Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma Aleesya
Setelah drama panjang di perjalanan Alarich memenuhi ngidam sang istri kini Alarich dan istrinya telah sampai kerumah. Mereka langsung membersihkan diri bersama dikamar mandi. Hal yang rutin mereka lakukan setelah menikah. Percuma saja Aleesya mandi sendiri suaminya akan mengekor terus kemana istrinya pergi meskipun sekedar ke kamar mandi.
Mereka telah selesai dengan ritualnya Aleesya bukannya merebahkan diri dikasur tapi dia malah memakan kue di sofa. Sepertinya nafsu makannya bertambah semenjak hamil. Sang suami yang melihatnya sangat gemas dia duduk di sebelah istrinya.
"Besok beli lagi mau?" Tanya Alarich bak seperti menawarkan jajanan pada anak kecil. Sang istri mengangguk cepat "Mau mas, boleh banyak kan? BIsa di bagi bagi juga ke mbok Inem sama mbak Siti." Jawab Alesya dengan mata yang berbinar.
"Boleh...kayaknya anak anak papih ini doyan makan. Jangan rebutan ya anak-anak papih." Alarich membuka kimono satin istrinya dia mencium perut istrinya dengan lembut. "Besok jangan dipakai lagi baju ini, celananya agak ngepress perut kamu. Besok beli baju tidur rok saja yang longgar, mengerti?" Tegas Alarich dia melihat ada bekas karet celana di perut istrinya.
"Yah gimana enggak doyan makan papih kan anaknya dua hehehe. Iya papih sayang besok mamih belanja yang banyak." Ucap Aleesya menirukan suara anak balita.
Sewaktu awal menikah Alarich bahkan sudah memberikan kartu hitam untuk istrinya. Namun Aleesya sendiri belum memakainya sama sekali. Alarich juga memberi dua kartu debit untuk keperluan rumah seperti gajih pelayan dan kebutuhan dapur. Suaminya ini sengaja memisahkan kebutuhan pribadi istrinya dan kebutuhan rumah.
"Besok di temani mbak Siti dan Kenny yah. Pakai kartu yang sudah ku kasih. Itu untuk kebutuhan pribadi kamu sayang." Alarich mengecup pipi istrinya yang agak chubby. "Makasih ya mas." Jawa Aleesya dengan memeluk suaminya sangat erat.
"Lusa kita pulang ke rumah kita yah."
"Iya papih "
Padahal dulu sebelum mengenal Aleesya, Alarich sendiri ini mempunyai sifat yang dingin dan cuek. Tapi setelah bertemu istrinya, dia perlahan berubah menjadi sosok yang sedikit bawel dan possesive sekali jika menyangkut istrinya. Namun Aleesya tipe wanita penurut jadi suaminya ini dengan mudah mengatur istrinya.
"Mas ...aku sedikit kepikiran dengan tamu yang waktu itu hadir ke pernikahan kita. Ituloh yang wajahnya mirip mendiang papah, mas." Lirih Aleesya dengan wajah sendu. Alarich membawa istrinya ke kasur dia membaringkannya dan menyelimutinya. Dia juga masuk ke dalam selimut yang sama bersama sang istri. Alarich belum menjwab pertanyaan istrinya.
Alarich menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. Dia membelai wajah istrinya. Aleesya sendiri mengerutkan dahinya dia agak sedikit aneh dengan sikap suaminya. "Kenapa mas belum jawab."
"Sayang ... Beliau adalah ...Abimana Bagaskara."
Aleesya menganga mendengar nama Bagaskara nama belakang yang sama dengan dirinya, Aleesya Bagaaskara. Sang suami belum melanjutkan lagi bicaranya, Aleesya sendiri sudah menunggu suaminya untuk bicara. Tatapan Alarich pada istrinya tak terbaca.
"Kakek kandungmu."
DEG
Aleesya menatap suaminya dengan wajah sendu. Matanya sudah berkaca kaca bahkan bibirnya sulit mengucapkan sesuatu. "Aku sendiri masih mencari tahu, kenapa beliau baru mencarimu sekarang, padahal dulu beliau sendiri yang tidak merestui pernikahan orang tuamu. Tapi sekarang mereka mencarimu." Sahut Alarich dia menghapus air mata istrinya.
"Aku enggak kenal beliau mas, aku cuma punya mas. Juga mamah dan papah mertuaku." Lirih Aleesya.
Alarich membawa sang istri ke dalam dekapannya dia akan mencari tahu maksud dan tujuan Abimana Bagaskara mencari Aleesya. Dia takut Abimana akan memanfaatkan istrinya yang polos. Begitupun Lukman dan Mira.
-
-
Pengantin baru itu tengah sarapan berdua di bawah. "Sayang nanti kabarin aku yah kalau kamu mau pergi, pulangnya aku jemput."
Alarich sembari menyuapi istrinya dengan telaten. "Iya mas nanti aku telepon mas yah. Mas jangan lupa makan siang yah." Sahut Aleesya lembut.
Mereka sudah selesai sarapan, Aleesya seperti biasa mengantarkan suaminya ke depan pintu. Dia merapihkan dasi suaminya dulu.
"Morning kiss sayang." Alarich menujuk bibirnya sendiri.
