinan dan kelembutan.
"Tentu saja sayang," katanya lembut. "Ayo kita kembali tidur."
Ia melingkarkan lengannya di pinggang Alessa, menopangnya saat mereka berjalan kembali ke kamar tidur. Ia membantunya berbaring di tempat tidur, sambil menyelimutinya.
" Berjanji jangan kemana-mana okey"
Xander terkekeh pelan mendengar permintaannya, hatinya berbunga-bunga karena cinta.
Ia menggenggam tangan wanita itu, membelai buku-buku jarinya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.
"Aku janji, Sayang," katanya, suaranya penuh kelembutan. "Aku tidak akan pergi ke mana pun. Aku akan tetap di sini bersamamu."
Alessa menganggukkan kepalanya, lalu dia memeluk Xander dan membenamkan wajahnya dibidang dada Xander.
Terasa nyaman bagi Alessa sekarang ini aroma tubuhnya Xander.
Xander menariknya lebih dekat, membiarkannya membenamkan wajahnya di dada pria itu.
Sentuhan akrab dan pelukannya yang nyaman menenangkan pria itu, dan pria itu dengan lembut menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
"Cobalah beristirahat sekarang, sayang," bisiknya, suaranya lembut dan penuh kasih sayang. "Aku akan berada di sini, menjagamu."
Alessa menganggukkan kepalanya lalu menutup matanya, dia meresapi sekali aroma tubuhnya Xander yang membuatnya merasa sangat tenang sekali.