Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keponakan
Pagi ini hari pertama Ami berangkat dari apartemen Nathan, niat hati ingin membeli sepeda tapi Ami tidak tahu akan di taruh di mana, melihat apartemen elit milik Nathan membuat Ami ragu untuk membawa sepeda, nanti coba Ami tanya pada satpam didepan saja.
Keluar kamar Ami melihat ke arah pintu kamar Nathan, masih sama tertutup rapat seperti kemarin, dan Ami pun bodo amat.
Jam masih menunjukan enam lewat lima belas menit Ami sudah keluar apartemen dengan rapi menggunakan seragam sekolah, yang di lapis hodie berwarna peach.
Dirinya tidak tau berapa lama menempuh perjalanan dari apartemen ke sekolah, karena Ami baru lewat jalan sekitar apartemen Nathan.
Dari lantai lima lift mengantarkan Ami ke lobby apartemen, dirinya tersenyum kepada satpam yang sudah berjaga, dan Ami menghampirinya.
"Maaf pak, boleh saya tanya sesuatu." Ucap Ami dengan sopan.
"Boleh neng, ada apa?" Satpam bernama Joko.
"Emm, disini boleh bawa sepeda gak sih pak?" Tanya Ami dengan pelan.
"Boleh neng, di sebelah sana dekat parkiran mobil ada parkiran khusus menaruh sepeda, biasanya mereka yang suka bersepeda nah, di sana tempat menaruhnya di jamin aman neng mau sepeda semahal apapun." Ucap satpam bernama Joko itu.
Ami tersenyum lebar. "Oya pak, kalau ke sekolah Bumi Pertiwi dari sini jauh gak pak? arahnya kesebelah mana ya, soalnya saya baru pindah kemari." Ami menyengir menunjukan gigi rapi nya.
"Itu belok kanan neng, kalau naik mobil cuma lima belas menit, kalau sepeda paling dua puluh lima menitan." Jawab satpam itu membuat Ami melongo, jika naik sepeda hampir tiga puluh menit, apakabar dirinya jika jalan kaki.
"Yaudah deh pak makasih ya." Ami tersenyum dan pamit pergi, dirinya harus segera pergi sebelum terlambat masuk.
"Iya neng hati-hati."
"Gila bisa kurus dijalan gue." Gumamnya yang mengingat jarak tempuh yang akan dia lewati.
.
.
Nathan membuka matanya dengan memijit keningnya yang merasa berat, semalam dirinya pulang larut dan lumayan banyak minum, tapi tidak sepenuhnya membuat nya mabuk, dan Nathan masih bisa mengendarai mobilnya.
"Ck, udah pagi aja." Nathan beranjak dari kasur untuk membersihkan diri, jam menunjukan tujuh kurang lima belas menit, sedangkan dia pergi ke kantor pukul delapan pagi. Masih banyak waktu untuk Nathan bersiap-siap.
Selesai merapikan diri Nathan keluar kamar dengan santai, entah dirinya tidak peduli atau lupa jika ada orang lain di apartemen miliknya yaitu Ami istri nya.
"Den, mau sarapan?" Tanya art yang Nathan pekerjaan setiap hari hanya untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan apartemen miliknya di pagi hari, dan art itu datang pukul tujuh pagi.
"Boleh." Hanya kata itu yang art dengar setiap pagi ketika bertanya soal makanan.
Nathan membaca koran dengan segelas kopi panas yang baru saja art itu bikin, dan sambil menunggu membuatkan sarapan untuknya.
"Maaf den tadi bibi melihat ada jemuran pakaian wanita di balkon, apa ada orang lain di sini?" Tanya art itu hati-hati takut menyinggung majikannya.
Nathan berhenti sejenak mendengar ucapan yang art-nya bilang. Dia lupa jika ada istri diatas kertas yang tinggal bersamanya.
"Oh, itu keponakan saya bik," Ucap Nathan pada akhirnya. Dia tidak mengakui adanya Ami sebagai istrinya.
Si bibi hanya mengganguk dan pergi setelah menaruh sarapan di depan Nathan.
Tanpa rasa khawatir ataupun apa, Nathan tetap santai tidak mempedulikan keberadaan Ami.
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu