Thomas dan Sarah pernah menikah selama 2 tahun sebelum akhirnya bercerai karena Thomas takut pekerjaan aslinya sebagai Intelijen membahayakan Sarah. 7 Tahun kemudian mereka di pertemukan kembali. Sarah menjadi manager event di hotel yang membantu persiapan pernikahan Thomas dan anak pemilik hotel luxury, Rachel. Pernikahan itu adalah misi dari Badan Intelijen tempat Thomas bekerja, yaitu untuk menangkap dan mengungkap bisnis internasional terkait obat terlarang oleh Ayah Rachel, Alex. Setelah menikah, Thomas menduduki jabatan sebagai General Manager di hotel Luxury. Pertemuan setiap hari dengan Sarah tidak bisa di hindari. Benih cinta kembali tumbuh di hati Thomas. Namun, Sarah masih membenci Thomas karena dulu seketika meninggalkan dan menceraikannya. Kehadiran Maxim sebagai Manager Humas baru di hotel luxury, membuat Thomas makin cemburu karena ternyata Maxim menyukai Sarah dan Sarah pun menyukai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chubby_Writter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan Ruben untuk Sarah
Brak!!!
Gebrakan keras tangan Thomas pada meja saat menyaksikan adegan Sarah menyuapi Maxim.
Ruben sudah berkeringat dingin dan menahan tubuh Thomas agar tidak berdiri dan menghampiri Sarah dan Maxim.
"Oh Shit! Jika tau aku akan terjebak dalam ideku sendiri, aku tidak akan menawarkan Thomas untuk mengikuti Sarah dan Maxim. Oh jantungku yang malang. Rasanya jantungku tidak aman. Aku sangat takut Thomas lepas kendali dan mengacaukan segalanya." Umpat Ruben dalam hati.
•
•
"Thomas tenanglah. Jangan terpancing emosi. Aku rasa sebaiknya kita pergi dari sini." Bujuk Ruben ragu-ragu.
Thomas memejamkan matanya dan menghela nafas.
"Ayo kita kembali ke hotel." Ucap Thomas sambil bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan resto itu.
•••
Sepanjang perjalanan Thomas hanya diam saja di dalam mobil. Tatapan matanya begitu kosong. Ia hanya menatap ke arah jendela mobil sambil bertopang dagu dan sesekali menghembuskan nafasnya dengan kasar.
•
•
Setibanya di hotel pun, Thomas masih tidak bergeming. Langkahnya langsung mengarah menuju ke ruangannya.
Thomas masih belum bisa menahan emosinya. Kali ini Ia melempar beberapa barang di ruangannya. Ia berteriak sekeras-kerasnya. Beruntung ruangan itu kedap suara, sehingga orang di luar ruangan tidak bisa mendengarnya.
Ia membuka jasnya dan melemparkannya dengan asal. Lalu melonggarkan dasinya dan menghempas tubuhnya duduk di kursi kebesarannya. Tangannya mengacak-acak rambutnya sendiri. Dalam sekejap tampilan Thomas sudah berubah menjadi sangat berantakan.
"Tidak boleh Sarah! Kau tidak boleh jatuh hati pada laki-laki lain! Kau hanya milikku! Tidak berarti kah yang baru saja kita lalui semalam? Siapa sebenarnya Maxim? Apa dia pria dari masa lalumu? Kenapa kamu memperlakukan dia seperti kamu memperlakukanku saat kita menikah? Aku tidak terima kamu tersenyum di hadapannya! Senyummu hanya boleh untukku! Aku tidak terima dia memelukmu! Tubuhmu hanya milikku! Aku tidak bisa tahan melihatmu menyuapi dia! Harusnya itu aku! Kenapa kau sangat jahat Sarah? Ini kah caramu balas dendam padaku? Jangan begini Sarah, aku mohon. Aku tidak bisa menahan emosiku. Aku sangat mencintaimu Sarah. Tolong jangan tinggalkan aku dengan cara seperti ini. Ini sakit sekali Sarah." Tangis Thomas sambil membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding.
Ruben yang melihat tingkah Thomas dari celah jendela, bergegas masuk ke ruangan Thomas untuk menghentikan aksi nekat Thomas.
"Thomas hentikan! Jangan menyakiti dirimu sendiri! Tenanglah Thomas!" Pekik Ruben saat mendapati Thomas dengan kondisi penuh luka di kepalanya.
Thomas yang melihat Ruben malah makin membenturkan kepalanya dengan kuat.
"Aku sudah hancur Ruben! Sarah sudah berpaling dariku! Dia tidak lagi mencintaiku! Sudah ada laki-laki lain dihatinya!" Teriak Thomas sambil tersungkur di lantai dan menangis.
Ruben dengan segera menghampiri Thomas dan mendekap Thomas dengan erat untuk menenangkannya.
"Kau terlalu berpikir jauh Thomas. Tidak mungkin Sarah tidak mencintaimu lagi. Ia hanya bersikap ramah pada Maxim. Kau jangan berpikir hal yang negatif tentang Sarah. Kau malah akan menyakiti dirimu sendiri nantinya."
