Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panen
Saat pagi, ketika Bu Dijah dan Arga Dinata akan pergi ke sawah, terdengar suara wanita yang memanggil nama Arga Dinata.
"Bu, sepertinya ada temanku yang ke sini. Biarkan Arga ngumpet ya Bu? Kalau dia tanya tentang saya, bilang saja tidak tahu! Dia itu wanita jahat yang ingin merusak hubungan saya dengan Zumairah."
Arga tahu persis siapa tamu yang datang. Ia bersembunyi dengan tujuan agar wanita yang mengetuk pintu tersebut tidak menemukan dirinya. Saat ini, Arga tidak mau berhubungan dengan wanita yang berusaha membuat masalah.
"Tapi Nak Arga mau ngumpet di mana? Di belakang kandang kambing saja. Di sana aman hanya ada kebun dan tanaman ilalang. Bu Dijah memberi saran untuk bersembunyi di belakang kandang kambing. Beliau juga iba melihat Arman yang berkorban demi anaknya dan todak mudah menyerah.
Arga pun menuruti saran dari Bu Dijah. Langkah cepat menghantarkan Arga sampai di belakang kandang kambing. Terpaksa Arga bersembunyi untuk menyelamatkan diri.
Sementara Bu Dijah segera keluar dan membuka pintu siapa sebenarnya tamu yang datang.
Kening Bu Dijah berkerut. "Siapa kamu, Nak?" tanya Bu Dijah yang melihat di depannya adalah wanita cantik yang memakai pakaian rapi namun, sedikit terbuka. Ia memakai kemeja panjang berwarna putih dan memakai rok mini berwarna hitam.
"Ini rumahnya Julia? Bolehkah saya masuk, Bu. Saya ingin mencari pria yang bernama Arga Dinata," kata wanita cantik namun, tidak tinggi. Standar wanita Indonesia.
"Benar. Ayo silakan masuk di rumah kami yang sederhana. Anda siapa, Nona Cantik?" tanya Bu Dijah ketika mereka sudah duduk di bangku sederhana.
"Kenalkan Bu, saya Lina Permata Intan. Calon istri Arga Dinata. Mama Reva Dinata menjodohkan saya dengan Arman dan kebetulan saya mau mencari dia di sini. Di mana dia Bu?"
Ternyata adalah Lina. Wanita yang bucin kepada Arga. Zumairah sempat kenal wanita itu saat bekerja di Restonya Arga Dinata.
"Dia sudah pergi untuk pulang sedari kemarin sore. Dia di sini hanya survei sawah di kampung ini. Tidak lebih," kata Bu Dijah mencari alasan agar beliau tidak disalahkan.
"Apa iya? Survei apa mau bertemu dengan Zumairah? Sekarang di mana Zumairah Bu?" kata Lina yang sok kenal dengan Zumairah. Padahal baru beberapa jam ia mengenal Zuma, lalu dengan pongahnya Lina melarang Zuma bekerja di Restonya Arga Dinata saat itu.
"Zuamirah sedang sakit. Ia ada di kamarnya. Ia kelelahan gegara ikut saya membersihkan hama di sawah," kata Bu Dijah mencoba untuk tenang.
Netra Lina masih Traveling menyusuri seluruh sudut ruangan. "Antarkan aku ke kamar Zumairah! Siapa tahu Arga ngumpet di sana!"
Lina bukanlah wanita yang mudah dibohongi begitu saja. Ia ingin mencari ke seluruh penjuru ruangan rumah sederhana tersebut.
Pertama, ia ingin masuk ke dalam kamar Zuma.
"Zuma, buka pintunya. Sedang ada tamu ini!" Bu Dijah mengetuk pintu sang anak.
Kriet!
Zuma mulai membuka pintu. Ia sedang memegangi keningnya yang terasa sakit.
"Ada apa Bu? Ka—kamu yang kerja di Resto itu 'kan? Kenapa kamu ke sini?" tanya Zuma yang sebenarnya sudah tahu tentang maksut kedatanagn Lina.
Lina langsung saja masuk ke dalam kamar sederhana tersebut. Ia melihat di bawah tempat tidur. Dan ternyata hasilnya nihil. Arman tidak ada di ruangan tersebut.
"Sialan tuh Zaki. Dia bilang Arman di sini. Apa dia ngumpet di ruangan lainnya ya? Bu izinkan saya melihat seluruh ruangan rumah ini!" kata Lina memohon.
Akhirnya Bu Dijah mengantar Lina menelusuri seluruh ruangan yang ada di rumahnya Bu Dijah. Hasilnya pun nihil.
"Kamu bilang, kata Zaki? Emangnya kamu kenal Zaki, Nona?" kata Bu Dijah penasaran.
Lina tertawa sinis. "Dia itu teman aku, Bu. Jelas aku kenal. Dia kemarin katanya ke sini dan melihat Arman. Eh, aku nyusul, malah Armannya dah pergi. Membuang-buang waktu saja!" jawab Lina kesal.
