Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Semakin Terasa Indah
Seperti biasa setelah melepas hsrt, mereka berpelukan di ranjang sambil bercanda ria. Renata merasa lebih bahagia sekarang setelah mereka saling menyatakan perasaannya masing-masing, karena penyatuan ini menjadi semakin terasa indah.
"Mbak," panggil Vino setelah beberapa sat mereka hanya berpelukan.
"Hm?" sahut Renata.
"Besok aku gak bisa nemuin Mbak, gak apa-apa ya?"
"Kamu mau kemana emang?"
"Aku... Ada acara keluarga," dusta Vino. "Jadi besok aku akan ke Jakarta."
Renata kecewa. Padahal ini adalah kesempatannya bisa bersama dengan Vino lebih lama, namun Vino malah tidak bisa. "Padahal Gavin lagi gak ada, eh kamunya malah pergi," keluhnya.
"Iya, maaf ya. Walaupun ada Gavin kita masih bisa ketemu 'kan nanti?" hibur Vino.
"Tapi gak seleluasa kalau dia gak ada kayak gini."
"Aku janji nanti kita main keluar lagi kalau aku udah pulang. Gimana?"
"Janji?"
"Janji." Vino pun merengkuh tubuh Renata lebih erat.
"Vin, aku pengen tahu tentang keluarga kamu. Boleh?" Renata sekarang menjadi begitu penasaran dengan Vino. Ia ingin mengenal Vino lebih jauh.
"Boleh dong, masa enggak. Mbak mau tahu tentang apa?"
"Aku gak pernah denger kamu nyinggung orang tua kamu? Kamu pasti bilangnya opa kamu terus."
"Karena orang tua aku udah gak ada dari aku masih kecil."
"Maaf ya, aku gak tahu," sesal Renata.
"Gak apa-apa, Mbak. Udah lama banget juga, waktu aku masih TK. Mereka meninggal karena kecelakaan. Seudah itu aku dirawat sama opa."
"Masih kecil banget ya waktu orang tua kamu gak ada. Kamu pasti deket banget sama opa kamu."
"Justru enggak, Mbak. Aku gak terlalu deket sama opa."
"Oh ya? Kok bisa gak deket?"
Vino bingung menjelaskannya. Ia tidak ingin menjelaskan bahwa ia lebih banyak dirawat oleh para pelayan dan juga supir keluarga dibanding oleh sang kakek. Sedangkan kakeknya itu terlalu sibuk mengurus yayasan dan juga bisnisnya. Vino tidak mau mengungkapkan latar belakangnya sebagai pewaris utama Bimantara Group. Ia ingin Renata tetap berpikir bahwa Vino berasal dari keluarga biasa saja, bukan keluarga besar konglomerat yang kaya raya dan juga berkuasa.
"Soalnya opa tegas banget. Jadi aku lebih sering gak nyaman sama beliau. Opa tuh dulu waktu aku masih sekolah kerjaannya marahin aku. Jadi aku males sama opa," ungkap Vino tidak sepenuhnya bohong.
"Kenapa kamu sering dimarahin? Pasti kamunya nakal."
"Emang aku kelihatan nakal?"
"Ada sih. Kamu tengil, terus suka out of the box, nekat. Pasti dulunya kamu bad boy," tebak Renata.
"Mbak pinter banget baca orang. Bisa tahu aku kayak gimana dulu," puji Vino."
"Iya dong. Kamu baru tahu ya?"
"Kalau suami Mbak orangnya gimana?"
"Gavin orangnya..." Renata bingung mendeskripsikannya. "Gini deh, kalau kamu bad boy, Gavin itu definisi good boy banget."
"Jadi Mbak lebih suka bad boy apa good boy nih?" goda Vino.
"Dua-duanya suka," ucap Renata tanpa pikir panjang.
Wajah Vino berubah cemberut. "Jadi gitu."
"Kamu jealous?"
"Ya iyalah!"
"Sekarang kok bisa jealous? Biasanya gak gimana-gimana kalau aku ngomongin kamu sama Gavin?" gemas Renata.
"Abis Mbaknya juga malah salah paham sama sikap aku kemarin-kemarin. Jadi ya udah sekarang aku akan lebih terbuka."
"Makasih dan maaf ya, Vin."
