Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Dengan di perbantu oleh Ana yang merias wajahnya, Sandra terlihat begitu cantik padahal hanya makeup tipis yang Ana poleskan diwajahnya. Gaun pengantin yang tadi sempat di pakai oleh Isabel kini takdir meminta Sandra yang menggunakannya.
Mencoba untuk ikhlas dan menerima semua ini dengan lapang dada, ia sudah mengatakan jika pernikahan ini hanya untuk membalas Budi pada keluarga Adiguna, bukan sebuah ikatan yang menjadi dirinya dan Harun menjadi kita.
"Sandra, kau sangat baik sehingga mau menyelamatkan aib keluargaku dari gunjingan masyarakat. Semoga kau selalu hidup bahagia," ucap Ana tulus yang dibalas senyuman oleh Sandra.
"Ini semua aku lakukan untuk membalas Budi pada keluarga Adiguna, Nona. Jika tidak ada keluarga Adiguna mungkin saya sudah tiada hari itu. Nyonya Amira yang membawa saya, memberikan saya pekerjaan dan tempat tinggal." Balas Sandra dengan kepala tertunduk.
"Acaranya akan segera dimulai, kau siapkan?" tanya Ana dijawab anggukan kepala oleh Sandra yang sedikit gugup.
Meski pernikahannya hanya untuk balas Budi, tetap saja itu sebuah pernikahan. Upacara sakral yang akan dijalani oleh sandra dan majikannya sendiri. Tak pernah terbayangkan sebelumnya ia akan menjadi istri pengganti majikan nya sendiri tepat di hari pernikahannya.
Tatapan mata para tamu semua tersorot ke arah Sandra yang terlihat begitu cantik, gaun putih tanpa lengan pilihan Isabel membuat Sandra harus menampilkan tulang selangka nya yang begitu indah dan bentuk tubuh yang bak model.
Amira tersenyum manis, ia bersyukur karena dipertemukan dengan gadis baik seperti Sandra yang rela mengorbankan masa depannya untuk keluarga Adiguna. Dalam lubuk hati Amira, entah seperti apa nanti pernikahan mereka, ia akan tetap menganggap Diandra sebagai menantu dengan setulus hati.
Pelan pelan Sandra di dudukkan disebelah Harun yang sejak tadi diam tanpa berkata ataupun menoleh pada siapapun, Sandra tahu insiden dimana Isabel melarikan diri pasti sangat membuatnya kecewa.
"Bisa kita mulai acaranya?" tanya penghulu pada kedua mempelai.
Sandra menoleh pada Harun, terlihat banyak keraguan diwajah pria itu dan tentu saja Sandra memaklumi semua itu. Ia tidak tahu apa yang akan Harun lakukan selanjutnya, kalaupun Harun menolak saat ini juga maka ia akan menerima nya.
"Bisa, Pak." Jawab Harun yang seketika membuat Sandra terkejut.
"Jabat tangan saya dan ikuti ucapan saya," suruh pak penghulu yang dilakukan oleh Harun.
Ijab Kabul berjalan dengan lancar, Harun mengucapkan kalimat Ijah qobul dengan satu tarikan nafas saja. Sandra tak mampu berkata-kata, air matanya meluruh tanpa diminta ketika mendengar suara sah dari para hadirin.
Buru buru Sandra menyeka air matanya, ia harus sadar apa tujuan mereka menikah. Ia harus selalu ingat untuk menjaga batasan dengan Harun meski mereka kini sudah sah baik secara agama maupun hukum.
"Selamat, kalian kini sudah sah menjadi pasangan suami istri." Ucap penghulu memberi ucapan selamat pada Sandra dan Harun.
Setelah itu mereka berdiri berdampingan di panggung pernikahan yang dihias dengan indah. Sandra terlihat begitu canggung menerima ucapan selamat dan doa dari para tamu karena kebanyakan dari mereka menyebut nama Sandra adalah Isabel.
"Nama nya bukan Isabel, dia Sandra." Tegur Harun pada karyawan kantornya. Suaranya terdengar dingin dan datar jauh sekali dari Harun sebelumnya.
"Maaf nyonya Sandra, kami tidak tahu." Ucap salah satu karyawan Harun.
"Tidak apa apa," balas Sandra tersenyum manis.
Sekarang giliran orangtua Harun yang memberi ucapan selamat, sejak naik Amira enggan melepaskan pelukannya di tubuh Diandra sambil mengucapkan ribuan terimakasih pada Sandra.
"Nyonya anda tidak perlu berterima kasih, ini sudah sewajarnya saya lakukan pada orang sebaik keluarga Adiguna." Cicit Sandra menggenggam tangan Amira lembut.
"Jangan panggil kami tuan dan nyonya, Nak. Cukup panggil kamu mama dan papa sama seperti Harun," ucap Adiguna yang terasa begitu canggung diucapkan oleh Sandra.
"I-iya pah, mah." Ucap Sandra tergagap.
"Selamat ya Sandra, kini kau adalah kakak iparku jadi cukup memanggil ku dengan Ana dan tinggalkan embel-embel nona." Ucap Ana riang seraya memeluk Sandra dengan erat.
"Terimakasih, Ana." Balas Sandra sama tergagap nya memanggil Ana tanpa embel-embel.
"Harun, semoga kamu bisa menerima pernikahan ini dan hidup bahagia ya nak," ucap Amira memeluk putranya yang hanya diam tanpa membalas, raut wajahnya pun terlihat tidak senang.
"Kami tahu pernikahan kalian terpaksa terjadi, tapi ini adalah takdir Allah yang harus kalian terima," cicit Adiguna menepuk bahu putranya pelan.
"Terimalah Sandra sebagai pendamping mu kak, dia gadis yang baik dan aku yakin dia akan bisa membuatmu bahagia." Ucap Ana sebelum ketiganya pergi meninggalkan kedua mempelai di pelaminan.
Sandra menoleh pada Harun, terlihat rahang pria itu yang mengeras menahan amarah. Tangannya terkepal dengan mata yang menyorotkan penyesalan dan kemarahan secara bersama, Sandra harus bisa menjalani ini semua dan semoga Harun bisa mengerti posisinya saat ini.
Sandra's POV
Aku tidak menyangka jika akan menikahi pria yang selama ini aku layani sebagai seorang majikan, entah takdir apa yang Allah rencanakan untukku untuk kedepannya. Yang bisa aku lakukan saat ini hanya menerima dan mencoba ikhlas menjalani kehidupan.
Aku bisa melihat bagaimana sorot penyesalan dari mata pria yang kini berstatus sebagai suamiku. Ia pasti menyesal telah menikahi pelayan sepertiku yang jelas tidak pantas dengannya, namun demi nama baik keluarga nya aku dan dia harus menerima semua ini.
"Sekarang aku sudah menikah, entah ini pernikahan atau hanya ucapan terimakasih atas Budi keluarga Adiguna padaku, aku akan menjalani kehidupanku seperti biasa sebagai asisten rumah tangga dirumah Adiguna, tanpa mengingat jika aku adalah menantu dirumah itu," batin ku memejamkan matanya sebentar berusaha menenangkan diri.
Sandra's POV end
Hanya Sandra yang menunjukkan senyum pada para tamu, meski senyuman itu fake ia harus tetap menyambut tamu dengan hangat. Kini Harun yang dikenal ramah dan sangat lembut berubah menjadi Harun yang cuek dan dingin.
SAH SI SAH, GIMANA KELANJUTAN??
BERSAMBUNG.......