“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23.
Dari kejauhan pandangan Kevin mengikuti kemana Gadisya melangkah, ia terus menatap dengan pandangan yang sulit diartikan, Kevin sungguh benci mengakui ia mulai suka menatap senyum di wajah istrinya, apalagi ketika berbicara dengan suara lembut mendayu, bahkan ketika Gadisya memegang tangan serta memeluk lengannya, sungguh sesuatu yang sulit diartikan.
Lamunan Kevin musnah, lantaran ia merasakan ada seseorang yang tak sengaja mendorong trolinya.
Mereka sama sama terkejut, apalagi yang membuat mereka terkejut adalah bertemu seseorang yang membuat Kevin dan Gadisya harus melakukan Malam pertama mereka.
"Kena kau, mau kemana kamu … " teriak Kevin, karena begitu melihat siapa yang berdiri di hadapannya, Dio buru buru melarikan diri.
Dio terus berlari, ia bahkan mencari celah sempit atau bersembunyi di belakang pengunjung supermarket, namun sia sia, Kevin seolah memiliki mata Elang yang mampu menangkap kemanapun arah tujuannya.
Mereka terus berkejaran seperti anak kecil yang tengah berlarian di wahana bermain, beberapa kali Dio menabrak troli milik orang, namun dia acuh dan hanya meminta maaf sambil berlalu, hingga akhirnya seorang petugas security menghentikan mereka, karena sejak tadi Kevin dan Dio menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung yang lainnya, barulah mereka berhenti, karena Security itu tidak hanya sekedar menghadang, namun ia juga memegang tongkat pemukul dan pandangannya pun tampak menyeramkan.
Kevin dan Dio pun terpaksa berhenti, nafar mereka turun naik tak beraturan, bahkan kevin sengaja mencengkram kerah kaos yang Dio kenakan, agar Dio tak lagi melarikan diri.
"Mohon maaf pak, demi keamanan dan kenyamanan para pengunjung supermarket, saya mohon anda tidak berlarian di dalam area supermarket," tegur security.
Kevin dan Dio sama sama mengangguk, mereka tak bisa menjawab karena masih kesulitan mengatur nafas.
Beberapa saat kemudian, setelah nafas keduanya teratur, Kevin membawa Dio menjauh dari area security.
"Katakan, kenapa kalian menjebakku?" Tanya Kevin langsung pada pokok permasalahan.
"Dibagian mana jebakannya?" Dio balik bertanya.
"Dengan memasukkan obat laknat itu ke minumanku, artinya kalian sudah menjebakku,"
"Lalu kamu berakhir menghabiskan malam dengan siapa? Dengan istrimu kan? Kenapa itu harus disebut jebakan? Kami hanya ingin kamu tidak menyesali pernikahanmu,"
"Kalian tidak memahami apa yang kurasakan, karena itulah bisa berbicara begitu." Ujar Kevin geram, kali ini ia bahkan menggunakan kedua tangannya untuk mencengkram kerah kaos Dio.
"Kawan, tidakkah Kamu merasa kamu sangat beruntung karena memiliki istri seperti Gadisya, diluar sana banyak pria yang mendambakan istri seperti Gadisya, Dia sempurna dengan semua kelebihan yang ada pada dirinya, cantik, pintar, ramah, sekaligus anggun dan keibuan, tidakkah itu sempurna di matamu?"
"Tutup mulutmu," bukan Kevin marah karena menolak mengakui semua kelebihan Gadisya, tapi dia marah karena ternyata ada pria lain yang justru mengagumi kelebihan Gadisya.
"Tuh … baru seperti ini saja kamu sudah marah kan? Kamu cemburu kan?" Ujar Dio, ia sudah terlalu lama mengenal Kevin, hingga sangat paham jika saat ini Kevin sedang cemburu.
Perlahan Kevin melepaskan cengkeramannya. Kini dua orang sahabat itu bersandar di dinding, "jadi bro bagaimana rasanya? Aku bahkan belum pernah melakukannya." Tanya Dio dengan seringai di wajahnya.
"Haruskah aku membahas itu denganmu?" Tanya Kevin tak suka, karena bagaimanapun urusan ranjangnya akan tetap menjadi rahasia pribadinya.
"Bahahahaha … oke oke maaf, kalau begitu, berapa kali kalian mengulanginya?" Tanya Dio tak pantang menyerah.
Tentu saja hal itu makin membuat kevin melotot tajam, "yaaaa … !!!"
Dio tertawa terbahak-bahak, ia tahu Kevin pasti malu jika harus bercerita masalah ranjangnya bersama Gadisya.
Dio memeluk pundak Kevin, "dengar Kev, cobalah membuka hatimu, ikhlaskan masa lalumu, ikuti hati nuranimu, biarkan hatimu merasakan cinta walaupun dari wanita yang semula tak kamu inginkan menjadi istrimu,"
Dari kejauhan Dio melihat Gadisya tengah kebingungan mencari Kevin, bahkan tampak beberapa kali Gadisya melakukan panggilan, tapi sepertinya, Kevin lupa membawa ponselnya. "Lihat," Dio menunjuk ke arah Gadisya. "Wanita itu bahkan kebingungan mencarimu, wajahnya sungguh cemas, dan itu bukan sandiwara," kemudian Dio melambai ke arah Gadisya.
Gadisya nampak bernafas lega ketika melihat Kevin yang tengah berdiri bersama Dio, karena tak ingin mengganggu suaminya, Gadisya pun melanjutkan aktivitas belanjanya.
Sementara Kevin, seperti biasa, hanya diam mematung menatap wajah istrinya.
"Lihat Kev, bukankah istrimu cantik? Senyum dan keramahan nya membuat semua orang nyaman berada di dekatnya,"
Kevin buru buru menutupi wajah Dio dengan telapak tangannya, ia tak terima, Gadisya di puji laki laki lain, entah kenapa Kevin tak rela.
"Jangan bilang kamu sedang cemburu." Tebak Dio.
"Sembarangan, aku gak cemburu, bagaimana pun dia masih istriku, enak saja main puji puji istri orang, cari istri sana." Gerutu Kevin.
"Nggak aaahh, aku akan menunggu, barangkali kawan baikku ini sedang berniat menceraikan istri cantiknya."
Kevin semakin di buat geram, ia mengepalkan tangannya, wajahnya mulai memerah seperti kepiting rebus.
"Santai … jangan cemburu, aku gak akan ganggu istrimu, lagi pula kalau kamu secemburu ini, bukankah artinya kamu mulai mencintai Gadisya?"
Kevin terdiam, "aku tahu, walau kamu tidak pernah bercerita, dulu ketika kita di Junior High School, diam diam kamu suka memperhatikan Gadisya kan?"
Kevin yang kini semakin dibuat kesal oleh ulah sahabatnya, pergi begitu saja meninggalkan Dio yang kini tengah menertawakan dirinya.
"Semangat Kev, jangan terlalu memikirkan masa lalumu, karena sang waktu akan terus bergerak ke depan, jika kamu terlalu fokus pada masa lalu, aku takut kelak kamu akan menyesal karena telah menyia nyiakan istri mu."
🌻🌻🌻
Sepanjang perjalanan pulang, Gadisya kembali berceloteh, membicarakan banyak hal, namun Kevin tetap seperti patung lilin yang hanya diam membisu, sesekali ia berucap, iya dan tidak, itu pun karena dipaksa Gadisya.
drrrt drrrt drrrt
Ponsel Baru Gadisya bergetar.
Yah selepas dari supermarket, Kevin benar benar membawa Gadisya ke Galeri ponsel terdekat, ia membelikan ponsel keluaran terbaru untuk Gadisya, sama persis seperti miliknya.
"Iya mom?" Jawab Gadisya.
"Apa kamu sedang bersama Kevin?" Tanya Stella.
"Iya mom,"
"Oh syukurlah, sejak tadi mommy tal berhasil menghubungi ponselnya."
"Kami sedang di luar mom, ponsel abang tertinggal di mobil."
"Mommy sempat khawatir, syukurlah dia baik baik saja."
Sederhana, tapi perhatian mommy Stella pada Kevin sungguh menyentuh hati Gadisya.
"Ah iya mom,ada apa?"
"Tuh kan mommy jadi lupa, berikan ponselmu pada Kevin,"
Gadisya segera mengganti mode loudspeaker, agar Kevin bisa mendengar suara Stella tanpa perlu memegang ponselnya, karena kini tengah fokus mengemudi.
"Iya mom?"
"Besok malam, mommy ada undangan ke acara ulang tahun pernikahan Dokter Tegar Simatupang, bisakah kamu dan istrimu menemani mommy?"
"Bukankah ada papi, kenapa Harus abang mom?"
"Papi sedang di Singapura, mungkin lusa baru kembali." Jawab Stella
"Baiklah, terserah mommy saja,"
"Ah syukurlah, mommy jadi tak sendirian, sampai jumpa besok malam, oh iya, sepulang dari rumah sakit, kita bertemu di butik langganan tante Melisa, mommy sudah memesan kostum untuk kalian kenakan." Ujar Stella Riang, sebelum mengakhiri panggilan nya.
🤭🤭