Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
note: cari cowo bucin mampus? langsung baca aja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
...****************...
Perlahan, Anthea membuka matanya yang masih terasa berat. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar yang terasa asing sekaligus familiar di saat bersamaan.
Seolah baru tersadar, matanya terbuka sempurna. Anthea melirik laki-laki si pemilik kamar yang masih memejamkan mata, dengan tangan yang memeluk tubuhnya. Posisi mereka begitu dekat, nyaris seluruh bagian tubuh mereka bersentuhan.
Anthea melirik dirinya yang memakai gaun tidur seperti semalam. Menyingkirkan tangan Altair dari pinggangnya, perlahan Anthea bangkit duduk menyandar di kepala ranjang.
Semalam.. Aku.. Anthea meremas akar rambutnya, menggali ingatannya setelah ia mencicipi alkohol dengan Altair.
Anthea mengingat bagaimana ia dan Altair berciuman dengan agresif, lalu Altair membawanya ke kamar laki-laki itu, dan dengan samar namun pasti Anthea ingat bahwa ia dan Altair melakukannya, having sex.
Perlahan air mata mulai mengalir dari kedua mata hazel itu, “Bagaimana bisa aku begitu ceroboh..” gumam Anthea menggigit bibir bawahnya, perasaan menyesal melingkupi hatinya kala teirngat dengan mudah ia memberikan mahkotanya begitu saja.
Mendengar isakan kecil di sebelahnya membuat Altair terbangun. Lelaki itu melirik Anthea dan ikut mendudukkan diri.
“Anthea sudah bangun?”
Mendengar pertanyaan retoris dengan nada begitu santai itu, membuat Anthea tak bisa untuk tidak meluapkan emosinya.
Plak!
Tamparan keras Anthea layangkan pada Altair.
“Kau sadar dengan apa yang kau lakukan?! Apa kau puas?!” Tanya Anthea dengan nada meninggi.
Anthea tertawa hambar, teringat bagaimana ia dengan mudah terhanyut permainan Altair, ia berpikir pasti laki-laki itu mencampurkan sesuatu pada minumannya semalam.
“Kau sudah merencanakan ini? Apa tujuanmu bajingan!!” Bentak Anthea lagi, benar-benar meluapkan kemarahannya.
Altair yang tadinya diam mendengarkan kemarahan gadis itu, kini beralih menatap netra Anthea yang berkaca-kaca, “Tenanglah Anthea, aku—“
“Bagaimana aku bisa tenang bedebah?! Kau melecehkan ku!” Sela Anthea, tangannya yang hendak kembali melmberikan tamparan kali ini di tahan oleh Altair.
“Anthea! Kita sepasang kekasih, aku melakukannya dengan tunanganku sendiri, bukan orang lain. Ini hal yang wajar,” jelas Altair, “Lagipula kita sudah pasti akan menikah,” lanjutnya.
Anthea menatapnya dengan pandangan tak percaya, “Tidak ada yang wajar, Altair!”
“Kau melakukannya karena kemauanmu, bukan keinginanku sama sekali! Kau bahkan menjebakku seperti ini!” Bentak Anthea, nafasnya memburu tak beraturan.
Altair menghela nafas mengalihkan pandangannya ke arah lain sebentar, tangannya beralih pada kedua sisi bahu Anthea, menatap lurus gadis yang menunjukkan kemarahan begitu kentara itu.
“Dengar, aku juga tidak ingin memaksamu seperti ini. Tapi, kau yang memulai semuanya , Anthea.” Lelaki itu menjeda ucapannya sebentar, “Kau yang selama ini mencoba pergi dariku, kau pikir aku tidak tau? Kau bahkan menunjukkan terang-terangan jika kau tidak menyukai hubungan kita!”
Altair selama ini sadar, lebih dari sadar jika ada batasan yang Anthea buat untuknya. Sekalipun hubungan mereka terlihat berjalan baik-baik saja, Altair bahkan tidak tau apa alasan gadis itu begitu menolaknya.
Ia selalu memberikan sikap terbaik di depan Anthea, hubungan keluarga mereka juga terjalin baik-baik saja. Namun, gadis itu sering membuat topik perandaian apabila mereka tak bersama di masa depan. Dan Altair tak bisa tenang saja akan itu.
Mengusap kasar air matanya, Anthea menatap tak terima, “Kau menyalahkanku? Kau bahkan sudah tau bahwa aku sama sekali tidak menyukaimu, Altair!”
Altair tersenyum miring, “Perasaan akan berubah seiring waktu, Anthea. Tidak peduli kau tidak menyukaiku atau menyukai orang lain sekalipun, pada akhirnya kita akan tetap bersama.”
Anthea yang mendengar itu menggeleng keras, “Kau benar-benar egois!” ucapnya.
“Aku akan egois jika itu tentangmu, Anthea.”
Altair memperhatikan gadis itu yang kembali menetaskan air mata, hatinya terasa di remas melihat Anthea bersedih dan itu karenanya. Tapi, Altair sama sekali tak menyesali perbuatannya.
“Tenangkan dirimu, aku akan meminta pelayan mengantar sarapan kemari sebentar lagi,” ujar Altair. Pada akhirnya ia lebih memilih keluar dari kamarnya, membiarkan kemarahan Anthea surut.
Setelah Altair pergi, Anthea semakin mengeraskan tangisnya. Ia benar-benar tak bisa tenang, perasaan marah, kecewa, dan takut bercampur aduk saat ini.
Anthea tak bisa membayangkan ada masa depan jika bersama Altair. Alasannya, karena perasaan laki-laki itu akan teralih pada gadis lain dan ia akan dicampakkan begitu saja nanti.
Mungkin Anthea terlihat begitu bodoh terlalu mempercayai alur novel yang ia baca, padahal ada banyak hal yang mungkin bisa berubah. Namun, di antara ingatannya yang mulai samar, Anthea masih mengingat jelas bagaimana perlakuan Altair pada Anthea di dalam novel. Mengingat itu saja, tubuhnya bergetar ketakutan.
Di salah satu pesta teh yang di adakan Putri Marquess Calvin, Anthea—Putri Mahkota Kerajaan Scarelion menatap tajam gadis pendiam yang duduk di hadapannya.
“Lihatlah gadis yang tidak tau malu itu, berani sekali ia menampakkan diri di depan Tuan Putri,” Bisik salah satu nona bangsawan di balik kipasnya.
“Gadis murahan, dia pikir semua pria menyukainya? Sampai menggoda Pangeran yang sudah bertunangan,” bisik gadis lain.
“Apa dia kira dia setara dengan kita dengan hadir di acara ini? Dasar bangsawan rendahan,” cerca gadis lainnya.
Ressa, gadis yang merupakan putri bangsawan baron itu menunduk di tempatnya. Ia di undang ke acara ini, namun tuan rumahnya sendiri bahkan tidak menyambutnya dengan baik. Ressa tidak tau jika Anthea sengaja menyuruh Putri Marquess Calvin mengundangnya untuk dipermalukan.
“Apa yang membuatmu begitu percaya diri menggoda tunanganku?!” Tanya Anthea datar.
Ressa yang mendengar itu menoleh, melihat Anthea yang menatapnya dengan tatapan tak bersahabat, cukup menjelaskan jika pertanyaan itu di tujukan untuknya.
Ressa menggeleng pelan, “A-aku sama sekali tidak mendekati Pangeran, T-tuan Putri,” jawabnya terbata.
Anthea tersenyum tipis, wajahnya tak menampilkan emosi berlebih, “Lalu kenapa kalian makan bersama dua hari yang lalu? Saat pesta panen pun Pangeran malah sibuk mencarimu!”
“S-saya tidak tau, Tuan Putri. Pangeran Altair sendiri lah yang mencoba mendekati saya,” jawab Ressa jujur.
“Pangeran Altair? Kau bahkan sudah sedekat itu dengan memanggil nama tunanganku?” Tanya Anthea lagi.
Ressa menggeleng keras, “Tidak, Putri. Saya juga tidak berani, tapi Pangeran yang memintanya,”
Mendengar itu, Anthea tak lagi menyembunyikan wajah muaknya. Ia berdiri dan menyiram segelas teh pada Ressa hingga mengotori gaun polos gadis itu.
“Kau pasti menggodanya lebih dulu, jaIang! Menjauh lah dari kekasihku, atau aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang!” Kecam Anthea, ia berlalu meninggalkan taman kediam Marquess.
Para gadis bangsawan yang melihat kepergian Anthea mendesah kecewa, padahal mereka ingin menjalin relasi dengan menjilat pada Putri Mahkota itu.
Lady Reina, yang merupakan pemilik acara menahan kekesalan karena pestanya tak berjalan lancar. Ingin sekali ia mengusir Ressa dari sini, namun ada yang harus ia lakukan sesuai perintah Tuan Putri.
“Sayang sekali karena Putri Anthea tidak bergabung dengan kita. Tapi pesta tidak akan berakhir begitu saja, silahkan nikmati hidangan yang telah aku sediakan untuk para Lady sekalian,” Ujar Reina.
Ia menatap pada Ressa yang gaunnya sedikit kotor, “Apa Lady Ressa ingin berganti gaun? Kau bisa menggunakan gaunku dulu,” tawarnya.
Ressa menolak, ia tetap memakai gaun itu. Ia hanya ingin acara ini cepat selesai dan ia segera pulang. Jelas ia malu atas apa yang terjadi barusan.
Saat para pelayan kediaman Reina memberikan camilan pada masing-masing nona muda itu, Ressa pun mulai menyantap miliknya.
Potongan kue tar apel yang begitu lezat, terbuat dari bahan-bahan terbaik di utara. Ressa sudah tidak pernah makan makanan mewah bangsawan sejak orang tuanya bangkrut.
Namun, saat akan menyuap yang kedua kali, Ressa merasa dadanya sesak, kepalanya seolah berputar dan mulai nyeri. Setelahnya, Ressa tak sadarkan diri di pesta itu.
-----
***
tbc.
kyk orang punya penyakit anxiety, sibuk dengan pemikiran sendiri..
terlalu terpaku pada novel, malah jadinya dia sendiri yg bakal buat altair menjauh..
tengkyu thor uda di tamatin tanpa paksaan 😆
sedih bgt tpi di lain sisi juga ikut bahagia liat altair ama antheanya bahagiaaaa ^o^