Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Pertemuan Yang Tak Terduga
Adam keluar dari ruangan periksa pasien, berjalan bersama, beriringan dengan Brittany didekatnya.
Tampak perhatian Adam Bennet sangat serius ketika membimbing langkah Brittany keluar dari ruangan periksa rumah sakit.
"Hati-hati ! Dan perhatikan setiap langkah kakimu !" kata Adam sembari menuntun Brittany.
"Iya, aku memperhatikannya", sahut Brittany.
"Kita langsung pulang ke rumah dan tidak usah kembali ke Luxury, sebab kamu harus beristirahat", kata Adam.
"Tapi lukaku sudah dirawat dengan baik, tidak enak kalau harus absen tidak masuk kerja ke Luxury sekarang", sahut Brittany.
"Kondisimu tidak sedang baik-baik saja, kamu baru saja terluka dan harus beristirahat, kira-kira dua atau tiga hari, kamu boleh masuk kerja", kata Adam.
"Ayolah, Adam ! Aku merasa tidak enak hati dengan fotografer Rio jika tidak masuk kerja ke Luxury, seolah-olah aku ini sangat di istimewakan olehmu", sahut Brittany.
"Tidak seperti yang kamu pikirkan", kata Adam.
"Aku akan masuk kerja saja, tidak pulang, rasanya tidak enak jika harus membolos", ucap Brittany.
"Siapa bosnya, memangnya ?" kata Adam.
Brittany terdiam saat Adam berkata demikian kepadanya.
"Ehk !?" gumamnya.
"Biar aku tegaskan sekali lagi padamu bahwa aku yang berhak memutuskan siapa yang boleh bekerja di Luxury, jadi kamu tidak perlu berpikiran aneh-aneh lainnya", sahut Adam.
Brittany berusaha bersikap dewasa dengan menerima keputusan Adam sebagai pimpinan perusahaan Luxury, yang memintanya agar tidak masuk kerja.
"Sekarang kita akan pulang ke rumahmu, aku akan mengijinkanmu untuk tidak masuk kerja besok selama kurang lebih dua atau tiga hari", sahut Adam.
Brittany tidak menyahut ucapan Adam, hanya berjalan beriringan didekatnya.
"Lainkali kamu lebih berhati-hati lagi jika membuka kaleng minuman, jangan asal saja, perhatikan letak kaleng minumannya lalu putuskan untuk membukanya", kata Adam.
"Ya, aku mengerti", sahut Brittany seraya tersenyum samar.
"Aku mungkin juga tidak kembali ke kantor pusat ataupun ke Luxury, sepertinya aku akan langsung pulang ke rumah", ucap Adam.
Adam melirik ke arah jam ditangannya.
"Apa kau merasa lapar, Brittany ?" tanya Adam.
"Mmm..., tidak, tapi aku agak sedikit haus...", sahut Brittany sambil menggeleng pelan.
"Kita mampir ke rumah makan dekat sini saja atau ke kanti rumah sakit kalau kau suka", kata Adam.
"Baiklah, kita ke kantin dekat sini saja, akan lebih menghemat waktu kita daripada harus memutar balik ke luar rumah sakit", sahut Brittany.
"Ya, ya, baiklah, kita putuskan ke kantin saja", ucap Adam.
"Ya, kita kesana saja", jawab Brittany.
Adam memapah Brittany ketika mereka berjalan di sepanjang lorong rumah sakit.
Tiba-tiba pandangan mata Brittany terhenti saat dia melihat ke arah sosok dua orang yang sedang berjalan didepannya.
Tampak Ralph Smith berdiri berdekatan disamping Clara William sambil menenteng tas.
Saat Brittany menatap ke arah Clara, terlihat Clara blingsatan tak karuan ketika ketahuan kepergok berjalan bersama Ralph, mantan tunangan Brittany.
Brittany mencoba bersikap biasa saja seraya tersenyum.
"Rupanya kalian juga disini ! Bagaimana keadaanmu, Clara ? Sudah lama kita tidak bertemu sejak pernikahanku dan Ralph batal", kata Brittany menyapa ramah.
Clara terlihat canggung saat dirinya berhadapan dengan Brittany Moon, yang merupakan mantan rekan kerjanya di agensi Alfa.
Tidak terdengar ucapan sepatah katapun dari mulut Clara yang bersikap kikuk saat Brittany menyapanya.
Brittany tersenyum sinis ke arah Clara yang sedang berpegangan erat pada tangan Ralph Smith.
Entah perasaan apa yang datang menghujam kuat dalam hati Brittany Moon saat ini, ketika dirinya melihat Ralph berdua-duaan bersama wanita lain berdiri dihadapan kedua matanya.
"Brittany...", sapa Ralph Smith lalu menoleh ke arah Adam Bennet.
Brittany berubah dingin, tidak menjawab sapaan Ralph kepadanya, namun sorot matanya sangat tajam ke arah Ralph.
"Jadi ini pria yang selama ini mengantar jemputmu setiap harinya kerja, Brittany", kata Ralph menyindir dengan tatapan sinis sama sinisnya dengan sorot mata milik Brittany Moon.
"Ya...", sahut singkat Brittany.
