Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 ( mengkhianati cintamu )
Saat ini Toni dan Sean dalam perjalanan menuju tempat kejadian dengan di kawal banyak bodyguard sampai dua mobil dan menjadi tiga dengan mobil yang ditumpangi Sean dan Toni,”Cepatlah! Aku takut Arrayan benar-benar ada di sana dan melakukan hal b0d0h dengan menyusul Bella masuk ke dalam jurang itu,” pekik Sean sangat khawatir.
“Baik, Tuan,” sahut Toni dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga para bodyguard yang berada di belakang hampir saja kehilangan jejak mobil Tuannya.
Dreett
Dreett
“Ya, b0d0h! kau di mana, hah!” sentak Sean yang merasa kesal karena sangat panik dan khawatir.
“Tidak perlu mencariku. Kalian pulang saja aku hanya ingin di sini, bersama istri dan anak ku yang sebentar lagi akan lahir,” lirih Arrayan.
“Dasar tidak waras. Katakan di … halo, Arrayaaan?!” teriak Sean karena Arrayan mematikan sambungan teleponnya
“Kenapa, Tuan. Tuan Arrayan berada di mana?” tanya Toni.
Sean memberitahu pada Toni apa yang di katakan Arrayan yang benar-benar tidak masuk akal membuat keduanya semakin panik. Tidak lama mereka telah sampai di lokasi, tetapi mereka tidak bertemu dengan siapapun di sana hanya ada garis polisi yang melingkari tempat kejadian. Semua bodyguard di kerahkan untuk mencari di semua sudut tempat itu begitu pun Sean dan Toni yang ikut mencari keberadaan Arrayan.
Satu jam berlalu, tetapi usaha mereka sia-sia karena tidak menemukan Arrayan di mana pun. Lalu semua berkumpul kembali di tempat semula.”Apa ada yang menemukkan Tuan Arrayan?” tanya Toni.
“Tidak, Tuan,” ucap para Bodyguard secara berbarengan.
Sean menghela napas kasar ia sudah lelah mencari dan kini malam pun semakin larut. Mereka memutuskan kembali ke rumah dengan perasaan kecewa. Akan tetapi, Sean meyakini satu hal jika Arrayan tidak mungkin mengakhiri hidupnya begitu saja karena masih ada kemungkinanan jika Bella masih hidup, tetapi tidak tau jika ditanya mengenai anak yang di kandungnya apa bisa bertahan atau tidak hanya waktu yang bisa menjawabnya dan keajaiban akan datang dengan penuh harap kalau Bella masih hidup dan secepatnya bisa ditemukan.
*
*
Di sebuah tempat dengan lampu yang kerlap kerlip dan alunan musik yang sangat keras serta semua wanita dan pria dengan berbagai kalangan dan usia sedang berjoget mengikuti irama musik yang membuat orang yang tidak terbiasa mendengarnya menjadi pusing.
Terlihat seorang pria yang berumur lebih dari tiga puluh tahun sedang menikmati sebuah minuman yang beralkohol dengan beberpa botol yang ada di hadapannya.”Sudah lama aku tidak menikmatimu, sekarang aku merindukan mu dan akhirnya kita bertemu lagi minuman kesukaan ku … hahaha!” gelak tawa berbalut kesedihan terdengar dari pria tersebut. Setelah puas tertawa raut wajah nya pun berubah datar seketika ia menangis mengingat istrinya yang sudah hampir setengah tahun di carinya tidak kunjung di temukan membuat hari-hari pria itu seperti tidak mempunyai tujuan dan hanya minuman yang saat ini berada di tangannya yang sedang ia nikmati yang selalu menemaninya selama beberapa bulan ini.
“Sayang, sebenarnya kamu ada di mana? Pulanglah aku sangat merindukanmu, Bella, hiks!” isak Arrayan.
