"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Mimpi Indah
Rian terlelap sambil bermain ponselnya, tidak menyadari bahwa rasa lelah yang menyelimutinya sudah membuatnya terbuai dalam tidur. Dalam tidurnya, dunia nyata dan imajinasi bercampur aduk, menciptakan mimpi yang penuh dengan warna dan kehangatan.
Dalam mimpinya, Rian berada di sebuah kamar yang luas dengan cahaya lembut menyinari sekelilingnya. Di ranjang besar itu, dia melihat Lily, Tika, dan Dinda, ketiga perempuan cantik yang telah mengisi harinya dengan keceriaan dan ketegangan. Mereka semua tersenyum dan tertawa, seolah mengundangnya untuk bergabung dalam momen indah itu.
“Rian, ayo ke sini!” seru Lily dengan senyuman genitnya, matanya bersinar penuh kegembiraan. Rian merasa hatinya berdebar kencang. “Wow, ini mimpi apa?” pikirnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Dinda dan Tika ikut menggodanya. “Kami sudah menunggu kamu, Rian. Rasanya tidak lengkap tanpa kamu di sini,” kata Dinda sambil menggigit bibirnya. Sementara Tika menambahkan, “Iya, kita semua di sini untuk bersenang-senang. Jangan sampai kamu ketinggalan!”
Rian merasa sangat beruntung. Dia melangkah ke ranjang, merasakan kehangatan yang menyelimuti ketiga perempuan itu. “Kalian semua cantik sekali,” ujarnya sambil tersenyum, mencoba menahan kegembiraannya. Ketika dia berbaring di antara mereka, semuanya terasa nyaman dan menenangkan.
Lily mendekat dan memberikan ciuman lembut di pipi Rian. “Kami ingin bermain, kamu mau ikut?” tanyanya dengan nada menggoda. Rian hanya bisa mengangguk, merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya.
Mereka mulai bercanda, tertawa, dan saling menggoda. Rian merasa seperti seorang raja dikelilingi oleh para ratunya. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyanya dengan nada bercanda.
“Bagaimana kalau kita saling bercerita?” usul Tika. “Atau mungkin kita bisa bernyanyi bersama?” tambah Dinda.
Rian merasakan suasana yang menyenangkan. Mereka saling bercanda, bermain, dan bercakap-cakap, menciptakan momen-momen intim yang penuh tawa. Tiba-tiba, suasana berubah menjadi lebih hangat. Lily menggenggam tangan Rian dan menatap matanya dengan penuh kerinduan.
“Rian, kamu sudah siap untuk hal yang lebih seru?” tanyanya dengan senyuman menggoda.
“Siap!” jawab Rian, merasa semangatnya membara. Mereka semua tertawa, lalu tanpa sadar, suasana menjadi lebih romantis. Rian merasakan kedekatan yang mendalam dengan ketiga perempuan itu.
Dalam kebersamaan itu, Rian merasakan sentuhan lembut dari Lily, Dinda, dan Tika. Semua perasaan bahagia dan cinta memenuhi ruang di sekelilingnya. Ketika mereka mendekat, Rian merasa semakin terpesona dengan kecantikan dan pesona masing-masing dari mereka.
“Mari kita buat malam ini menjadi malam yang tidak akan pernah kita lupakan!” seru Dinda dengan bersemangat.
Dengan hati yang berdebar, Rian merasakan momen-momen yang penuh gairah dan keceriaan itu. Dalam mimpinya, mereka saling merangkul, menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.
Namun, seiring dengan suasana yang semakin hangat, Rian terbangun dari tidurnya, disambut oleh cahaya pagi yang menyinari kamarnya. Dia mengerjapkan matanya, masih merasa kebingungan antara mimpi dan kenyataan. Rian tersenyum sendiri, merasa beruntung atas mimpi yang baru saja dialaminya.
“Wow, itu mimpi yang luar biasa,” gumamnya sambil mengingat setiap detail dari malam itu. “Aku harus menceritakannya kepada mereka nanti.”
Rian beranjak dari tempat tidurnya, masih merasakan kehangatan dari mimpinya. Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang penuh kejutan. Meskipun itu hanya mimpi, Rian merasa semangatnya meningkat untuk menghadapi hari yang baru. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Lily, Tika, dan Dinda, berharap bisa berbagi momen indah seperti dalam mimpinya.
