Dosen Galak Itu Suamiku

"Kenyang," ucap Fiandra, sambil menyodorkan mangkuk bubur yang kosong itu sementara Ketiga orang menatapnya dengan kebingungan.

"loh Nyak pade gak makan?" tanyanya sambil menatap dua orang itu secara bergantian.

"Kagak napsu makan! lihat lo kayak kesetanan makan terasi," jawab nyak Romlah sambil menahan emosi.

"Hehe, habisnya enak, Nyak," jawab Fiandra santai. Lalu dia berdiri. "Ayo Pak kita ke kampus," ujanya sambil tersenyum ke arah Ilham.

"Eh tunggu-tunggu. Loh masih panggil Ilham bapak?" tanya Romlah.

"Hehe iye, Nyak," ujar Fi sambil mengangguk. "Kenapa?" tanyanya bingung melihat ekspresi kedua orang tuanya itu.

"Panggil Bapak kok rasanya gimana gitu, ye. Kayak anak sama orang tuanya, panggil apa kek, Fi, yang romantis gitu?"

"Iya nih tau, Nyak. Udah di bilang jangan panggil Bapak masih saja ngeyel. Emang kita bapaknya," celetuk Ilham sambil menarik daun telinga istrinya..

"Ehmm, habis mau panggil apa aku juga bingung, sudah kebiasaan sih." Fi tersenyum nyengir memamerkan giginya yang rapi di pagar.

Bola mata Ilham melotot ketika melihat sisa terasi nyangkut di bahel istrinya. "Ih sini! jorok sekali kamu!" ujarnya sambil menarik tangan Fiandra lalu menariknya ke kamar mandi.

"Idih, ngapain sih ke kamar mandi? jangan macem-macem deh, pak masih pagi ada nyak juga!" dengus Fiandra

"Siapa juga yang mau macem-macem! sini sikat gigi kamu dulu. Jijik banget tau gak!" Ilham mengambil sikat dan pasta gigi lalu memaksa Fi menyikat giginya

Ilham membuka mulut Fi, lalu menggosoknya sambil ngomel-ngomel. "Ih bisa-bisanya ngidam yang aneh begitu."

Fi menurut saja. Setelah membersihkan mulutnya beberapa kali, Fi berkumur dengan mouth wash.

"Sudah bersih!" kata Fi sambil memamerkan deretan giginya yang berkilauan.

"Mana coba cium dulu."

Fi menghembuskan napasnya. seketika aroma mint tercium di hidung Ilham. "Nah ini baru istri ku," ucap Ilham lalu mencium bibir istrinya itu."Jangan makan terasi lagi, ya. Kamu mau makan apa saja, aku beliin kok.

"Ya mau gimana, aku juga gak, tahu. Anak kamu yang maunya gitu."

Ilham mengusap perut Fi, "Anak Daddy sayang, jangan makan yang aneh-aneh, ya, Sayang?"

"Iya daddy," jawab Fi dengan suara yang nyaris tak kedengeran.

Mereka saling melempar senyum, dengan tatapan penuh cinta. "Cup!" Ilham mengecup kening istrinya.Dah Yuk, kita berangkat, nanti terlambat." Ilham merangkul istrinya sambil mencium pipi Fi dengan penuh kasih sayang.

Fi yang tersanjung menghambur memeluk pinggang ilIlham ."Cayang suamiku!"

"Cayang juga, istriku!"

Tanpa sungkan mereka memamerkan kemesraan mereka.

Wajah kedua orang tua mereka berbinar-binar melihat suami istri itu. "Co sweet!" seru Nyak Romlah.

"Iye, bikin iri, ye!" timpal Rohaye.

"Dah Nyak! aye pergi dulu, ya doain agar semua mata kuliah masuk ke otak aye!" ucap Fi sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iye hati-hati jangan suka larian lagi. Ingat lo lagi hamil!" nasehat Rohaye.

"Oke Nyak!"

Setelah berpamitan mereka pergi langsung menuju kampus.

...----------------...

Ratu celingak-celinguk menunggu seorang di pintu gerbang.

"Hey Ra, lagi nungguin siapa, lo? pasti lagi nungguin Fi, kan?"

"Iya, tau aja, lo!"

