NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Tuan Mafia

Terjebak Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lmeilan

Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.

Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.

Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.

Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Keesokan harinya

Elina terbangun dengan rasa campur aduk. Tidur semalam terasa nyenyak setelah sekian lama, namun perasaan tidak tenang itu kembali menghinggapi pikirannya. Kira-kira apa yang ingin Adrian bicarakan dengan neneknya? Mengapa tiba-tiba dia diizinkan keluar dari mansion? Apakah ini hanya tipu muslihat, ataukah ada sesuatu yang lebih besar yang akan terjadi?

Meskipun bingung, dia tidak ingin mengabaikan kesempatan untuk bertemu neneknya. Elina cepat-cepat bersiap-siap, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Ia berharap bisa tampil baik di hadapan neneknya, meskipun ia merasa ada beban berat yang menghimpit dadanya.

Selesai berdandan, ia melihat cermin dan mencoba merapikan rambutnya, meskipun pikirannya melayang ke mana-mana.

Setelah beberapa menit, suara ketukan terdengar di pintu.

"Elina, sudah siap?" suara Adrian bergema di luar.

"Ya, sebentar!" sahut Elina. Ia memeriksa barang bawaannya: dompet, ponsel, dan foto neneknya yang selalu dibawanya. Setiap kali melihat foto itu, perasaan rindunya semakin dalam. Dia merasa terhubung kembali dengan kenangan manis yang pernah mereka lewati bersama.

Ketika Elina membuka pintu, Adrian sudah berdiri di sana dengan penampilan yang sangat formal—setelan hitam yang rapi dan dasi terikat sempurna. Wajahnya dingin dan serius, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Elina merasa ada harapan di balik semua ini.

"Apakah kau siap?" tanya Adrian, tanpa banyak basa-basi.

Elina mengangguk, berusaha menunjukkan bahwa dia siap meskipun hatinya berdebar kencang. Mereka keluar dari mansion dan menuju mobil yang sudah menunggu. Perjalanan menuju rumah neneknya di pinggiran kota membuat Elina semakin bersemangat dan cemas. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi harapannya untuk bertemu neneknya membuatnya berani.

Dalam perjalanan, mereka terlibat dalam keheningan yang canggung. Elina berusaha membuka percakapan, tetapi Adrian hanya memberikan jawaban singkat yang tidak membantu. Setelah beberapa saat, Elina memutuskan untuk tidak memaksakan keadaan dan memilih untuk menikmati pemandangan indah di luar jendela.

Mobil akhirnya berhenti di depan panti jompo tempat neneknya. Elina tidak bisa menahan diri dan langsung melompat keluar, berlari menuju kamar tempat neneknya. Ketika dia mengetuk kamar itu, rasa rindu dan kecemasan bercampur aduk. Neneknya pasti akan senang melihatnya.

Setelah beberapa detik, pintu terbuka, dan neneknya muncul dengan senyuman lebar.

"Elina!" teriak neneknya dengan penuh kebahagiaan, memeluknya erat. Elina merasa semua rasa rindu dan cemasnya sirna seketika.

"Nek, aku merindukanmu!" jawab Elina dengan suara yang tergetar.

Mereka berpelukan dalam kehangatan cinta yang tidak terhingga. Adrian berdiri di belakang, menonton momen manis itu dengan ekspresi datar. Ia tahu betapa pentingnya nenek bagi Elina, tetapi ada kekhawatiran di hatinya tentang apa yang terjadi setelah ini.

Setelah momen bahagia itu, mereka masuk ke dalam kamar.

Neneknya menyajikan teh hangat dan beberapa kue yang dibuatnya bersama Ibu Sri pagi itu. Elina merasa nyaman berada di sana, Ia mengenang masa kecilnya yang penuh keceriaan dan kasih sayang. Sementara itu, Adrian duduk di pojok ruangan, lebih memilih untuk mengamati daripada berpartisipasi dalam obrolan hangat di antara mereka.

"Nenek, bagaimana kabar kesehatanmu?" tanya Elina.

"Ah, aku baik-baik saja, Nak. Meski usia semakin bertambah, tapi jiwaku tetap muda," jawab neneknya dengan senyum yang menyejukkan hati.

Elina menyeringai, merasakan kebahagiaan yang sempat hilang. "Aku berjanji akan sering datang mengunjungimu."

Ketika mereka berbicara, Elina tidak bisa mengabaikan tatapan Adrian yang penuh perhatian, namun dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Dia tampak berusaha menjaga jarak dari suasana hangat itu. Elina berharap bisa membangun kembali ikatan yang kuat dengan neneknya dan, di sisi lain, berharap Adrian bisa lebih terbuka.

Selama percakapan, Elina tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya tentang Adrian. "Nek, bagaimana menurutmu tentang Tuan Adrian?" tanya Elina, ingin tahu pendapat neneknya.

Neneknya mengerutkan kening, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Dia pria yang baik, Nak. Namun, ada sesuatu yang menggangguku. Aku berharap dia tidak membuatmu merasa tidak nyaman."