Pagi itu, Rian bangun dengan semangat baru. Meskipun mimpinya tadi malam terasa sangat nyata, kini ia harus menghadapi dunia nyata yang penuh dengan tantangan. Dengan cepat, ia beranjak dari tempat tidur dan menuju ke dapur.
Setelah menyalakan kompor, Rian mulai menyiapkan bahan-bahan untuk kopi Joss, salah satu minuman favoritnya. Ia mengambil secangkir kopi, memasukkannya ke dalam panci kecil, dan menambahkan air. Setelah itu, ia mempersiapkan arang untuk memanaskan kopi hingga mengeluarkan aroma yang khas.
“Ah, aroma ini pasti enak sekali,” gumamnya sambil menunggu kopi mendidih. Setelah kopi mendidih, ia segera memasukkan arang panas ke dalam cangkirnya. Begitu arang jatuh ke dalam kopi, suara mendesis terdengar nyaring, diikuti dengan aroma harum yang menguar memenuhi dapur.
Rian tidak bisa menahan senyum saat melihat kopi Jossnya siap. Ia menuangkannya ke dalam cangkir dan menambahkan sedikit gula. “Ini dia, kopi yang pas untuk memulai hari,” katanya sambil mengaduknya dengan sendok.
Sambil menikmati kopi Joss, Rian mengambil sebungkus Djarum 76 dari meja. Ia menyobek bungkusnya dan mengeluarkan sebatang rokok. Menghisap rokok Djarum 76 sambil menyeruput kopi membuatnya merasa nyaman dan tenang. “Nikmatnya,” ujarnya sambil menghembuskan asap rokok ke udara.
Di luar, suara burung berkicau menambah suasana pagi yang segar. Rian duduk di teras sambil menikmati kombinasi nikmat antara kopi Joss dan rokoknya. Ia memandangi jalanan yang mulai ramai, orang-orang berangkat kerja dan anak-anak yang bersiap untuk sekolah.
Sambil menikmati momen tenang ini, Rian teringat kembali pada mimpi semalam. Hatinya berbunga-bunga membayangkan momen indah bersama Lily, Tika, dan Dinda. “Mungkin hari ini adalah hari yang tepat untuk mengajak mereka berkumpul lagi,” pikirnya.
“Kalau bisa seperti di mimpi itu, pasti seru banget,” lanjutnya sambil tersenyum sendiri. Rian merasa semangatnya semakin membara. Ia segera memutuskan untuk menghubungi ketiga perempuan itu dan merencanakan sesuatu yang seru.
Setelah selesai dengan kopi dan rokoknya, Rian segera mencuci cangkir dan membuang puntung rokok. Ia meraih ponselnya dan mulai mengetik pesan untuk Lily, Dinda, dan Tika.
“Selamat pagi, girls! Gimana kalau kita kumpul lagi hari ini? Aku ada rencana seru nih. Let’s have fun!”
Setelah mengirim pesan, Rian tidak sabar menunggu balasan. Dia berkeliling di dalam rumah, membersihkan dan merapikan sedikit, sambil membayangkan bagaimana serunya hari ini jika semua rencananya berjalan lancar.
Setelah beberapa saat, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari Lily. “Pagi Rian! Aku siap, seru banget! Katakan tempatnya, ya!”
Diikuti oleh Dinda, “Wah, seru! Aku juga mau ikut! Pasti menyenangkan!”
Tika menyusul, “Pagi! Ayo, aku juga mau! Kapan kita mulai?”
Rian tersenyum lebar melihat semua balasan positif dari ketiga perempuan itu. “Bagus, semua sudah siap!” pikirnya. “Kita bisa ketemu di kafe lagi. Aku bakal pesen tempat.”
Ia segera membalas pesan-pesan itu, mengatur rencana untuk berkumpul di kafe favorit mereka. Setelah semuanya beres, Rian merasa hatinya berbunga-bunga.
“Ini akan menjadi hari yang menyenangkan,” katanya kepada dirinya sendiri sambil melangkah keluar rumah, siap untuk menjalani hari penuh keceriaan dan petualangan.
Dengan semangat baru, Rian meluncur dengan motor sportnya, berangkat menuju kafe yang sudah menjadi tempat favorit mereka. Dia membayangkan betapa serunya saat berkumpul nanti, dan seolah tidak sabar menanti momen-momen indah yang akan terjadi.