NovelToon NovelToon
Sigma Love Story : The Mother

Sigma Love Story : The Mother

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Balas Dendam
Popularitas:155.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Septira Wihartanti

Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Altan

“Brengsek... kenapa lo lama banget datengnya!” seruku menghujat Kasep.

Pengacaraku itu hanya menyatukan kedua tangannya tanda maaf sambil berlutut.

“Maaf Kanjeng Gusti. Saya harus mengurus administrasi dan dokumen di kantor polisi, lalu mencari si Ratu Sejagat di berbagai tempat. Saya bahkan ke kantor kanjeng dulu siapa tahu dia di sana, eeeh, Mak Lampir malah ke sini ternyata.”

Aku hanya mencibir mendengar keterangan Kasep.

Siapa yang mengira kalau Reina akan ke apartemen? Karena kemarin dia sudah diusir dari sini, kupikir dia akan berasumsi kalau aku masih dinas di luar kota.

“Lo tahu Sep? dia ada main sama penjaga penjara. Reina mengidap HIV. Jadi dia nyebarin penyakit. Lo harus ngabarin kantor polisi!” Desisku.

Kasep langsung berdiri mematung.

“Yang bener lu...” desisnya dengan wajah yang langsung pucat.

“Iya.” Kataku.

“Siapa yang bilang?” tanya Kasep.

“Ya Reina sendiri lah, semua di cafe juga denger.”

“Njir...” desis Kasep. “Dia nyakar gue kemaren.” Desis Kasep.

“Lo kecakar?” tanyaku khawatir.

Dokter di sebelahku berujar “Cakaran kuku penderita HIV tidak berpotensi menularkan HIV, kecuali jika kuku tersebut terkontaminasi cairan tubuhnya, seperti darah atau cairan an us.”

“Ya siapa tahu ada kukunya yang  berdarah! Nih cuy bekas cakarannya!” Kasep menunjukkan luka tipis memanjang yang ada di lengannya, “Gue pake lengan pendek kemarin!”

“Cepet lo ke Lab!” seruku.

Kasep buru-buru keluar IGD sambil panik menuju ke arah Laboratorium pemeriksaan darah.

“Kasus seperti ini sering kali terjadi.” Desis Dokter Residen yang sedang menjahit lukaku. “Penderita tidak terima kalau hanya ia yang terjangkit sendirian. Jadi ia menginfeksi banyak orang tanpa bilang kalau ia ODHA. Yang paling sering ya... Istrinya. Fatal akibatnya kalau istrinya dalam kondisi menyusui anak.”

“Hm...” gumamku sambil melihat cara sang dokter membebat lukaku. “Pisau steak yang tertancap di luka saya tidak terkontaminasi darah siapa pun kecuali darah saya kan?” tanyaku.

“Bapak bisa tanyakan itu ke bagian laboratorium ya Pak, barang buktinya kan ada di mereka. Kami juga tidak bisa menjamin pisau itu bersih, karena di jari mantan istri bapak kan bisa saja terkontaminasi cairan yang berasal dari dalam tubuh.”

Aku pun menghela nafas panjang.

Sialan si Reina.

Sudah bercerai saja masih bikin masalah. Kupikir hidupku akan tenang setelah dia ke luar negeri dengan gadunnya. Ngapain juga balik-balik lagi ke Indonesia?! Apakah ia kehabisan uang dan ingin memerasku melalui Aram?

Juga sekarang ada yang mengganggu fokusku.

Suara tangisan dari arah sebelahku ini.

Kayla.

Duduk di sebelahku sambil menangis sesenggukan.

Ia menggendong Aram yang sedang tertidur pulas di tangan satunya, tangan yang lain mencengkeram lenganku yang ‘sehat’, Air matanya benar-benar jatuh dari pipi.

“Apa sih Kayla...” desisku.

“Maaf Pak, saya membuat masalah terus.”

“Kenapa jadi kamu yang menangis? Itu kan mantan istri saya, harusnya saya yang minta maaf.”

“Tapi bapak kan kena tusuk karena menghalangi dia menyerang saya.”

“Ya justru rungkad kalau kamu yang kena, kamu kan lagi gendong Aram.” Kataku.

“Tetap saja saya merasa bersalah.” Isaknya sambil menggenggam lenganku kencang sekali, bagai tak ingin kehilanganku. “Bagaimana kalau bapak terjangkit penyakit? Itu kan pisau steak Pak, habis digunakan oleh customer pula, kita juga tak tahu pisau itu menggores jarinya Reina atau tidak...”

Aku meliriknya.

Oke, kini di otakku jadi berseliweran berbagai macam kemungkinan yang hasilnya tidak baik. Bikin overthinking aja nih perempuan. Padahal tadi aku masih tenang-tenang saja.

Sudah begitu suara tangisnya mengganggu telingaku. Berisik ah.

Iya, aku tahu dia mengkhawatirkanku, Tapi ini hanya luka tusukan di lengan, oleh pisau kecil. Bukan golok maha tajam. Tapi dengan dia menangis aku jadi berasa punya beban berat di punggung, dan aku jadi tersugesti merasakan lebih sakit dari yang awal-awal.

“Jangan nangis nanti Aram bangun.”

“Daritadi saya nangis, tapi Aram tetap tidur.” Jawabnya.

Nyebelin, bisa tidak sih kalau aku bicara tak usah dibantah? Sudah begitu, dia benar pula.

“Bisa diam tidak? Suara kamu ganggu saja.” Akhirnya kubicara begini. Kasar? Ya daripada aku tak fokus dengan rencana selanjutnya.

