Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Satu rumah
Sabtu malam akhirnya tiba. Erland benar-benar menjemput Viola untuk tinggal di rumahnya. Sebagian barang Viola juga sudah siap di dalam koper. Hanya sebagian, karena Viola tak mau membawa semuanya. Dia belum tau akan betah di rumah itu atau tidak.
"Viola pergi dulu ya Pi, Mi" Viola memeluk kedua orang tuanya dengan sedikit tak rela.
"Jaga diri baik-baik. Jadi istri yang patuh sama suami" Pesan Maminya.
"Iya Mi"
"Abang, Vio pergi dulu ya. Cepat cari istri, kasihan Mami pingin lihat Abang menikah belum kesampaian juga sampai sekarang" Pesannya sambil memeluk Vino.
"Bawel kamu, udah berani ceramah sama Abang sekarang" Vini mengacak rambut Viola.
"Kami pamit Papi, Mami" Ucap Erland menyalami mertuanya.
"Iya kalian hati-hati. Titip Viola, dan ingat pesan Papi"
"Insyaallah Pi"
Akhirnya Viola pergi juga mengadu nasib ke rumah itu. Dengan langkahnya yang cukup tegas Viola tidak tau apa yang akan dia dapat di rumah itu. Kebahagiaan yang akan menyembuhkan lukanya atau rasa sakit yang akan semakin bertambah.
Mengambil keputusan itu juga tidak di lakukan Viola dengan mudah. Berpikir panjang dan mencari jawaban kepada Sang Maha Kuasa juga sudah dilakukannya. Sampai akhirnya Allah menunjukkan jalan itu. Viola juga tidak tau apa maksudnya, yang jelas Viola hanya mengikuti apa yang sudah diridhoi Allah.
Kurang lebih hampir satu jam perjalanan dari rumah Viola. Mobil Erland mulai memasuki kawasan perumahan yang cukup elit.
Viola hanya bertanya-tanya di dalam hati. Seberapa kaya Erland saat ini, sehingga mampu membeli rumah di kawasan itu.
Erland turun lebih dulu untuk menurunkan dua koper milik Viola, sementara Viola masih memandangi rumah dua lantai yang besar dan luas itu. Meski pekarangannya tak di batasi oleh pagar atau gerbang, melainkan di biarkan terbuka dengan banyak tanaman hingga rerumputan hijau yang terlihat rapi, sepertinya di sana termasuk kawasan yang aman dan nyaman.
"Ayo masuk Vi" Erland membawakan dua koper milik Viola, dan istrinya itu mengekor begitu saja di belakang Erland.
"Selamat datang di rumah kita" Ucapnya begitu Viola menginjakkan kakinya untuk pertama kali di rumah itu.
"Mas sudah pulang??" Sambut Sarah. Namun raut wajahnya sedikit berubah ketika melihat Viola.
"Sudah. Sarah, seperti yang sudah aku katakan kemarin. Mulai sekarang Viola akan tinggal di sini. Kalian sudah pernah bertemu kan?? Jadi aku harap kalian bisa akur"
Sakit tentu saja saat ini yang Sarah rasakan. Mana ada istri yang rela dan menerima begitu saja, suaminya membawa wanita lain yang di perkenalkan sebagai istrinya yang lain ke rumah mereka.
"Selamat datang di rumah kami Viola. Tidak usah sungkan tentang hal apapun di rumah ini. Karena sekarang rumah ini juga rumahmu. Kedepannya aku harap kita bisa saling menjaga suami kita"
Sambutan yang sangat bagus dari Sarah meski hatinya begitu perih mengatakannya.
"Hemm, aku paham" Hanya itu jawaban dari Viola untuk Sarah.
"Dimana kamarnya?? Gue udah capek pingin tidur" Tanya Viola pada Erland.
"Kamar kamu ada di atas, ayo Abang antar" Erland meraih koper Viola lagi.
"Tunggu!!" Ucap Viola.
"Kenapa Vi?"
"Kamar lo di mana??"
Erland dan Sarah sedikit bingung dengan pertanyaan Viola.
"Di atas" Tunjuk Erland.
"Kalau gitu, gue mau kamar yang di bawah" Tegas Viola.
"Tapi kamar kamu sudah di siapkan Vi" Erland tidak tau kenapa Viola memilih kamar di lantai bawah.
Begitupun dengan Sarah, wanita itu tampak menatap Viola dengan aneh
Viola tak menjawab namun menatap Erland dengan tajam dan bola mata sedikit melebar.
"Iya, oke oke. Biar Bi Tum yang membantu menyiapkan kamar kamu"
"Bi!! Bi Tum!!"
"Iya Pak" Wanita dengan daster kebesaran itu datang dari belakang.
"Bi, tolong siapkan kamar yang ada di bawah untuk Viola ya" Perintah Erland.
"Baik Pak. Itu kopernya mau saya bawakan sekalian??" Tanya wanita paruh baya itu pada majikannya.
