Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
"Maafkan aku Mas, tapi aku lagi datang bulan." Ujar Anastasya. Ia baru saja kedatangan tamu bulanannya saat mengganti pakaian di kamar mandi.
"Kamu nggak sedang menghindari ku kan?" Tanya Damian.
"Tidak Mas, untuk apa aku menghindari mu? kalo nggak percaya periksa aja sendiri." Jawab Anastasya merasakan jika bagian bawah Damian kini sudah mengeras.
Damian menarik mundur tubuhnya. Ia menekan penisnya beberapa kali. Sedangkan Anastasya menutup mata pura-pura tertidur.
Setelah beberapa menit Damian begitu gelisah dan tidak bisa tidur. Ia keluar mengambil air dingin di kulkas untuk mendinginkan tubuhnya yang terasa panas karena gairah. Ia duduk di kursi kemudian meneguknya dengan satu kali tegukan.
Kanaya keluar dari kamarnya memakai pakaian tipis dengan dada terbuka. Ia melihat Damian sedang duduk sendiri kemudian menghampirinya.
Damian berbalik saat sebuah tangan memegang pundaknya, matanya langsung tertuju pada ke bukit kembar milik Kanaya. Dengan segera ia menarik rubuh Kanaya lalu menenggelamkan wajahnya sambil merangkul pinggangnya.
Kanaya kaget mendapatkan perlakuan tak terduga dari Damian, tapi lama kelamaan ia juga ikut terbuai dengan sentuhan lembut yang Damian berikan padanya.
Tanpa mereka sadari sepasang mata yang berkaca-kaca menyaksikan perbuatan mereka.
"Khemmm.." Dehaman Anastasya menyadarkan Damian.
Tadinya Damian mengira Anastasya yang datang menyusulnya saat di dapur. Tanpa melihat wajahnya dia langsung memeluk Kanaya.
"Lanjutkan saja, anggap saja di rumah ini nggak ada orang lain sampai kalian melakukan itu di dapur." Sindir Anastasya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu.
Prakk!
Damian segera berdiri menyusul Anastasya.
"Sayang...! kamu salah paham. Itu tidak seperti yang kamu lihat." Ujar Damian setelah masuk ke dalam kamar.
"Hikss, hikss, Menurut mas! seperti apa yang aku lihat? kalian saling menikmati satu sama lain, aku jijik padamu Mas! kenapa melakukan itu di dapur, bagaimana jika mbok Siti atau Radit yang melihatnya. Kamu bisa masuk ke dalam kamar Kanaya bukan?" Cerca Anastasya.
Plakk!
Damian tak sengaja menampar wajah Anastasya yang tidak mau diam menuduhnya.
Anastasya menatap tajam wajah Damian, ia memegang pipinya yang memerah menahan rasa perih di wajahnya, "Hehehe, kamu sudah berani menamparku Mas..!" Kekeh Anastasya, "Apa kamu lupa sebelum kita menikah, aku pernah katakan apapun yang terjadi dalam rumah tangga kita, aku tetap akan bertahan asalkan kamu tidak memukul ku? dan sekarang kamu lakukan itu Mas. Maaf karena memang sepertinya pernikahan kita harus berakhir." Lirih Anastasya duduk di sisi tempat tidur.
"Hikss, hikss, hikss." Tangisnya semakin pilu membelakangi Damian ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala.
Damian segera memeluk Anastasya, "Maafkan aku sayang... aku tidak sengaja. Bangunlah dan pukul aku." Sesal Damian.
Tapi Anastasya tidak bergeming, ia meluapkan segala sakit hatinya di dalam selimut. Apa yang dilakukan Damian di depan matanya benar-benar membuatnya hancur. Membayangkannya saja ia tidak sanggup, apalagi dia melihat Suaminya bercumbu dengan Kanaya di depan matanya.
Keesokan harinya Anastasya sudah lengkap dengan balutan dressnya yang berwarna krem. Ia sedikit berdandan untuk menutupi matanya yang sembab. Ia mengambil Sling bag dan ponselnya lalu keluar mengambil kunci mobilnya yang ada di ruang tamu.
"Nyonya, Anda akan pergi pagi-pagi begini? kenapa tidak sarapan dulu?" Tanya Mbok Siti.
"Saya sarapan di luar Mbok, saya akan ke makam Ibu lalu ke rumah ibu untuk membersihkannya. Sudah lama aku nggak ke sana, pasti sudah banyak debu." Jawab Anastasya.
"Apa perlu Mbok ikut untuk membersihkan rumah?" Tanya Mbok Siti.
"Nggak usah Mbok, di sini juga banyak kerjaan bukan? pasti sangat merepotkan saat Kanaya tinggal di sini? Ya sudah aku berangkat." Pamit Anastasya kemudian memakai kaca mata hitamnya.
"Hati-hati Nyonya." Pesan Mbok Siti.
Anastasya melajukan mobilnya selama 2 jam menuju TPU tempat pemakaman ibunya. Ia menaburkan bunga dan menyiram air di atas pemakaman ibunya.
"Hikks, hikss, hikss!" Anastasya menangis.
