Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.
Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.
Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom
Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Datang ke pernikahan
Sudah hampir sepuluh menit Ayu berdiri di tepi jalan. Mengabaikan Hanan yang dari tadi bertanya-tanya tentang tujuan mereka. Kakinya terasa berat untuk melangkah, namun hatinya terus mendorong untuk melakukan itu.
"Panas, Ma," keluh Hanan sambil mengusap keringat di dahinya. Pemandangan kendaraan yang berlalu lalang pun membuat ketiga bocah itu tak nyaman. Terlebih, panasnya terik seakan membakar kulit.
"Maafkan mama, Nak." Ayu meraih tangan Hanan dan Alifa. Kemudian berjalan ke arah butik yang dari tadi menjadi tempat tujuannya.
Ia sedikit ragu, tapi tak ada jalan lain selain meminta bantuan sang sahabat.
Ayu menghentikan langkahnya lagi. Mengetik sesuatu dari layar ponselnya. Memastikan bahwa Lula sudah ada di dalam. Tak ingin pegawai nya salah paham dengan kedatangannya.
"Kamu di mana?" jawab Lula lewat pesan teks.
Ayu memberitahu pada Lula tentang posisinya saat ini yang ada di dekat parkiran.
"Baiklah, aku keluar sekarang."
Lula meninggalkan pekerjaannya demi menyambut sang sahabat yang saat ini ada di depan dan tak berani masuk.
"Ayu…" teriak Lula sambil berjalan menghampiri Ayu.
Keduanya saling melempar senyum dan memeluk. Menanyakan kabar masing-masing.
"Alhamdulillah aku baik baik saja," ucap Ayu diiringi dengan senyuman. Meskipun keadaannya jelas berbeda, tetap mensyukuri apa yang terjadi padanya.
"Masuk yuk! Aku sudah siapkan baju untuk kamu." Lula menggendong Alifa dan menuntun Hanan, sedangkan Ayu mengikutinya dari belakang.
Hari ini adalah pernikahan Ikram dan Rani, dan Ayu akan datang ke pernikahan sang mantan seperti janjinya.
"Aku gak tahu kalau kamu dan Ikram bercerai," ungkap Lula merasa bersalah.
Menurunkan Alifa dan memberikan mainan pada bocah tersebut. Juga mainan anak laki-laki yang sengaja disiapkan untuk Hanan.
"Gak papa, lagipula kamu juga gak menyesal berpisah dari mas Ikram. Lebih baik aku hidup seperti ini daripada diduakan." Ayu mengabsen beberapa tamu yang sibuk memilih baju.
Sedikitpun tak merasa sedih dengan nasibnya, justru Ayu tak bisa membayangkan jika ia menyetujui untuk dimadu, pasti hatinya akan tersiksa.
Lula memanggil salah satu pelayan yang melintas.
"Ambilkan baju yang warna peach." Menunjuk ke arah ruangannya.
Wanita itu mengangguk dan berlalu menuju ruangan sang bos. Tak lama kemudian wanita yang memakai seragam butik itu keluar dan membawa sebuah gaun mewah di tangannya.
Ayu tersenyum dan menggeleng. Heran dengan gaun yang ditunjukkan padanya.
"Kamu menyuruhku memakai baju itu?" Menyungutkan kepalanya ke arah gaun yang digantung tak jauh darinya.
Lula mengangkat kedua bahu. "Memang nya kenapa?" Beranjak dan mengambil baju yang sudah ia persiapkan sejak semalam.
"Baju ini limited edition, dan belum pernah ada yang memakainya, hanya orang-orang terpilih yang bisa memakai ini."
Tanpa diberi tahu juga sudah tahu. Terlihat dari bahan dan berbagai aksesoris yang melekat, baju itu pasti sangat mahal dan berkelas. Namun, masalahnya saat ini ia tak punya uang untuk menyewa baju semahal itu.
"Aku sudah tua, Lul. Anakku tiga, gak mungkin aku pakai baju itu." Ayu mencari alasan yang tepat dan tak ingin terlihat terlalu glamour.
Lula berdecak kesal. Memaksa Ayu untuk segera memakainya.
"Hanan, Alifa dan Adiba, hari ini kalian main sama tante ya? Mama mau kerja," tawar Lula pada ketiga anak Ayu.
Mereka saling pandang lalu mengangguk-angguk tanda setuju. Mendengar kata kerja sudah membuat mereka paham.