Gadis itu tersenyum sinis sambil melipat kedua tangannya di dada. "Lo mau mau aja nungguin, Fi."

"Loh Memangnya kenapa memang biasanya gitu kok, kalau gak ada dia rasanya tuh gimana, gitu!" ujar Ratu dengan wajah yang berbinar- binar.

"Haha, lo gak tahu aja! Fi itu sudah khianat sama, lo." gadis itu berusaha memanas-manasi Ratu.

Ratu merubah posisi, wajahnya terlihat lebih tegang dari sebelumnya."Memangnya Fi khianat apa sana gue? tanyanya dengan suara yang bergetar.

Gadis itu berbisik di telinga Ratu. Entah apa yang dia bicarakan dan sepertinya Ratu terpengaruh dengan ucapannya.

"Serius lo?" tanyanya hampir menangis.

"Serius! lo tanya saja orang-orang yang ikut SP, kemaren."

Bibir Ratu mencebik. "Oke makasih, ya. Sekarang gue tahu siapa itu, Fi. Ternyata dia gak sepolos yang gue pikirkan."

Wanita itu pun tersenyum miring. Oke gue cabut dulu, ya. Seengaknya lo dah tahu siapa temen, yang suka lo bangga-banggain itu."

***

Taxi yang membawa mereka tiba. Fi di antar ke kampus, sementara Ilham pulang untuk mengambil mobilnya. Karena dia mengajar di kampus yang berbeda hari inu

Kedatangan Fi di sambut oleh Ratu dengan raut wajahnya yang mengkerut. Tatapannya juga terlihat berbeda. Meskipun begitu ia terus melangkah mendekati sahabatnya itu

Ketika mereka berhadapan, tatapan Ratu semakin membuatnya tidak nyaman, seperti di intimidasi. "Lo kenapa, sih?" tanyanya heran.

"Gue kecewa sama lo, Fi!" jawab Ratu sambil menatapnya dengan sinis.

"Kecewa kenapa?" tanya Fi santai karena di pikirnya Ratu hanya bercanda.

"Kamu kok kemarin enggak kuliah? pak Ilham juga gak masuk, kan?" pertanyaan itu terdengar seperti menyelidik.

"Ya kebetulan aja kali," jawab fi Spontan.

"Oh ya kebetulan, ya?" sindirnya. Ratu melangkah mendekati, Fi, lalu menunjuknya."lo nyuruh gue gak usah deket deketin pak Ilham , tenyata lo mau merebut dia dari gua, kan?" tanya gadis itu dengan suara yang tercekat menahan tangis.

Fi semakin kaget dengan pernyataan Ratu itu. Dengan kedua tangannya ia menyelitkan rambut di daun telinganya.

"Ya emang, gua bilang begitu demi kebaikan lo! pak Ilham emang sudah punya istri."

"Bohong! lo bilang begitu biar, lo yang bisa jadian dengan pak Ilham, kan?" bentak Ratu. Skelera matanya memerah. Tangan gemetar.

Bola mata Fi terbelalak. Baru pertama kalinya Ratu membentaknya seperti itu.Fi merasa semakin gugup karena sahabatnya menatap nya semakin tajam, bola mata gadis itu pun perlahan berembun."Hmm, iya Ra, sebenarnya gue mau jujur sama loh, tapi... "

"Tapi, tapi apa?!" bentak Ratu sekali lagi. Suaranya yang lantang membuat semua perhatian tertuju pada mereka. "Tapi apa? jadi bener kan, lo merebut pak Ilham!"

"Gue gak ngrebut Ilham dari lo! gue... gue dan !" kata-kata Fi terputus karena langsung di sambar oleh Ratu.

"Sudah lah, Fi! lo mau ngeles bagaimana lagi? lo itu sudah mengkhianati persahabatan kita!" seru Ratu dengan penuh penekanan, "gue tau lo cantik! tapi gue gak nyangka lo juga licik, lo sembunyikan sifat lo yang sebenarnya di wajah lo yang polos, dan mulai saat ini persahabatan kita putus! gue gak mau punya teman yang suka nikung dari belakang!" seru Ratu kemudian pergi meninggalkan Fi sendiri, dengan tatapan sinis orang orang yang memandangnya.