Dan ternyata berhasil

Tangisannya berhenti.

Tapi cengkeramannya malah semakin kencang.

Setelah beberapa berpikir akhirnya aku menelpon Altan.

“Ya Pak? Sudah di Jakarta?” sapa Altan. “Kangen banget deh sayaaaa.”

“Haram.” Desisku. Altan hanya terkekeh. “Kantor gimana?”

“Yah... bapak harus lihat sendiri suasananya. Sebentar saya keluar ruangan dulu, nggak enak bicara di sini.”

Aku bertanya-tanya sambil menunggu Altan menemukan tempat yang pas. Kenapa aku harus lihat sendiri suasana kantor? Apakah keadaan sedang rusuh? Atau ada keributan?

“Bapak dimana sekarang?” tanya Altan

“Di rumah sakit.”

“Bapak ngapain di rumah sakit? Maagnya kambuh?” tanya Altan.

“Kamu ketuker antara saya dan bapak kamu, Saya nggak punya sakit maag.”

“Oh iya benar! Kalo gitu, bapak barusan gebukin orang lagi ya?”

“Apa sih?!”

“Pak, si B itu loh, Masa dia diajukan manajemen untuk jadi Asisten bapak, dan dia mengusulkan untuk memecat bu Evi dengan tuduhan mempermalukannya di depan umum.”

“B itu siapa?”

“Sekretaris B.”

“Oh yang saudaranya Pak Zulfikar?”

“Saudara jauh.”

“Iya.”

“Nama aslinya Talitha.”

“Bodo amat.”

“Bapak kebiasaan.”

“Saya tidak ingin Asisten saya seorang wanita. Rese soalnya. Terus untuk apa Evi dipecat? Kerjanya bagus kok.”

“Sampaikan itu ke pak Zulfikar Ya Pak, Bu Evi nangis-nangis nih di meja saya nungguin bapak pulang.”

“Bilang Evi, dia tidak akan dipecat.” Kataku. “Saya akan memperjuangkannya di hadapan manajemen.”

“Cewek-cewek di sini pada kayak lintah dikasih garam, mereka ngomongin bapak melulu. Si Talitha malah bilang kalau dia ditekan oleh bapak karena sebenarnya bapak suka sama dia, jadinya menjahilinya sedemikian rupa.”

Aku diam

Merinding.

Goblok bener sih?!

“Saya nelpon kamu bukan untuk urusan ini. Saya mau minta tolong dicarikan alat untuk membela diri. Kamu tahu seperti stunt gun yang ukurannya kecil, atau alat yang kalau dipencet bisa jadi tongkat panjang banget? Buat Kayla, barusan kami diganggu mantan istri saya.”

“Bu Reina bukannya sudah raib di luar negeri?!”

“Dia balik lagi minta Aram.”

“Cewek gila.”

“Wanita gila.”

“Saya carikan alat untuk Kakak Kayla. Kalau perlu semprotan merica sekalian.” Desis Altan. Lancang sekali dia menyebut Kayla dengan embek-embel Kakak.

Kami hening sesaat sampai Altan teriak “NAH!!” kencang sekali sampai aku hampir menjatuhkan ponselku.

“Altan, kamu minum obat penenang deh. Resep dokter aja, diganti asuransi kok.”

“Pak!” seru Altan lagi. “Gimana kalau Kakak Kayla dimunculkan saja di kantor? Biar cewek-cewek di sini pada mingkem dan nggak ganggu bapak lagi. Kak Kayla udah sparepart mercy, kita adu sama Avanza kanibal.”

Aku langsung ngakak.

Avanza Kanibal? Berdosa sekali kamu Altan...

(istilah mobil kanibal adalah Modifikasi mobil yang mengambil part dari mobil dengan merek lain)

Tapi idenya bisa di pertimbangkan.

Tinggal si Kaylanya mau atau tidak. Mungkin bisa kubicarakan dengannya.

1
Daanii Irsyad Aufa
walah pengantin basi kena miskom jdi pisah
Daanii Irsyad Aufa
Luar biasa karyaa maddam emg selalu ok
Daanii Irsyad Aufa
nice, permintaan yg bagus Kayla
Daanii Irsyad Aufa
bahasanya tolong 🤭
Daanii Irsyad Aufa
wahai para suami dengerin nih omongan pak Zaki..
Daanii Irsyad Aufa
wah ngenes bgt
Daanii Irsyad Aufa
kalo suami sudah mulai menyakiti baik fisik maupun psikis PLEASE TOLONG CARI BANTUAN
Daanii Irsyad Aufa
bojone Kayla gaweke kopi sianida pie??
Daanii Irsyad Aufa
waduh intro nya ngeri - ngeri sedap nih
🌺tyy
seperti biasa,luar biasa karya kakak, terimakasih ❤️
Titik Handayani
mantaappp
Siti Kurniawati
semua karya author bagus semua, aku suka ceritanya tak bisa ditebak, keren banget, semangat terus Yo Thor...
Siti Kurniawati
wahhhhhh...
hania putri
bapak nya baby aram dan mamak nya baby arum berjodoh nih
HARTINMARLIN
assalamualaikum hai 🖐️ salam kenal dari ku
Silvi
Luar biasa
Gayatri Ayu Paramayoga
exca 2000PC 😂😂😂
Gayatri Ayu Paramayoga
paragraf ini pasti jadi perdebatan 😂😂😂
Irma Dwi
akhirnya tamat dan happy ending 🥰,,,,

maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,
Irma Dwi
😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!