Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cukup lahirkan anak-anakku.
Dengan perasaan sedih bercampur kesal Livia melangkah meninggalkan gedung Galaxy Group, perusahaan yang sudah dua tahun menjadi ladang ia mencari nafkah.
"Dasar asisten sia*lan." disela langkahnya Livia terus mengumpat.
Beberapa langkah keluar dari gedung, pandangan Livia tak sengaja menangkap keberadaan asisten Purba yang tengah berdiri di samping mobil. belum juga berkurang kekesalan Livia padanya, kini pria itu malah muncul dihadapannya.
"Biar saya bantu, Nona."
"Tidak perlu, ini semua pasti perbuatan anda, iyakan????." menatap asisten Purba dengan tatapan sengit. Entah setan dari mana yang merasuki Livia sehingga ia berani berkata demikian pada asisten Purba.
"Maaf Nona, saya hanya melaksanakan perintah dari tuan Abimana." tak ada rona penyesalan apalagi rasa bersalah di wajah asisten Purba, dan itu semakin membuat Livia kesal pada pria itu.
"Seharusnya anda meminta persetujuan saya terlebih dahulu, bukannya langsung bertindak tanpa sepengetahuan saya."
Menyadari kaca jendela mobil bergerak turun membuat Livia sontak menatap ke dalam mobil.
Mas Abi.... Livia.
Livia berpikir jika asisten Purba datang seorang diri tapi ternyata Abimana pun ada di dalam mobil.
Seakan memahami keinginan tuannya, Asisten Purba lantas membuka pintu mobil untuk Livia. "Silahkan masuk, Nona!!!."
Sebelum benar-benar masuk ke mobil, masih sempat-sempatnya Livia kembali melayangkan tatapan sengit pada asisten Purba. Bukannya takut, asisten Purba justru merasa tindakan istri tuannya itu sangat lucu dan menggemaskan.
Bagaimana tuan Abimana tidak jatuh cinta pada anda jika sikap anda sangat menggemaskan seperti ini Nona Livia. Asisten Purba.
Setelah Livia masuk ke mobil, asisten Purba lantas ikut masuk dan duduk di balik kemudi.
"Kenapa kamu bertindak tanpa meminta persetujuan dari aku dulu sih, mas." dari nadanya, siapapun akan tahu jika saat ini Livia sedang kesal.
"Saya ini suamimu, kalau kau lupa." mendengar jawaban enteng dari mulut Abimana membuat Livia ingin sekali berteriak di telinga pria itu, mengatakan bahwa dirinya tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Galaxy Group namun dengan mudahnya pria itu bertindak demikian.
"Lagi pula saya sanggup memenuhi semua kebutuhan istriku. Jadi untuk apa kamu capek-capek kerja. Kamu hanya perlu di rumah dan melahirkan anak-anakku, untuk urusan mencari uang biar menjadi urusanku!!!." sambung Abimana.
"Tapi_."
"Tidak ada tapi tapian, Liviana Aurora!!!" sela Abimana yang tidak ingin lagi mendengar bantahan.
Livia terdiam, berdebat pun rasanya akan sia-sia.
kamu memang bisa memenuhi semua kebutuhanku, mas, tapi bagaimana dengan keluarga ku????." Livia.
Gaji ayahnya sebagai seorang PNS memang cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tapi bagaimana dengan tabungan untuk pendidikan adiknya. Terlebih sang adik ingin Melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran dan itu bukan biaya sedikit.
Di tengah kegundahan hati Livia, tiba-tiba ponselnya berdering.
"Ibu." gumam Livia ketika melihat nama pemanggil yang tertera dilayar ponselnya. Tidak ingin membuat ibunya khawatir akibat ia terlalu lama mengangkat panggilannya, Livia pun segera menggeser ke atas icon Hijau di ponselnya.
"Halo, Bu."
"Kenapa kamu mengirim uang sebanyak ini ke rekening ibu, Livia??? Apa kamu mengirimkan semua uang tabungan kamu ke rekening ibu???."
Livia mengerutkan keningnya, pertanda bingung.
Perasaan bulan ini aku belum mentransfer uang ke rekening ibu???. Livia.
"Livia....Livia ..." seruan dari seberang sana menarik kesadaran Livia.
"Iy_iya, Bu. memangnya berapa nominal uang yang masuk ke rekening ibu????."
"Dua ratus juta."
Hampir saja ponsel di genggaman Livia terjatuh saking kagetnya. Ia menoleh pada Abimana, ia yakin pasti itu perbuatan suaminya.
"Sudah dulu ya Bu, nanti Livia telepon lagi soalnya Livia lagi di jalan mau balik ke rumah." Livia pamit menyudahi panggilan.
"Kenapa kamu melakukannya, mas???." menoleh pada abimana yang memandang lurus ke depan.
"Memangnya ada undang-undang yang melarang seorang menantu mengirimkan uang untuk mertuanya???."
Seperti Apapun jawaban Abimana, Livia tetap terharu dengan tindakan suaminya itu hingga tanpa sadar ia memeluk suaminya itu.
"Sudah berani peluk peluk ya sekarang." Abimana terlihat mengulum senyum.
"Ch.... memangnya hanya mas saja yang bisa menyentuhku seenaknya." menyadari keberadaan asisten purba, Livia sontak membekap mulutnya dengan telapak tangannya.
"Tuh kan." baru juga dibilang, sekarang Abimana sudah menarik tubuh Livia, merebahkan kepala sang istri di pangkuannya.
"Mas ..." Livia berusaha bangkit, namun usahanya sia-sia.
"Berhenti bergerak, kalau tidak ingin saya melakukannya di sini!!!." ancaman Abimana berhasil membuat Livia tenang pada posisinya, ia paham betul ke mana arah dan maksud dari ucapan suaminya itu.
"Berhenti."
Baik asisten Purba maupun Abimana sama-sama bingung.
Setelah mobil menepi, Livia bergegas turun dari mobil diikuti oleh Abimana.
"Uwek....uwek....uwek....."