"Oh, rupanya pria ini yang telah merebut hatimu dariku dan membuatmu berpaling dariku karena itulah kamu memutuskan kita berpisah", kata Ralph seraya tertawa sinis.
"Jaga ucapanmu itu, Ralph !" sahut Brittany.
"Apa ?" ucap Ralph sembari mengangkat kedua alisnya ke atas.
Ralph kembali tertawa tapi kali ini dia tidak terima dengan sikap Brittany kepadanya.
"Kau gila, dan benar-benar tidak waras, Brittany !" ucap Ralph lalu melangkah maju, melepaskan tangan Clara.
Tiba-tiba Clara William mengaduh kesakitan ketika Ralph menjauhinya.
"Aduh ! Aduh ! Aduh !" keluh Clara.
Sontak keluhan Clara mengalihkan perhatian Ralph Smith dari Brittany Moon.
"Clara, kau tidak apa-apa ?" tanya Ralph lalu berjalan kembali kepada Clara yang mengeluh kesakitan.
"Tidak apa-apa, hanya saja kepalaku agak pening", kata Clara.
Clara memegangi kepalanya sembari mengadu pusing sehingga memaksa Ralph Smith mendekat kepadanya.
"Sebaiknya aku ambilkan kau kursi roda, akan memudahkanmu, Clara", kata Ralph.
"Tidak usah, Ralph ! Aku hanya merasa pusing saja, nanti agak baikan lagi", sahut Clara.
"Tidak, Clara ! Biar aku ambilkan kamu kursi roda, jangan membantah lagi !" kata Ralph.
"Tapi aku tidak bisa berdiri dengan baik sekarang, bagaimana kamu akan pergi mengambil kursi roda", sahut Clara.
"Kalau begitu bersandarlah disana sebentar lalu tunggulah aku kembali membawa kursi roda", pinta Ralph sambil menunjuk ke arah dinding.
"Tapi...", bantah Clara.
"Jangan membantah ucapanku !" sahut Ralph.
"Tunggu disana !" pesan Ralph.
"Tolong bantu aku berjalan kesana", kata Clara.
"Ya, baiklah", sahut Ralph.
Ralph menuntun Clara William berjalan ke arah dinding yang ada dilorong rumah sakit menuju ke tempat lainnya.
Melihat perhatian Ralph terhadap Clara membuat emosi Brittany naik, dia mencoba memalingkan pandangannya ke arah lain.
Detak jantungnya bergerak naik-turun tidak menentu sedangkan genggaman tangannya terlihat sangat erat sekali.
Adam Bennet yang melihat perubahan emosi Brittany Moon langsung mengetahui kalau gadis itu sedang kesal.
"Jangan sakiti dirimu !" bisik Adam.
Mendengar perhatian Adam Bennet kepada dirinya, telah melunakkan hati Brittany Moon.
Brittany menoleh ke arah Adam lalu mencoba tersenyum.
"Aku baik-baik saja, tidak usah cemas, bagaimana kalau kita pergi saja dari sini", kata Brittany.
"Kurasa itu adalah sebuah keputusan yang baik untukmu, melihat momok yang menyeramkan ada disini sekarang, akan membuat pikiran menjadi sakit", lanjut Adam.
"Kau bisa-bisanya bercanda disituasi seperti ini", kata Brittany.
"Kenapa tidak ? Bukankah menghibur kekasih sendiri itu suatu kewajiban buatku ?" sahut Adam.
"Ya, mungkin", ucap Brittany.
Brittany melirik ke arah Clara William yang berdiri bersandar didekat dinding, menunggu Ralph kembali.
"Aku tidak mengira akan bertemu mereka disini, kukira aku tidak akan pernah melihat mereka lagi", kata Brittany.
"Apa kau sedih melihatnya lagi ?" tanya Adam.
"Sudah tidak lagi, hanya saja kenangan itu mengingatkanku pada rasa sakit dihati ini", sahut Brittany.
"Apa kau akan terus melanjutkan rencanamu itu ?" tanya Adam.
"Yah, aku sudah memutuskannya dan tidak akan pernah kembali lagi", sahut Brittany.
"Ada kesempatan buatmu untuk memperbaiki hubungan kalian", kata Adam.
"Kurasa sudah tidak lagi, karena memang tidak ada yang perlu kami perbaiki dari hubungan ini", ucap Brittany.
"Yah, jika itu sudah keputusanmu, bagaimana lagi", kata Adam.
"Ayo, kita pergi dari sini !" sahut Brittany.
"Tidak menyapa mereka lagi", kata Adam.
"Tidak, kurasa tidak perlu", sahut Brittany seraya berlalu pergi.
"Ya, baiklah, kita pergi sekarang jika itu yang kau inginkan", ucap Adam.
Tampak dari kejauhan Ralph Smith sedang mendorong kursi roda ke arah Clara William yang berdiri di dinding lorong jalan rumah sakit sedangkan Brittany telah berjalan menjauh bersama Adam Bennet.
uda ada si Adam...
gaya bahasa yg dipakainya natural spt dlm kehidupan nyata...
biasanya aspri yg paling tahu apa² hal mengenai bosnya....
atau aku yg gagal paham ni situasinya 😅😅😅