Ia menghela nafas dan kelelahan karena ia baru saja mengendari mobil pribadinya.
"Kamu istirahat dulu, Nona. Apa Ibu buatkan minuman untuk kamu!" Walaupun Lina sangat sinis, tapi Bu Dijah masih baik dengan Lina.
"Apa? Minum di tempat jelek seperti ini? Nggak lah. Kalian itu wanita kampung! Pasti minumannya bau sangit. Mending minum air kali, dari pada minum air di rumah ini!" tolak tawaran dari Bu Dijah dengan pongah.
Flora tidak mood minum di tempat sederhana milik Bu Dijah. Namun, walau sederhana, Rumah Bu Dijah termasuk tapi dan bersih. Hanya orang-orang sombong yang merendahkan rumah Bu Dijah.
Bu Dijah menahan emosi. "Walaupun rumah saya sederhana dan jelek, tetapi saya tidak pernah memakan harta orang miskin! Kami membuat rumah dengan hasil keringat keluarga ini! Jika memang Nona hanya membuat masalah di sini. Carilah tempat lain yang membuat Nona lebih nyaman!"
Bu Dijah menginginkan Lina cepat angkat kaki dari rumah tersebut. Ia ingin segera ke sawah untuk memanen padi.
Lina cemberut. "Dasar keluarga miskin belagu. Sudah miskin, sok bijak lagi. Muak saya bicara sama kalian!"
Karena Lina tidak menemukan Arga, ia segera pulang ke kota kembali dengan langkah gontai. Sebenarnya kakinya lelah karena baru saja menempuh perjalanan jauh.
***
Satu jam kemudian, Arga dan Bu Dijah akan memanen padi. Zuma pun sudah tidak ngambek dan ikut memanen ke ladang.
'Aku harus membantu ibuku yang mau panen. Aku harus menunjukkan baktiku sebagai anak,' batin Zuma yang inginbantu sang ibu memanen padi.
Setelah alat tani lengkap dibawa oleh Arga, mereka segera menuju ladang dengan berjalan kaki.
Saat tengah perjalanan, tiba-tiba Wiwin muncul di balik sungai yang menghantarkan jalan dua cabang. Jalan tersebut adalah jalan tikus yang berfungsi sebagai jalan alternatif yang menghubungkan desa mereka untuk menuju ladang.
"Hai Bang Arga? Wiwin datang dan bawain nasi jagung untuk Abang. Wiwin siap membantu panen padi milik Bu Dijah sambil lihatin pangeran? Boleh ya Bu?"
Wiwine berlari kecil menyusul Arga yang berjalan cepat sambil membawa sabit dan peralatan tani lainnya. Ia sangat kesal Wiwin datang. "Jangan ganggu saya memanen padi, Wiwin. Nggak enak ih, dilihatin orang!" kata Arga tegas.
Wiwin tersenyum kemayu. "Saya tidak mengganggu. Malah akan membantu, Bang. Haduh, bahu Abang kekar. Hidungnya mbangir. Wajahnya bersih seperti artis. Wiwin betah mandangin kamu, Bang. Pengen tak hih!"
Wiwin masih berjalan di sampaing Arga dan sesekali menoleh ke arah Arga yang bersikap dingin kepadanya.
Arga menghentikan langkahnya. "Saya mohon kamu pergi! Kalaupun ikut panen, jalannya bersama Zumairah itu lho yang perlu teman. Kasihan dia dicuekin!"
Arga menoleh ke arah Zuma yang sedang menahan cemburu. Karena Arga sangat grogi didekati oleh Wiwin. Arga seperti trauam jika Wiwin menggoda Arga.
"Ah, nggak asik. Wiwin maunya jalan di samping Abang. Wiwin ingin menghabiskan waktu berdua dengan Abang sehari ini. Walaupun harus berkorban di kotornya lumpur. Gunung ku daki, Arga pun aku cari."
Wiwin mulai puitis dan semakin berani. Sesekali ia memegang tangan Arga yang berusaha menghindar diri. Wanita itu tidak menyerah membuat Arga luluh.
"Siapa bilang Arga Dinata tidak di kampung ini! Kalian para ibu dan anak, kalian munafik! Ada juga wanita norak di sini. Memang kampung di sini penghuninya wanita norak semua. Arga! Aku mencarimu!"
Ketika Wiwin sedang asik menggoda Arga, tetiba muncul wanita dengan wajah memerah dan mantengin Wiwin yang genit kepada Arga.
demi harta sanggup berjual beli...tampa memikirkan perasaan anak....egois....tepi....adakah Arga akan bahagia...pasti saja tidak...Arga amat mencintai Zuma...walaupun demikian....Arga perlu bertegas pada Papa Wira Arga....bahawa kamu tetap dengan keputusan mu memilih Zuma....kebahagiaan adalah penting walaupun nama mu di coret dalam keluarga....bawa diri bersama Zuma ke tempat lain dan buktikan bahawa tanpa harta keluarga kamu boleh bahagia gitu..lanjut...