"Tidak usah, biar saya yang antar kopernya ke sana" Akhirnya Bi Tum langsung menuju kamar satu-satunya yang tersisa di lantai bawah setelah kamar yang lainnya di pakai Erland untuk meletakkan barang-barang koleksinya.
Belum juga Erland mengatakan apapun Viola sudah lebih dulu mengikuti Bi Tum menuju kamarnya.
"Kamu malam ini tidur sama aku kan Mas??" Pertanyaan itu justru langsung keluar dari Sarah setelah Viola pergi meninggalkan mereka yang masih di ruang tamu.
"Ayolah Sarah, suami kamu ini baru saja pulang. Apa harus di sambut dengan pertanyaan itu?? Apalagi saat Viola juga baru datang ke rumah ini. Kamu cemburu boleh, tapi jangan berlebihan" Erland pergi ke kamarnya untuk mandi dan mengganti bajunya.
Sementara di kamar itu Vila membereskan bajunya sementara Bi Tum mengganti seprei dan menyiapkan segala keperluan Viola di kamar itu.
"Apa bajunya ingin di rapikan sekalian Bu??" Tanya Bi Tum.
"Biar saya saja Bi. Makasih ya Bi, udah bantuin aku" Ucapnya dengan tulus.
"Sama-sama Bu..."
"Viola, panggil saja Vio. Maaf karena terlalu fokus merapikan barang-barangku, jadi lupa memperkenalkan diri"
"Tidak papa Bu. Saya Bi Tum, Saya sudah ikut Pak Erland sejak tiga tahun yang lalu. Awal mereka menjadi pengantin baru. Maaf kalau saya lancang, saya sudah tau cerita tentang Pak Erland dan Bu Vio dari Bu Gendis" Ujar Bi Tum dengan ramah.
"Oh ya?? Kalau begitu, saya minta bantuannya sama Bi Tum, karena sepertinya saya akan terus merepotkan Bi Tum di rumah ini"
"Jangan sungkan Bu. Memang sudah tugas saya. Kalau begitu saya permisi dulu Bu. Selamat malam" Bi Tum pergi dari kamar salah satu istri majikannya itu.
Bi Tum tak menyangka, jika Viola yang sering di ceritakan Gendis waktu itu adalah wanita dewasa yang begitu cantik dan anggun. Bahkan Bi Tum sejak tadi terus mencuri pandang pada Viola saat membersihkan kamar itu karena mengagumi kecantikan Viola.
Viola memutuskan untuk melanjutkan memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari. Meski kamarnya sekarang tak sebesar kamarnya di rumahnya yang dulu, tapi menurut Viola sudah lebih dari cukup. Lumayan luas dan nyaman, serta menghadap langsung ke taman di samping rumah.
Tok.. Tok.. Tok..
Viola berjalan membukakan pintu untuk orang yang telah berani menghentikan pekerjaannya.
"Vi??" Viola langsung mengerlingkan matanya malas karena seseorang yang tidak ia harapkan telah ada di depannya.
"Kenapa??" Ketus Viola.
"Boleh Abang masuk?"
"Mau apa?? Ini udah malem" Viola masih berdiri di pintu yang hanya terbuka sedikit.
"Ada yang ingin abang bicarakan"
Terpaksa Viola memundurkan badannya, memberikan akses masuk untuk Erland yang telah berganti baju dengan rambutnya yang sedikit basah.
"Mau apa?? Cepetan, gue udah ngantuk!!" Erland melihat koper Viola yang masih berantakan.
"Loh Bi Tum nggak bantuin kamu Vi?? Kok bajunya belum di masukkan ke lemari??" Viola kesal karena Erland malah tak menjawab pertanyaannya.
"Gue bisa sendiri!! Cepetan mau ngomong apa??" Desak Viola tak sabaran, buka tak sabar karena ingin tau dengan apa yang Erland sampaikan tapi tak sabar ingin Erland cepat keluar dari kamarnya.
"Iya, iya Vi" Erland sudah mulai was-was jika Viola sudah mendesaknya seperti itu.
"Untuk malam ini Abang akan tidur di kamar sarah, dan besok Abang di sini. Kamu nggak keberatan kan??"
"Oh enggak sama sekali. Bahkan kalau mau tidur di sana terus juga sangat nggak masalah. Silahkan keluar kalau sudah tidak ada lagi yang anda sampaikan" Erland tersenyum tipis melihat Viola yang sengaja membuat bada bicaranya semanis mungkin namun dengan lirikan mata yang menyeramkan.
"Ya udah, Abang ke atas dulu. Selamat tidur istri Abang yang cantik" Erland berhasil mengusap pipi Viola sekejap yang tak mampu di hindari oleh Viola.
"Dasar s*alan!!" Umpat Vio.
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....
susah siihh kalo emang udah diniatin dari awal ngga bener yaa ngga bener kedepannya juga. sakit dibikin sendiri bertahan hanya demi harta🤨🤨