"Ibu, maafkan Tasya! Tasya tidak bisa mempertahankan rumah tangga Tasya. Ibu memang benar, Mama Damian tidak akan bisa menerima kehadiran ku di sana. Dia menikahkan Damian dengan wanita pilihannya Bu! hikss, hikss, rasanya sangat sakit Bu, melihat orang yang aku cintai bersama wanita lain. Hatiku hancur berkeping-keping tak bersisa." Lirih Anastasya sambil menangis.
"Hikss, hikss, Bu, aku akan tinggal di rumah ibu setelah urusanku dengan Mas Damian selesai. Jangan marah padaku karena aku gagal mempertahankan rumah tanggaku. Aku sudah berusaha semampuku namun aku sudah tak sanggup." Ujar Anastasya kembali.
"Bu, aku pergi dulu, aku akan kesini lagi mengunjungi ibu." Lirih Anastasya
Setelah meluapkan keluh kesah pada Ibunya, Anastasya meninggalkan pemakan dan kembali memakai kaca mata hitamnya. Ia masuk kedalam mobil kemudian melajukan kendaraannya menuju rumah tempat ia di besarkan penuh dengan cinta. Rumah sederhana yang mampu membuat hatinya tenang dan damai.
Saat sampai di pekarangan rumah. Tetangga Anastasya datang menyapanya.
"Tasya... kamu baru datang?" Tanya Ibu Ratih.
"Ia Bu Ratih, saya ingin membersihkan rumah ibu saya." Jawab Anastasya.
"Suami kamu mana? kok nggak ikut?" Tanya Ratih.
"Dia lagi di luar kota Bu. Mumpung dia nggak ada di rumah jadi saya ke sini." Jawab Anastasya sekenanya agar bi Ratih tidak curiga.
"Baiklah ibu pergi dulu, mau ke pasar." Pamit ibu Ratih. Tetangga Anastasya yang selalu menemani ibunya setelah Anastasya menikah dengan Damian.
Setelah ibu Ratih pergi, Anastasya masuk ke dalam rumah, ia membersihkan rumah hingga lupa waktu, sekarang sudah sore dan dia belum juga selesai.
Anastasya keluar rumah menuju warteg, ia sangat lapar dan tidak sempat memasak.
"Tasya!" Teriak Bu Ratih.
Anastasya menghentikan langkahnya kemudian berbalik.
"Tasya, kamu mau kemana?" Tanya Ibu Ratih.
"Ke warung depan Bu." Jawab Anastasya.
"Nggak usah, ibu bawakan makanan untukmu, Ibu tau kamu pasti belum makan?" Ujar Ibu Ratih memperlihatkan beberapa susun rantang makanan di tangannya.
Dulu ibu Ratih ingin sekali menjodohkan anaknya dengan Anastasya namun Anastasya sudah lebih dulu di lamar Damian. Dan sekarang anak Ibu Ratih juga sudah menikah dan memiliki dua anak.
"Makasih Bu, maaf merepotkan ibu." Anastasya merasa tidak enak hati.
"Jangan sungkan sama ibu nak. Kamu kan tau ibu sejak dulu sudah menganggap kamu sebagai putri ibu." Ujar Ibu Ratih.
"Makasih Bu. Ayo kita masuk kedalam." Ajak Anastasya.
Mereka masuk kedalam rumah kemudian mengambil piring.
"Ibu sudah makan?" Tanya Anastasya sambil mengambil makanan ke piringnya.
"Ibu sudah makan nak. Sebenarnya seminggu yang lalu Pak RT datang kemari menanyakan rumah ibumu ini. Sepertinya ada yang ingin membelinya. Tapi ibu bilang rumah ini tidak ingin di jual." Jelas Ibu Ratih.
"Saya nggak akan menjual rumah orang tua saya Bu. Cuma kenangan di rumah ini yang mereka tinggalkan untuk saya, dan saya juga nyaman tinggal di sini." Jelas Anastasya.
Anastasya sangat menikmati makanan yang ibu Ratih bawa. Entah karena makanannya sangat enak atau karena Anastasya sangat lapar hingga semua makanan hampir habis.
"Makanan yang ibu bawa sangat enak, saya sampai tidak tega menyisanya." Puji Anastasya.
"Makanan ibu yang enak atau memang kamu yang laper?" Canda Bu Ratih.
"Sepertinya dua-duanya deh Bu, hehehe.." Kekeh Anastasya ketahuan lapar.
"Hehehe..." Kekeh Ibu Ratih.
"Kapan kami ke sini lagi? nanti ibu masak lagi untukmu." Semangat ibu Ratih. Semenjak anaknya menikah ia jadi kesepian di rumah sendirian.
"Minggu ini Bu, setelah urusanku selesai, mungkin saya akan tinggal di sini." Jawab Anastasya.
"Kamu akan tinggal di sini?" Semangat ibu Ratih.
"Iya Bu." Singkat Anastasya kemudian mengambil air minum.
Anastasya berdiri mencuci piring kemudian menyerahkan tempat makanan ini Ratih.
"Makasih banyak Bu makanannya." Ujar Anastasya.
"Sama-sama nak. Kamu sudah selesai membersihkan?" Tanya Ibu Ratih.
"Sedikit lagi bu, saya masih harus membersihkan kamar dan kamar mandi, habis itu baru pulang." Ujar Anastasya.
"Baiklah, ibu pulang dulu! jika butuh apa-apa, panggil Ibu aja." Ujar Ibu Ratih kemudian keluar dari rumah Anastasya.
.
.
.
Bersambung......
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