Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Cinta monyet
Diana tidak merasakan perubahan dari Milen yang dia tahu Milen tetap seperti dulu dan tanpa ia sadari Milen mencoba merebut semua yang Diana sukai.
"Len, aku tidak tahu kenapa setiap melihat senyum Tiar hatiku merasa tenang,"
Milen melihat wajah Diana yang bersemu merah saat membicarakan tentang Bachtiar dan Milen menyadari bahwa Diana menaruh hati kepada Tiar.
"Rupanya Diana menaruh hati kepada Tiar, ini kesempatan untukku mendekati Tiar."
Gumam Milen di dalam hatinya.
"Kamu menaruh hati kepada Tiar ya Na?"
Diana yang mendengar pertanyaan Milen seketika wajahnya memerah bak kepiting rebus.
"Eh tidak Len, aku tidak menaruh hati kepada Tiar mungkin sekedar kagum saja,"
Ucap Diana malu-malu.
"Kamu jangan cerita kepada siapapun ya, aku malu kalau sampai banyak yang tahu aku kagum kepada Tiar,"
Diana meminta Milen merahasiakan apa yang mereka bicarakan saat ini sedangkan Milen berusaha untuk mendekati Bachtiar agar Milen dapat melihat rasa sakit Diana.
Saat Diana keluar dari kelas Milen mencoba mendekati Bachtiar.
"Tiar,"
Bachtiar yang semula fokus membaca komik yang ia bawa dari rumah seketika itu menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.
"Iya?"
Milen duduk tepat di hadapan Bachtiar dan mencoba mencari topik pembicaraan.
"Kamu sedang apa?"
Tanya Milen basa-basi untuk memulai pendekatan kepada Bachtiar.
"Oh ini aku membaca komik favoritku,"
Mencoba melihat apa yang sedang dibaca oleh Bachtiar.
"Kamu suka membaca komik?"
Tanya Milen mulai penasaran.
"Iya, disaat ada waktu luang aku pasti membaca komik,"
Jelas Bachtiar kepada Milen.
"Aku juga suka membaca komik tapi aku tidak pernah membaca komik yang kamu bawa itu kalau kamu berkenan bolehkah aku meminjam komik kamu itu?"
Ucap Milen dengan wajah yang di buat seimut mungkin untuk menarik perhatian Bachtiar, Bachtiar yang melihat wajah cantik Milen mematung saat mata lentik itu berkedip dengan puppy eyes nya.
"Oh boleh-boleh,"
Jawab Bachtiar gugup saat tersadar dari keterpakuan nya.
"Terimakasih Tiar, oh iya apa kamu masih ada komik lain di rumahmu?"
Milen yang semula ingin mengambil komik yang dipegang oleh Bachtiar seketika mengurungkan niatnya.
"Ada kok, kamu tenang saja dirumahku masih banyak koleksi komik jadi kamu pinjam saja dulu kalau sudah selesai baru kamu kembalikan lagi kepadaku,"
Dengan perlahan Milen mencoba mengambil komik yang ada di genggaman tangan Bachtiar namun saat komik itu berpindah tangan, komik itu jatuh dari tangan Milen lalu Bachtiar dan Milen bersama-sama mengambil komik tersebut.
Saat tangan mereka bersentuhan dan netra mereka saling berpandangan saat itu juga Diana memasuki kelasnya dan dilihatnya Bachtiar dan Milen saling menatap satu sama lain.
Diana yang melihat pemandangan tersebut seketika hatinya merasa tertusuk ribuan jarum, entah apa yang membuat Diana merasakan sesakit itu yang pasti Diana mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Hmm,"
Diana berdehem untuk menyadarkan dua orang yang saling menatap tanpa ada yang berkeinginan untuk memutus kontak mata tersebut.
"Eh Diana,"
Milen mengambil komik yang tergeletak di bawah lantai lalu menghampiri Diana di tempat duduknya, sedangkan Bachtiar merasa salah tingkah saat Diana menatapnya intens.
"Saat aku memegang komik yang akan aku pinjam ternyata komik itu terjatuh Na, aku akan mengambil komik yang telah aku jatuhkan ternyata Tiar mengambilnya juga, aku harap kamu tidak salah paham dulu Na,"
Jelas Milen kepada Diana namun dalam hatinya bersorak gembira.
"Yes sesuai apa yang aku pikirkan, untukmu Diana selamat bersenang-senang dengan sakitmu ya, hahaha!"
Diana menahan rasa sakit yang tidak ia ketahui karena apa.
"Sumpah sakit sekali, aku hanya kagum kan, tidak mungkin aku jatuh hati seperti yang Milen ucapkan kepadaku, tolong air mata jangan jatuh disini!"
Diana menahan air matanya agar tidak terjatuh dan menatap nanar Bachtiar dari belakang.
Diana duduk tepat di belakang Narendra sedangkan Narendra sebangku dengan Bachtiar.
Milen sengaja membolak-balikkan komik yang ia pinjam dari Bachtiar berharap Diana bertanya kepadanya, namun Diana tidak kunjung bertanya dan semakin menambah kebencian Milen kepadanya.
"Hih menyebalkan sekali sih, kenapa dia tidak bertanya sama sekali tentang komik yang aku pinjam ini!!"
Gumam Milen di dalam hatinya dan menahan kobaran emosi di dalam dadanya.
Saat Narendra masuk kelas dari kejauhan ia merasakan atmosfer tidak biasa dari Milen namun ia mencoba acuh dan tidak menghiraukannya.