Pria itu adalah Arrayan, sudah hampir setengah tahun ia mencari Bella, tetapi tidak juga menemukannya. Pihak keluarga sudah berhenti mencari keberadaan Bella dan menyuruh polisi untuk menghentikan pencarian. Awalnya Arrayan sangat tidak setuju karena ia meyakini jika sang istri dan anaknya masih hidup. Akan tetapi, Sean dan Toni beserta William yang kini menetap kembali di rumah sang kakak mengatakan hal yang sama untuk tidak melanjutkan pencarian pada Bella dan mencoba mengikhlaskannya.
“Mereka semua jahat, sayang. Tidak pernah memikirkan perasaanku yang sangat hancur lebih hancur ketika aku kehilangan kedua orang tua ku dulu. Aku menderita di sini, Bella. Tidak kah kau kasian padaku. Kembalilah ke pelukan ku, sayang. Kembalilah, aku sangat merindukanmu,” isak Arrayan seraya memeluk tubuhnya sendiri dengan merebahkan tubuhnya di sofa bar tersebut.
“Mas, aku juga merindukanmu,” bisik seseorang membuat kedua matanya yang tadi tertutup seketika terbuka ia memandangi seseorang yang ia yakini sang istri,”Bella, sayang . kau kah itu,” lirih Arrayan mengangkat tangannya ke udara tangannya terulur ingin membelai pipi wanita itu.
Namun, tiba-tiba wanita itu menghilang dari pandangannya, membuat Arrayan bangkit dan mencari keberadaan wanita yang ia yakini Bella. Sambil berteriak ia mencari wanita itu memutari ruangan VIP di bar itu. Hingga ia melihat seseorang keluar dari ruang Vip tersebut dengan cepat Arrayan berusaha berlari mengejar seseorang itu dengan langkah sempoyongan karena pengaruh alcohol.
“Tunggu! Kau mau kemana, sayang. Jangan tinggalkan aku,” pekik Arrayan berusaha meraih wanita yang berbelok menuju lorong dan melewati beberapa pintu kamar VIP di bar itu. Langkah Arrayan terhenti melihat wanita itu berhenti di sebuah pintu kamar nomor 21 ia bergeas masuk ke dalam dan sekilas menoleh ke arah Arrayan seolah ingin mengajak pria itu masuk dan menyusulnya.
Arrayan tersenyum senang di pandangannya samapai saat ini ia melihat sosok wanita itu adalah istrinya dan tanpa ragu Arrayan menyusul dan langsung masuk ke dalam. Pintu pun tertutup Arrayan langsung memeluk wanita itu dari belakang. Tanpa permisi ia langsung mencumbu ceruk leher sang wanita dan wanita itu pun berbalik memeluk Arrayan dengan sangat erat membawanya menuju ranjang. Wanita itu menarik tubuh Arrayan dan menghempaskannya di atas ranjang.
“Aku merindukanmu dan menginginkan mu, Bella,” lirih Arrayan dan wanita itu menganggukkan kepalanya perlahan dan tersenyum menyeringai.
“Hari ini dan selamanya kau akan menjadi milikku, Arrayan,” batinnya.
*
*
Lima tahun kemudian seorang anak laki-laki sedang merengek tidak mau pergi ke sekolah Karena Daddy nya tidak bisa mengantarkannya. Sedangkan sang Mommy sedang sibuk mengoborol di telepon tidak menghiraukan rengekan anak laki-laki yang sedang menangis sembari membuang peralatan sekolahnya serta seragamnya.
“Aduh, Tuan kecil jangan dibuang seragamnya sebentar lagi kita akan berangkat sama Mommy. Nanti mba Ana di marahi Mommy,” bujuk pengasuh Tuan kecil itu.
“Enda mau! Aku mau sekolah kalau Daddy yang antal. Mommy suluh pelgi aja, aku nda mau di antal Mommy!” pekik Tuan kecil itu ia lalu turun dari ranjang mengambil kembali seragamnya lalu membuangnya tepat di dekat pintu yang baru saja terbuka dan seseorang pun datang dengan raut waja memerah dan siap memarahi anak laki-laki itu.
“Varroooo, apa yang kamu lakukan, hah!” marah Stella ia mengangkat tangannya ke udara dan ingin memukul Varro. Namun, sebuah tangan kekar menahannya membuat Stella menoleh ke arahnya.