Elina terdiam. "Aku… aku tidak tahu. Dia sangat perhatian, tetapi ada saat-saat ketika dia tampak begitu dingin."

"Berhati-hatilah, sayang. Terkadang, sikap dingin bisa menyimpan sesuatu yang lebih dalam," kata neneknya dengan nada serius.

Elina merasakan rasa khawatir itu, tetapi di dalam hatinya, dia berusaha percaya pada Adrian. Mungkin saja Adrian hanya perlu waktu untuk membuka diri.

Setelah beberapa jam, Elina merasa senang bisa kembali ke rumah neneknya. Namun, dia tahu waktu mereka tidak akan lama. Adrian yang sudah mulai gelisah, tampak mengalihkan pandangannya ke jam dinding.

"Nek, sepertinya kami harus kembali. Terima kasih atas semua yang kau siapkan untukku," kata Elina, tidak ingin membuat Adrian semakin cemas.

Neneknya mengangguk, namun tampak tidak rela. "Ingat, Nak. Nenek selalu menunggumu. Jangan biarkan apa pun menghalangimu untuk datang."

Elina menjanjikan akan kembali, dan dengan berat hati, dia melangkah keluar. Di luar, Adrian sudah menunggu di mobil. Wajahnya menunjukkan ketegangan yang tidak bisa diabaikan.

Di perjalanan pulang, suasana kembali hening. Elina merasakan kehadiran Adrian di sampingnya, tetapi ia juga bisa merasakan ketegangan yang menggelayuti antara mereka. Akhirnya, dia memberanikan diri untuk memecah keheningan.

"Tuan Adrian, terima kasih telah mengizinkanku bertemu nenekku."

Adrian hanya menjawab dengan anggukan kecil, matanya tetap terfokus pada jalan.

"Kau harus tahu, itu tidak akan selalu seperti ini."

Elina mengernyit. "Maksudmu?"

"Situasi kita saat ini… tidak akan bertahan selamanya. Ada hal-hal yang perlu kita atasi, dan aku ingin kau siap menghadapi semua itu."

Elina bingung. "Apa maksud Tuan? Apakah ada yang akan terjadi?"

Adrian menghela napas berat, akhirnya menatap Elina. "Kau harus memperhatikan lingkungan sekitar. Dalam hidupku, ada banyak bahaya yang mengintai. Terutama dengan keluargaku dan semua yang telah terjadi."

Elina merasa jantungnya berdegup kencang. Dia menyadari bahwa selama ini dia terjebak dalam ketidakpastian yang tidak bisa dipahami sepenuhnya.

"Apakah itu sebabnya kau ingin aku tinggal di mansion? Karena aku bisa menjadi sasaran?"

"Ya, sayangnya itu benar. Kau tidak seharusnya berada di luar. Aku ingin melindungimu," jawab Adrian dengan nada serius.

Elina merasa hatinya bergetar. Ada rasa takut yang mendalam, tetapi di sisi lain, dia juga merasa berani. "Tyan Adrian, aku tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Aku ingin berkuliah lagi, mengejar impianku."

Adrian menatapnya, seolah mencari sesuatu di dalam mata Elina. "Apakah kau bersedia menerima resiko itu? Keluargaku bisa mengancam keselamatanmu, Elina."

"Keluargamu?" Elina merasa ada sesuatu yang aneh dalam pernyataan itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluargamu, Tuan Adrian?"

Adrian terdiam sejenak. "Ada hal-hal yang lebih besar daripada yang bisa kau bayangkan. Keluargaku terlibat dalam bisnis yang berbahaya, dan jika mereka tahu tentangmu, mereka tidak akan ragu untuk mengambil tindakan."

Elina merasakan jantungnya berhenti sejenak. Dia tidak ingin merasa terjebak antara cinta dan rasa takut.

"Tuan Adrian, aku ingin tahu lebih banyak. Kenapa kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya?"

Adrian terlihat gelisah. "Karena aku ingin melindungimu. Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah ini."

Mobil berhenti di depan mansion, dan Adrian segera keluar, diikuti oleh Elina. Dia merasa semakin bingung, tetapi ketika Adrian menatapnya dengan tatapan serius, dia tahu bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi. Elina harus bersiap menghadapi segala kemungkinan yang ada.

Begitu mereka masuk ke dalam mansion, ketegangan semakin menguat. Elina bisa merasakan ada sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Ia berdoa dalam hati agar tidak kehilangan segalanya.

Satu bulan berlalu, dan Elina kembali merasakan rutinitas di kampus. Namun, seiring dengan kembalinya dia ke dunia perkuliahan, dia harus menghadapi kenyataan bahwa ia hampir dinyatakan DO (Drop Out). Hal ini membuatnya merasa cemas dan tertekan.

1
Lnmei
🥰🥰
Amaryllis zee
Awal yang seru ...
Lnmei: Terimakasih Ka, enjoy dengan ceritanya ya ka, semoga sukaaa🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!