Saat Narendra akan duduk di bangkunya netranya tidak sengaja melihat ke arah Diana dan saat itu Diana hanya menatap ke arah Bachtiar.
"Sepertinya dia menyukai Bachtiar, hah sudahlah biarkan saja, yang punya hati kan dia kenapa aku repot-repot memikirkan perasaan orang lain!"
Batin Narendra saat melihat Diana yang menatap sendu Bachtiar.
Narendra terlalu sensitif dan dia sangat peka namun ia memilih tidak peduli.
Istirahat telah berakhir semua murid memasuki kelasnya masing-masing, saat Bu Ratna memasuki kelasnya semua anak kelas lima hanya diam membisu tanpa ada yang mengeluarkan suara sedikitpun.
"Anak-anak buka buku IPS kalian, buka materi mengenai kerajaan Majapahit..."
Pelajaran telah dimulai dan semua murid mendengarkan dengan seksama namun Diana terlihat melamun dan Bu Ratna melihat hal itu.
"Tolong dengarkan dan jangan ada yang melamun!"
Ucap Bu Ratna tegas dan menggelegar sehingga membuat semua murid terkejut, Diana yang melamun pun merasa terkejut akhirnya mencoba untuk fokus ke materi yang dijelaskan Bu Ratna.
"Minggu depan kalian harus merangkum mengenai kerajaan Majapahit dan setiap anak harus maju kedepan menjelaskan yang kalian ketahui mengenai kerajaan Majapahit!"
Bu Ratna mengakhiri materinya dan memberi tugas kepada muridnya.
"Baik Bu,"
Jawab semua murid serentak.
Sebagian murid ada yang mengeluh karena tugas dari Bu Ratna yang mengharuskan merangkum dan menghafal.
"Apa disini ada yang rumahnya dekat dengan Rifan?"
Tanya Bu Ratna kepada murid-muridnya.
"Saya Bu,"
Kelvin mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan dari Bu Ratna mengenai Rifan.
"Kamu tahu tidak kenapa sampai saat ini Rifan tidak masuk sekolah?"
Bu Ratna menatap Kelvin dari kejauhan.
"Saya tidak tahu pastinya Bu tetapi saya sempat mendengar cerita dari Ibunya jika Rifan tidak berani masuk sekolah takut kepada Bu Ratna,"
Jawab Kelvin secara gamblang.
"Lah kenapa takut kepada saya?"
Tanya Bu Ratna bingung dan Kelvin hanya menggelengkan kepalanya.
"Anak-anak kalian tidak usah takut kepada Bu Ratna, Bu Ratna ingin kalian pintar dan memahami apa yang Bu Ratna jelaskan. Bu Ratna tidak akan marah jika kalian tidak melakukan kesalahan, jadi kalian semua tidak perlu takut kepada saya, mengerti?!"
Jelas Bu Ratna kepada semua murid-muridnya lalu Bu Ratna menoleh kepada Diana sedangkan Diana hanya menatap kosong kedepan.
"Mengerti Bu!"
Murid kelas lima serentak menjawab penjelasan Bu Ratna.
"Kenapa Diana terlihat banyak melamun ya?"
Tanya Bu Ratna dalam hatinya lalu Bu Ratna memanggil Diana.
"Diana, kesini sebentar!"
Diana sedikit terkejut saat namanya dipanggil oleh Bu Ratna.
"Iya Bu,"
Diana menghampiri meja guru yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat duduknya.
"Kenapa Bu?"
Tanya Diana kepada Bu Ratna
"Diana, apa kamu ingin mengikuti olimpiade MIPA?"
Diana yang mendengar pertanyaan Bu Ratna seketika merasa jantungnya berdetak kencang, jujur ini pertama kalinya ia mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"Saya tanya orang tua saya terlebih dahulu Bu,"
Ucap Diana hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Bu Ratna.
"Oh baiklah, kalau orang tua kamu menyetujui kamu konfirmasi ke saya ya,"
Diana menganggukkan kepalanya lalu izin kembali ke tempat duduknya.
"Baik Bu, kalau begitu saya kembali lagi ke tempat duduk saya Bu,"
Bu Ratna mempersilahkan Diana
"Oh iya."
Bu Ratna melihat punggung Diana yang mendekati tempat duduknya.
"Kamu memiliki potensi Diana, semoga orang tua kamu mendukung kamu seperti saya yang mendukung kamu juga."
Doa Bu Ratna dalam hati, saat Diana kembali ke tempat duduknya Milen bertanya kepadanya
"Tadi Bu Ratna bicara apa ke kamu Na?"
Tanya Milen kepada Diana
"Oh tadi Bu Ratna bertanya kepadaku, apa aku ingin mengikuti olimpiade MIPA?"
Milen yang mendengar hal tersebut seketika merasa panas dalam dadanya dan sekuat mungkin menahan kobaran di dalam dadanya agar tidak meluap.
"Terus kamu menjawab apa kepada Bu Ratna?"
Diana yang semula membuka buku menoleh kepada Milen lalu menjawab
"Aku ingin izin dulu kepada orang tuaku boleh atau tidak mengikuti olimpiade tersebut,"
Milen menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sinis saat Diana tidak melihat ke arahnya
"Oh seperti itu."
Diana tidak menjawab lagi dan fokus untuk merangkum tentang materi yang tadi dijelaskan oleh Bu Ratna.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya