Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Mas, hentikan. Lepaskan dia, mas. Nanti dia bisa celaka." Ucap Anna menarik tangan Damar dari leher septo.
Septo bergo berlari menjauhi kerumunan warga yang sedang marah. Ia berlalu dan tidak terlihat lagi. Sementara Damar dan Anna tengah dibawa ke kelurahan di iringi warga Asri Kenangan yang sudah terhasut ucapan Septo juga anak buah Anton lainnya.
Mereka menggiring Damar dan Anna bak seorang pezinah, bude Sri hanya bisa terdiam dan mematung saat mereka berdua dibawa paksa oleh warga.
Akhirnya bude Sri meminta bantuan pakde Kasim untuk melerai kesalahan pahaman yang terjadi. Bude Sri datang ke kediaman pakde Kasim dan memberitahukan semua yang terjadi.
"Ayok arak mereka keliling kampung..." Ucap warga.
"Dasar pendosa, berzina dilingkungan kami, sama saja menghina kampung kami yang bersih."
"Ayok hukum mereka."
Riuh para warga, terus melontarkan tudingan yang tidak benar terhadap Damar dan Anna.
"Tunggu, bapak-bapak dan ibu-ibu. Tolong jelaskan apa ini sebenarnya?" Tanya pak lurah desa Asri.
Beberapa warga menjelaskan kejadiannya, dan meminta pak lurah bersikap tegas terhadap Anna juga Damar.
"Apa para warga punya bukti?"kata pak lurah.
"Mereka sering berduaan dirumah Anna, pak."ucap salah satu ibu-ibu tetangga Anna.
"Itu tidak benar pak, saya dan juga Anna tidak melakukan sesuatu yang dilarang agama. Saya memang tinggal di sana itu hanya sementara, dikarenakan saya sedang sakit dan Anna merawat saya. Itu saja gak lebih,"tutur Damar membela dirinya yang tidak pernah melakukan sesuatu apapun.
"Bohong!" Saru Anton dari arah belakang warga. "Mereka bohong, pak lurah. Saya lihat mereka sering berduaan, bahkan mereka sering melakukan sesuatu disaat Sri tidak dirumah."jatuhlah fitnah yang kejam. Membuat Anna terlonjak.
"Itu tidak benar, pak. Itu fitnah."sahut Anna tidak terima.
"Bangs*t! Anda tidak bisa memiliki Anna, lalu Anna menyebarkan berita bohong sama warga. Rendah sekali anda!"ucap Damar mulai tersulut emosi. Amarahnya bagai gunung yang aka meletus kapan saja. Ucapan Anton membuat nya sangat ingin menghabisinya saat ini juga.
Seringai wajah tanpa dosa dari Anton. Merasa puas dengan perbuatannya yang sudah membuat mereka terpojok.
"Itu tidak benar, pak. Bapak lurah tahu saya lebih lama, tidak mungkin saya berbuat tidak senonoh dengan mas Damar." Anna mengiba pada pak lurah.
Pak lurah memang tidak percaya apa yang diucapkan Anton. Terlebih dia adalah orang yang sering kali membuat onar dikampung Asri.
Bahkan ia tahu sifat keluarga Anna, tidak mungkin dia meragukan didikan kedua orang tuanya.
"Tenang Anna, tenang ya nduk. Kita pasti ada solusinya,"
"Dah lah, pak Rais. Tidak perlu membela yang salah mereka sudah berzinah di rumah orang tua Anna. Lebih baik usir mereka atau arak mereka keliling kampung. Biar tahu rasa, " senyum licik terpancar dari wajahnya yang bringas.
Damar tidak mampu lagi menahan marahnya, dijatuhkan lah bogem mentah kearah wajah yang menjijikkan itu.
Wajahnya pria setengah baya itu pun mengeluarkan darah segar, pukulan Damar cukup membuat nya tersungkur ke tanah.
Rasanya begitu panas dan perih, Anton membalas pukulan Damar dan mereka kini saling bergumul di tanah, saling melayang kan bogem.
Bude Sri dan pakde Kasim pun datang, mereka terkejut disuguhi perkelahian antara Damar dan Anton.
Sebagian warga melerai keduanya, wajah keduanya nyaris babak belur.
"Cukup! Kenapa kalian main hakim sendiri?"ucap pakde Kasim.
"Anak kurang ajar ini yang mulai!" Ucap Anton.
"Aku tidak akan memukul anda, jika mulut anda dijaga."tegas Damar menekan ucapannya.
"Apa aku salah bicara? Kalian sudah berzinah, dan wanita itu adalah calon istri ku yang sudah kamu setubuhi!"
Buk!
Satu pukulan keras mendarat diwajah Anton. "Bajing*n! Sekali lagi anda bicara yang tidak-tidak tentang Anna. Akan aku pastikan malam ini adalah hari pemakaman mu!" Wajahnya menegang terlihat jelas Damar begitu marah dengan tudingan-tudingan, si lintah darat itu.
"Sudah, le. Sudah tahan emosi mu, jangan sampai kamu merugikan diri kamu sendiri." Ucap bude menahan tangan Damar.
"Pak Rais, tolong Carikan solusinya, anak-anak ini tidak mungkin melakukan kesalahan, aku tahu betul. Nak Damar ini anak majikan ku, dikota. Aku tahu betul sikapnya tidak mungkin serendah itu," kata pak Kasim.
Pak Rais kelimpungan, disisi lain ia tahu mereka tidak mungkin melakukan hal tidak senonoh, karena dia tahu Anna adalah anak yang baik. Namun disisi lain pak Rais disudut kan oleh warga, yang sudah terhasut ucapan Anton.