"Maaf kenapa?"
"Walaupun aku bilang aku lebih sayang sama kamu sekarang. Tapi aku gak bisa begitu aja mutusin buat cerai sama Gavin."
"Aku ngerti, kok. Gak usah dipikirin ya. Yang penting kita saling sayang, saling cinta sekarang. Ya gak?"
Renata mengangguk setuju dan mengecup bibir Vino sekilas, kemudian kembali ia rebahkan kepalanya di dada Vino.
"Opa kamu kerja di mana? Apa udah pensiun?" Renata melanjutkan obrolan mereka.
"Udah pensiun sih, tapi masih diperbantukan. Beliau..." Vino memutar otaknya cepat, "kerja di Universitas Satya."
"Satya Bimantara, kampus swasta termahal di Jakarta itu?" tebak Renata. "Eh nama belakang kamu bukannya Bimantara juga ya?"
"Iya. Kebetulan banget namanya sama," elak Vino. Tidak ingin mengungkapkan bahwa sang kakek adalah pemilik Universitas ternama itu.
"Opa kamu dosen?"
"Iya..." Selain menjabat sebagai rektor sekaligus pemilik Yayasan Satya Bimantara, sesekali memang Bimantara melakukan seminar di depan mahasiswa, jadi Vino tidak sepenuhnya bohong jika mengatakan sang kakek adalah dosen. "Gantian dong, kalau orang tua Mbak gimana?" Vino mengalihkan topik.
"Ibu aku di Bogor, sedangkan ayah aku di New York. Mereka cerai waktu aku masih SMP karena ayah aku punya perempuan lain. Setelah itu Ayah pindah ke New York sama istri barunya dan menetap di sana sampai sekarang."
"Ayahnya Mbak selingkuh?"
"Iya. Aku pernah bilang 'kan sama kamu sebelumnya?"
"Iya sih," ujar Vino lupa-lupa ingat.
"Seudah cerai dari ayah, ibu tetep sendirian. Dia tinggal sama adik aku sekarang di Bogor. Aku ngerasa kayak nge ji lat ludah sendiri sekarang."
"Kenapa Mbak bilang gitu?"
"Aku benci sama ayah setelah ayah selingkuh dan bahkan lebih milih buat cerai sama ibu terus nikahin perempuan selingkuhannya itu. Tapi sekarang aku malah ngelakuin apa yang dulu ayah lakuin," ungkap Renata dengan nada yang sarat akan penyesalan.
Vino hanya bisa tersenyum seraya memeluk tubuh Renata lebih erat. Ia paham perasaan Renata. Namun Vino bertanya-tanya, seandainya Renata tahu Gavin lebih dulu memulai pengkhianatan ini, apa Renata akan menyesal seperti ini?
...***...
Setelah Vino dan Marsha kembali ke Bali waktu itu, seperti yang mereka rencanakan, seminggu kemudian mereka mengatakan bahwa mereka setuju untuk bertunangan. Dan kini beberapa minggu kemudian, acara pertunangan mereka pun dilaksanakan.
Hari itu di sebuah ballroom hotel, pesta pertunangan Vino dan Marsha diadakan. Vino sudah siap di salah satu kamar, menunggu Marsha yang sedang didandani oleh seorang make up artist.
Setelah selesai, Marsha menghampiri Vino yang duduk di sofa yang ada di kamar hotel itu.
"Kalian boleh pergi," titah Marsha pada make up artist dan juga para asistennya.
"Gue mau ngomong," ucap Marsha memulai pembicaraan.
Vino mengalihkan pandangannya dari ponselnya, ke arah Marsha. "Ngomong apa?"
"Ada hal yang harus lo tahu. Gue hamil."
Vino terbatuk, tersedak salivanya sendiri saking terkejutnya ia. "Lo hamil?!"
"Iya. Jadi gue mau kita selesaikan pertunangan kita maksimal satu bulan lagi. Cowok gue janji bakal nikahin gue bulan depan. Dia minta waktu buat cerain istrinya."
"Dia bakal cerai sama istrinya?" Vino terhenyak.
"Iya. Gue gak mau jadi istri kedua. Jadi gue minta dia buat cerai dan dia mau."
Vino tak bisa berkata-kata. Gavin akan menceraikan Renata demi Marsha?
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