Bukan tak ingin mengajak mereka. Ayu hanya menghindari masalah yang terjadi, takut kehadiran anak-anaknya justru akan memperkeruh suasana pesta pernikahan Ikram.
Ayu bergegas ganti baju. Ia mengalah dan memakai baju pilihan Lula. Meskipun terlihat sangat mewah dan mencolok, tak apa yang penting ia bisa tampil memukau di antara tamu yang lainnya.
Ayu menatap penampilannya dari layar cermin. Ternyata baju itu pas di tubuhnya, bahkan membuatnya terlihat mempesona meskipun belum memakai make up.
Ayu keluar dari ruang ganti dan beralih menuju ruang make up.
"Jangan menor-menor ya, Mbak!" pinta Ayu pada wanita yang sudah siap merombak wajahnya.
Wanita itu mengangkat kedua jempolnya lalu mempersilahkan Ayu duduk.
Ayu tak mengucap apapun. Ia hanya bisa menikmati hasil karya jemari seorang MUA yang masih sibuk merias wajahnya. Sesekali mengusap dadanya yang mulai bergemuruh.
Kenapa aku deg degan seperti ini?
Ayu sedikit grogi. Bukan karena Ikram atau Rani, namun ia akan tampil di depan banyak orang dengan penampilan barunya.
Aku harus relax dan tidak boleh panik. Kamu pasti hisa, Yu.
Menyemangati diri sendiri. Mengusir kegugupan yang melanda. Bagaimanapun juga ia tak boleh terlihat memalukan di depan umum.
"Sudah selesai, Bu. Kalau Anda kurang puas katakan saja." MUA merapikan alat-alat kecantikan di dalam tas. Memeriksa wajah Ayu, memastikan supaya tidak ada kekurangan sedikitpun.
"Bu Lula gak salah pilih. Anda cantik sekali," puji wanita yang membantunya berdandan. Mengagumi kecantikan Ayu yang luar biasa.
"Jangan bercanda, Mbak." Ayu tersipu malu. Meraih tasnya lalu memakai high heels.
Wanita itu menggeleng. "Aku gak bercanda, Bu. Anda memang cantik dan aku yakin pengantinnya akan kalah. Pasti kali ini suami Anda tak bisa berkutik lagi."
Ayu menghampiri Lula yang sibuk bermain dengan anak-anaknya.
Seperti beberapa pegawai yang nampak terpaku melihat penampilan Ayu. Lula pun terdiam, menatap Ayu dari atas hingga bawah. Ia pun tak bisa berkata apa-apa selain kata cantik.
"Jangan memujiku, Lul. Aku gak suka," sergah Ayu sebelum Lula membuka suara.
"Aku yakin Ikram akan jatuh cinta lagi padamu, Yu."
Seketika Ayu tersedak air yang hampir masuk ke kerongkongannya. Ingin tertawa namun ia tahan, takut menjadi pusat perhatian pengunjung.
Seandainya itu benar adanya, Ayu sudah tak ada rasa lagi dengan pria itu. Kini hidupnya tidak akan menghadirkan sosok pria dan sudah siap menjadi pejuang untuk ketiga anaknya.
"Coba putar dulu." Lula memeriksa bagian belakang dan merapikan bagian bawah.
Lula tak hanya meminjamkan baju untuk Ayu, ia juga meminjamkan mobil dan sopir pada wanita tersebut. Sebagai sahabat yang saat ini berada di awan, tak ada salahnya untuk membantu yang di bawah. Seperti yang sering Ayu lakukan dulu saat masih menjadi istri Ikram.
Hampir tiga puluh menit perjalanan, sang sopir menghentikan mobilnya di depan hotel ternama yang ditunjukkan Ayu.
"Nanti kalau Ibu mencari saya telepon saja." Sopir itu berkata sambil membukakan pintu untuk Ayu.
Ayu tersenyum lalu berjalan mengikuti seseorang yang sepertinya juga tamu undangan.
Berhenti sejenak. Melihat beberapa karangan bunga sebagai tanda ucapan untuk sang pengantin. Mengayunkan kakinya lagi hingga tiba di ruangan yang dipenuhi dengan tamu.
Matanya berkeliling mengabsen setiap orang yang berlalu lalang di depannya.
Aku tidak boleh gugup.
kueh buat orang susah ga harus yg 500rb
servis sepedah 500rb
di luar nalar terlalu di buat2