Sejenak suasana menjadi bisu, Damar dan Anton masih memanas disana. Seketika pak Rais menyuruh semua orang duduk di aula dan bermusyawarah.
"Bagaimana jika mereka dinikahkan saja, pakde, bude." Celetuk pak Rais.
"Setuju." Ucap beberapa orang.
"Aku tidak setuju, Anna adalah calon istriku." Gema ucapan Anton mengalihkan pandangan para warga.
"Diam kamu Anton!" Bentak pakde Kasim. Seketika Anton beku.
"Ini solusi terbaik, agar mereka tidak mengundang fitnah dari sudut manapun. Kita bisa menikah kan mereka secara siri, selanjutnya mereka bisa menikah secara negara di kantor urusan agama, setelah mereka melengkapi surat-surat yang diperlukan." Kata pak Rais.
Damar berdiri. "Baik. Saya siap untuk menikahi Anna, agar bapak dan ibu tidak menaruh curiga terhadap hubungan kami." Dengan mantap.
Pakde Kasim dan bude Sri tidak bisa membantahnya lagi, terlebih mereka juga sudah basah. Nama mereka sudah jelek Dimata orang kampung. Lebih baik begitu dan keduanya pun merestui dan mempersilahkan, pernikahan siri diadakan malam ini di kelurahan.
Sedangkan Anna hanya bisa tercenung, mematung. Ia pasrah dengan keputusan pak lurah juga pakde dan budenya.
Meskipun dia tahu, ini adalah keputusan yang salah. Akan tetapi warga terus menyudut kan mereka dengan kata yang kejam.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Azana Sadiqah Marwah binti almarhum bapak Marwan dengan mas kawin tersebut tunai." Lantang Damar mengucapkan ijab kabul dengan disaksikan warga Asri Kenangan.
Akhirnya Anna dan Damar dinikahkan di sana malam ini juga, dan diresmikan sebagai suami istri secara sah menurut agama.
Panjat sukur dan doa membanjiri mereka berdua, meskipun demikian suasana yang tidak terbilang pantas tapi, mereka senang karena Anna dan Damar sudah sah menjadi suami istri, kini warga kembali kerumah mereka masing-masing dengan tenang tanpa ada pikiran yang menganggu, juga tidak lagi memikirkan tentang hubungan Anna dan Damar yang tidak halal.
"Selamat ya, maaf jika kalian harus menikah seperti ini. Tidak ada lagi jalan keluar, ini mungkin yang terbaik untuk kalian. Dan kedepannya kamu bisa daftar ulang ke KUA untuk pernikahan kalian, agar diakui secara resmi agama maupun negara." Ucap pakde Kasim.
Damar dan Anna mengangguk.
*****
Anna melangkah lunglai, ia merasa telah membenarkan dugaan warga yang menuduhnya telah berzinah.
"Ann ... Maaf aku sudah membawamu ke situasi seperti ini, aku janji aku akan bertanggung jawab atas kamu, sekarang juga nanti."ucap Damar, mencoba menjernihkan suasana malam ini yang memburuk.
Anna menghela nafas panjang sejenak. "Mau bagaimana lagi, mas. Semuanya sudah terjadi, hanya saja ada yang sedang aku pikirkan saat ini."
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Damar penasaran.
"Pak Suryo,"
Hening sesaat Damar tidak tahu kedepannya seperti apa, dan apa tanggapan papanya nanti jika tahu dia dan Anna sudah menikah siri di sini.
Damar menghampiri Anna dan memeluk nya. "Soal papa, itu biar menjadi urusanku, kamu gak perlu khawatir kan tentang itu, ya. Em ... Sekarang kan sudah malam, pengantin baru harusnya kan beristirahat ..." Terhenti.
"Gak usah mikir yang aneh-aneh ya, mas." Mendelik.
"Apa salahnya? Kita sudah menikah, bukan?"mendekati Anna.
"Mas, kamu lagi cari kesempatan, ya?"tatap curiga.
Damar tersenyum. "Ngapain cari kesempatan, kita sudah menjadi suami istri, dasar aneh. Berkat si pak tua itu akhirnya aku bisa memiliki mu seutuhnya," goda Damar menaikan sebelah alisnya.
Anna tergeleng-geleng. "Sudah jangan berpikiran yang aneh-aneh, sini aku obati dulu lukamu, mas." Menarik Damar, dan membawanya ke sebuah kursi kayu, yang usang termakan usia.
Anna mengobati luka Damar dengan berhati-hati, wajahnya kembali membiru. Baru saja dia sedikit pulih dari musibah yang dialami nya beberapa hari lalu, kini ia harus kembali babak belur lagi meskipun tidak terlalu parah.
"Se- khawatirnya kamu sama aku, Ann .."
Anna tidak menggubrisnya.
Damar terus menggodanya tanpa henti. Namun Anna masih bergeming, tangan nya masih dengan telaten membersihkan luka-luka diwajah Damar. Pria itu tidak bisa menahan diri ia menarik, wanitanya keatas pangkuannya saat ini kini wajah mereka sejajar, dua pasang mata kini saling berhadapan, tanpa ada jarak sedikitpun.
"Mas, kamu ngapain sih?"
"Ini sudah larut, sayang. Saatnya kita juga beristirahat sebagai pengantin baru."
"Mas, jangan aneh-aneh deh. Kamu masih sakit,"
Damar tidak menanggapi Anna, ia terus membawa tubuh kecilnya dipangkuan Damar, mereka masuk kedalam bilik tidur, untuk beristirahat.
Dimalam itu menjadi malam yang indah, bagi sepasang kekasih yang kini sudah menyandang status suami dan istri. Dua orang yang saling memadu kasih, kini mereka bisa saling mengungkapkan perasaan yang lama terpendam begitu lama selama ini.