“Mau apa kau! Memukulnya lagi?” tekan Arrayan menghempaskan tangan Stella.
Stella terdiam memendam rasa kesal. Arrayan tidak peduli ia langsung menggendong Varro yang masih bertelanjang hanya memakai celana dalam saja. Arrayan mendudukkan Varro di atas ranjang,”Kenapa hum. Daddy dengar kamu gak mau sekolah?” tutur lembut Arrayan pada Varro.
“Valo mau na di antal Daddy, enda mau di antal nenek sihil itu,” ujar Varro seraya menunjuk ke arah Stella.
“Syutt, Varro enggak boleh ngomong gitu. Dia adalah Mommy mu kamu harus hormat sama Mommy yang telah melahirkanmu, sayang,” tegur Arrayan sembari memakaikan seragam sang putra.
“Kalau dia Mommy Valo kenapa Mommy selalu galak sama aku. Huaaaa,” tangisan Varro pecah dan Arrayan langsung memeluk putranya dan menggendongnya keluar untuk mengantarkannya ke sekolah. Namun, langkahnya terhenti sejenak dan ia pun mendekat pada Stella membuat Varro mempererat pelukannya di gendongan sang Daddy.
“Kau dengar kan? Kau ibunya, tetapi putramu sendiri menganggap mu seperti penjahat. Rubah lah sikap mu padanya dan lembut lah pada putra kandungmu sendiri!” peringat Arrayan lalu melangkah pergi meninggalkan Stella.
Setelah Arrayan pergi Stella berdecak kesal. Bukan maksud dirinya membenci Varro hanya saja Arrayan selalu fokus dengan sang putra sehingga ia terabaikan terus. Saat Varro lahir Stella sangat senang karena Arrayan dengan sepenuh hati merawatnya dan juga putranya, tetapi saat Varro berumur satu tahun Arrayan semakin mengabaikan Stella dan tidak ingin satu kamar lagi dengannya apalagi menyentuhnya setelah mereka menikah.”Bagaimana aku tidak membenci anak itu kalau kau hanya menginginkan putramu dan menganggap ku tidak ada, Arrayan! Sudah lima tahun berlalu, tetapi aku tidak juga bisa membuat hatimu luluh dan mencintaiku,” desis Stella.
“Daddy, nanti jemput Valo kan?” tanya sang putra setelah mereka sampai di depan sekolah Varro.
“Pasti, kamu jangan kahwatir dan fokus belajar,” jawab Arrayan.
“Oke Daddy, aku sayang Daddy,” ujar Varro seraya memeluk Arrayan begitu erat dan Arrayan mengecup sekilas pipi gembul sang putra.
“Dah, Daddy,” pamit Varro yang langsung di sambut guru paud nya.
Arrayan menarik napas berat lagi-lagi ia mengusap air matanya yang hampir jatuh dengan sigap Toni memberikan selembar tissue karena ia tahu apa yang dipikirkan Arrayan saat ini. Sudah menjadi kebiasaannya setelah mengantar Varro, Arrayan pasti menangis mengingat calon anaknya bersama Bella.
“Toni, kita ke tempat itu dulu baru ke kantor,” perintah Arrayan.
“Baik, Tuan,” sahutnya.
Mereka pun sampai di lokasi di mana Bella yang sedang mengandung tiada di jurang yang sangat curam ini. Toni memberikan sebuket bunga Rose kesukaan sang mama dan juga istrinya.
“Sayang, aku datang. Kau tau sampai detik ini aku masih mengharapkan dirimu masih hidup dan pulang ke rumah bersama putri kita. Mungkin putri kita sudah berumur lima tahun dan wajahnya pasti sangat cantik seperti dirimu, hiks. Tapi … tapi apa kau bisa memaaf kan ku? Aku telah menghianati cintamu, pernikahan kita karena aku telah menikahi adik mu Stella karena dia hamil anak ku, Bella. Maaf kan aku … hiiks.
*
*
Bersambung.
😅