Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 6
Naomi berangkat kerja seperti biasa. Meski statusnya sudah berubah dalam semalam, tapi wanita itu tetap menjalani rutinitas seperti biasa.
Dia sudah bekerja di sebuah perusahaan asing selama enam bulan terakhir. Berkat kecerdasannya, juga rekomendasi dari dosen, Naomi direkrut oleh perusahaan yang bekerja sama dengan kampusnya itu.
“Eh, pengantin baru. Masih tetap kerja ya walaupun lagi masa-masa bulan madu,” sindir Lisa yang saat ini tengah menjemur baju di depan rumah.
Tetangga Naomi yang sangat julid itu selalu saja punya cara untuk membuat Naomi merasa tidak nyaman. Memang itulah tujuan Lisa, supaya Naomi tidak kerasan dan meninggalkan tempat kos mereka.
“Iya dong, Mbak Lisa. Gini-gini kan saya wanita karier, kalau nggak punya uang sendiri, nanti nggak bisa beli skincare. Punya suami ganteng itu bikin ketar-ketir loh, Mbak Lisa! Apalagi suami saya masih sangat muda, ganteng, imut-imut!” balas Naomi yang kini punya senjata baru untuk memanas-manasi Lisa.
Mendengar Naomi punya suami, suami Lisa pun langsung keluar dari rumahnya. “Mbak Naomi beneran udah nikah?” tanya suami Lisa sambil membawa piring berisi sarapannya.
Laki-laki itu tadinya sedang sarapan. Dia sudah diberitahu istrinya bahwa Naomi digerebek warga karena ketahuan di kamar bersama laki-laki. Namun, dirinya yang baru pulang dari luar kota pagi ini, tak percaya dengan berita yang disampaikan istrinya itu.
“Iya, gara-gara fitnah lebih tepatnya!” jawab Naomi sambil melirik Lisa dengan sinis. “Ya sudah ya, saya mau kerja.”
Naomi mengunci kamar kosnya dan mengendari sepeda motor matik miliknya yang ke kantor. Dia tidak peduli apa Brian bisa pulang atau tidak, yang jelas dia ingin segera meninggalkan Lisa saat ini. Naomi yakin, pasti Lisa yang sengaja membuat fitnah tadi malam.
Sesampainya di kantor, Naomi bekerja seperti biasa. Semua orang tampak sibuk dan terburu-buru, membuat wanita itu terheran-heran.
“Tumben banget pada sibuk, ada apa sih?” tanya Naomi yang kini meletakkan tasnya di meja.
Salah seorang karyawan yang sekaligus teman Naomi pun menjelaskan bahwa hari ini, mereka kedatangan pimpinan dari pusat. Semua karyawan diminta untuk menyambut kedatangan pemimpin itu. Jadi, mereka semua sedang bersiap saat ini.
“Mending lo cepetan siap-siap juga deh!” seru teman Naomi.
Akhirnya, semua orang berkumpul di lobi untuk menyambut kedatangan sang pemimpin yang belum tentu datang setiap tahun, meski kantor utama juga tidak jauh dari kantor mereka yang hanya anak perusahaan.
Seorang laki-laki paruh baya dengan gagah masuk ke kantor. Para karyawan itu dengan kompak menunduk, memberi salam pada pimpinan mereka.
“Tumben-tumbenan ya, kita kayak mau upacara gini! Dengar-dengar juga, dia itu duda loh!” seru wanita di sebelah Naomi. Wanita itu juga menjawil lengan Naomi agar bersedia merespons ucapannya.
Dengan terpaksa Naomi menjawab, “Ikuti aja deh! Daripada kita yang kena. Biarpun kayak anak sekolah, yang penting kita digaji!”
Sayangnya, saat Naomi menjawab, pemimpin itu sudah berdiri di dekatnya. Naomi yang tengah menunduk jelas tidak menyadarinya. Namun, aroma parfum yang sangat maskulin dan tampak mahal, membuat istri Brian itu menoleh.
“Siapa yang kayak anak sekolah?” tanya sang pemimpin dengan suara bariton yang membuat Naomi langsung gugup.
Naomi memasang wajah gugup dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Dadanya berdebar lebih cepat seperti ingin melompat.
Sorot mata sang pemimpin menangkap Naomi layaknya pemburu yang mengincar mangsa. Naomi jadi semakin gugup dan ingin tenggelam di dasar samudra.
‘Ya, Tuhan! Matilah aku! Apa aku akan dipecat?’ batin Naomi yang kini wajahnya sudah merah padam.
***
Tenang Nom, kalau dipecat, kan sekarang udah punya suami 🤣🤣🤣