CUP Aleesya berjinjit mencium suaminya. "Sudah mas."
Alarich balas mencium kening istrinya dalam sekali. "Aku pergi ya sayang, kabari aku kalau ada apa-apa. Papih pergi dulu ya anak-anak nanti jalan jalan sama mih ke mall yah."
"Iya papih sayang." Aleesya melambaikan tangannya ke mobil suaminya. Dia masuk ke dalam lalu menuju halaman belakang menikmati suasana di pagi hari yang sedikit dingin ini. Si Mbok Inem datang membawa susu dan cemilan.
"Makasih ya mbok." Aleesya menatap awan yang cerah itu. Sudah menjadi kebiasaan rutin setiap pagi setelah mengantar kan suaminya kerja, dia akan duduk di bangku taman. Bahkan ketika dirumahnya bersama Alarich juga saat sekarang dirumah mertuanya.
Cukup lama dia menikmati angin semilir di pagi hari lalu si mbok Siti datang memberitahu bahwa ada tamu di depan. Aleesya mengerutkan dahinya tamu untuknya? Siapa?
Aleesya segera bergegas menuju ke ruang tamu. Ketika wanita itu menoleh ternyata dia tantenya Aleesya. Tante Mira datang dengan wajah sinisnya.
"Selamat pagi nyonya Alarich. Kok kamu diam aja? Bukannya menyambut kedatangan tantemu ini." sinis tante Mira. Dia langsung duduk di sofa besar itu. Aleesya masih mematung mana dia hanya bersama pelayan dan juga Kenny. Suami dan mertuanya tidak ada dirumah.
Kenny sendiri tengah memantau tante Mira dari CCTV. "Awas saja kalau kau macam-macam aku seret kau !!" Geram Kenny yang sebal dengan gaya tante Mira.
"Hai..tan-tante apa kabarnya?" Tanya Aleesya yang memaksakan senyumannya. Jujur saja dia takut jika sudah dihadapkan dengan tantenya.
"To the point saja, tante butuh uang Aleesya 50 juta. Perusahaan om kamu sedang krisis. Beberapa kartu tante juga sudah di blokir. Kamu pasti bisa donk kasih tante uang. Yah...hitung hitung balas budi." Tante Mira menatap sinis keponakannya itu.
Aleesya menunduk dia takut dengan tatapan tantenya. Dia bahkan meremas ujung bajunya. "Maaf tante, Aleesya enggak punya sebanyak itu." Jujur Aleesya.
Memang dia sendiri tidak punya cash sebanyak itu karena suaminya hanya memberikan kartunya saja. Aleesya biasa mentransfer kebutuhan dapur rumahnya langsung ke mbok Inem.
Tante Mira berdiri dia menghentakan kakinya mendekati Aleesya lalu mencengkram dagu keponakannya itu. "Masa kamu enggak punya uang? Suami kamu kan kaya raya enggak mungkin banget kamu enggak punya uang." Tante Mira menghempaskan wajah Aleesya.
"Maaf tante yang punya uang kan suami Alee tante, bukan Alee." Ucap Aleesya dengan bibir bergetar dan mata yang sudah berkaca kaca.
"Dasar anak sial tidak tahu terima kasih." Tangan tante Mira sudah terangkat ingin menampar Aleesya, belum juga kena pipi keponakannya itu, Aleesya sudah berlutut dan menutup mukanya dan menangis sesegukan.
"Ampun tante ampun ... Jangan kurung Alee lagi tante ampun hiks hiks hiks..."
Tante Mira mematung dia shock melihat Aleesya. Dia melirik kanan kiri takut ada pelayan yang melihatnya. "Bangun Aleesya, nanti orang lain menuduhku."
Aleesya masih menangis tersedu-sedu. Dadanya naik turun dan terasa sesak. Si mbok keluar dari dapur ketika mendengar suara teriakan Aleesya. "Anda apakan non Aleesya?" Sentak mbok Inem pada Mira.
"Ayo non ini mbok bangun non." si mbok mencoba membantu Aleesya berdiri tapi Aleesya malah makin meraung memohon maaf terus pada tantenya.
"Jangan kurung Alee tante, Alee minta maaf Alee enggak akan makan lagi di meja hiks hiks..."
Si mbok ikutan menangis melihat Aleesya yang seperti trauma. "Non buka matanya, ini mbok non." Mbok Sitti dan beberapa pelayan juga ikut keluar. Dan mencoba membujuk Aleesya.
Tapi sepertinya Aleesya sudah larut dalam taruma yang mendalam. Dirinya seperti tengah mendapat siksaan lagi dari tantenya.
Mira yang sudah terpojok terpaksa buru-buru keluar dia tidak ingin di salahkan ketika dia keluar pintu rumah itu, Kenny menahannya. "Jangan pergi, anda harus bertanggung jawab pada non Aleesya." Geram Kenny.
Tante Mira malah menggigit tangan Kenny hingga Kenny kesakitan dia reflek melepaskan Mira. "Udah jangan dikejar, cepat hubungi tuan cepat." Teriak si mbok. Tante Mira bagaikan petir dia kabur secepat kilat.
Kenny segera menghubungi Alarich. "Boss segera pulang, non Aleesya.."
"Kenapa Aleesya?"
siapa alarich itu ..