Thomas masih menangis dalam dekapan Ruben. Tangisnya pun mulai mereda diiringi dengan tubuhnya yang seketika ambruk.
"Thomas! Bangunlah Thomas!" Pekik Ruben panik.
Ia segera menghubungi security untuk segera menuju ke ruangan Thomas.
Agar tidak menimbulkan kehebohan. Tubuh Thomas di bopong melalui jalan keluar lain di hotel tersebut.
•••
Saat ini Thomas sudah berada di rumah Sakit. Lukanya sudah diobati dan dokter juga sudah memberikan beberapa obat melalui infus yang menancap di tangannya.
Ruben memandang dengan iba pada Thomas. Ia merasa turut bersalah karena tadi memberi ide untuk membuntuti Sarah dan Maxim. Sehingga kini emosi Thomas menjadi tidak stabil.
"Apa mencintai seseorang harus sampai sesakit ini bagi orang yang berprofesi seperti kita? Jika seperti ini, rasanya lebih baik jika tidak jatuh cinta sama sekali." Lirih Ruben.
•••
Sementara itu, Sarah dan Maxim baru saja kembali ke kantor. Keduanya nampak sangat ceria. Mereka terus berbincang sebelum akhirnya memutuskan kembali ke ruangan masing-masing untuk bekerja.
Maxim menatap punggung Sarah yang baru saja keluar dari lift, sementara Ia masih tertinggal di dalam lift. Senyumnya tiba-tiba saja mengembang. Semua kejadian yang baru saja terjadi rasanya seperti mimpi.
Bahkan seperti mendapat 'Jackpot' saat memenangkan undian. Sikap Sarah yang sangat ramah dan mudah bergaul malah diartikan Maxim salah. Ia pikir Sarah juga sudah mulai menyukainya.
"Lihat saja Sarah, sebentar lagi aku akan buat kau mencintaiku dan tidak bisa lagi menolakku. Saat nanti kai sudah jadi milikku, aku tidak akan pernah melepasmu sedetik pun dari sisiku." Ucap Thomas dengan penuh keyakinan.
•••
Sarah menghela nafas saat ada beberapa berkas yang harus meminta tanda tangan Thomas. Kebetulan hari ini sekretarisnya sedang cuti. Ia sangat gugup memikirkan jika harus menemui Thomas.
"Tidak... Sebaiknya aku titipkan saja pada Ruben. Besok aku akan minta sekretarisku mengambilnya." Gumam Sarah.
Ia pun akhirnya melangkahkan kakinya menuju lantai paling atas, tempat dimana ruangan Thomas berada.
Saat pintu lift terbuka, Ia segera keluar dari sana dan berjalan menghampiri meja Ruben. Namun meja Ruben kosong. Ia juga melirik ke jendela tempat ruangan Thomas dan juga tidak melihat siapapun disana.
Sarah meletakan berkas tersebut di atas meja Ruben dan hendak kembali ke ruangannya. Tapi Ia ke memundurkan langkahnya dan mengambil kembali berkas itu.
"Bukankah tidak sopan jika aku hanya meninggalkan berkas itu di sana? Ah sebaiknya aku hubungi Ruben saja."
Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ruben.
•••
Ruben yang masih termenung duduk menunggui Thomas sadar, tiba-tiba dikejutkan dengan dering ponselnya.
Ia mengangkat panggilan itu tanpa melihat identitas yang menghubunginya.
📞 Sarah : Halo Ruben, ini aku Sarah. Apakah kau sedang berada di luar? Aku ingin menitipkan berkas untuk di tandatangani Thomas.
Seketika mata Ruben membola saat mendengar suara Sarah di panggilan itu. Sebuah ide brilian muncul di kepala Ruben.
📞 Ruben : Iya Sarah. Aku sedang dirumah sakit saat ini. Thomas terluka parah. Tinggalkan saja berkasmu di atas mejaku. Tapi aku belum tau kapan Thomas bisa sadarkan diri dan menandatangani berkas itu.
Sarah kaget mendengar ucapan Ruben.
📞 Sarah : Apa? Thomas terluka? Katakan kau berada di rumah sakit mana saat ini! Aku akan segera kesana.
Ruben menyunggingkan senyum di wajahnya. Sudah ia duga bahwa reaksi Sarah akan seperti ini.
📞 Ruben : Aku di Auburn Hospital.
Panggilan itupun terputus.
Ruben justru tersenyum saat mendapati panggilannya terputus. Ia bisa bayangkan jika Sarah sangat panik saat ini.
"Hei Thomas. Jangan sadar dulu. Biarkan Sarah tiba disini dan makin iba melihat kondisimu sekarang. Lihatlah dia begitu panik saat dengar kau di rawat. Artinya dia masih mencintaimu" Ucap Ruben pada Thomas yang masih belum sadarkan diri.
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya
Hai para pembaca yang baik hati🙋🏻♀️
Bantu komen, like, dan subscribe ya supaya Author makin semangat🙇🏻♀️
Bantu follow IG baruku juga ya. @Chubby_writer1. Terima kasih🙏