Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan dan keheningan
Ketika hujan mulai mereda, Nuka dan Aile kembali ke kelas. Meskipun suasana di sekitar mereka kembali seperti biasa, di dalam diri Nuka, ada sesuatu yang berubah. Dia merasa lebih dekat dengan Aile, bahkan dengan keheningan mereka, dan rasa penasaran yang kuat tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan Aile semakin menguat.
Sepulang sekolah, Nuka tidak bisa berhenti memikirkan percakapan mereka. Ada sesuatu dalam cara Aile berbicara tentang masa lalu, tentang bagaimana hujan membangkitkan kenangan itu, yang membuat Nuka merasa ada beban yang disembunyikan oleh Aile.
Malam itu, Nuka berbaring di kamarnya, mendengar rintik hujan yang masih tersisa di luar jendela. Pikirannya terus mengulang momen-momen bersama Aile. Dia ingin tahu lebih banyak, bukan karena rasa penasaran biasa, tapi karena dia peduli.
---
Sementara itu, di rumah Aile, suasana berbeda jauh dari apa yang Nuka bayangkan. Rumah itu tampak tenang dari luar, tetapi di dalamnya ada ketegangan yang sulit dijelaskan. Aile duduk di kamarnya, memandangi buku catatannya yang terbuka di meja belajar. Ia sering melarikan diri ke dalam tulisannya—itu adalah satu-satunya tempat di mana ia bisa merasa bebas, walau hanya untuk sesaat.
Namun, malam ini Aile tidak menulis. Hanya tatapan kosong yang terpaku pada lembaran putih di depannya. Dari ruang tamu, terdengar suara samar percakapan orang tuanya, lebih tepatnya perdebatan. Sudah menjadi rutinitas harian, dan setiap kali suara itu naik, Aile semakin menutup dirinya.
Ibunya, seorang wanita yang selalu sibuk bekerja, seringkali terlalu lelah untuk berbicara dengan lembut. Ayahnya, yang dulu penuh canda dan cerita, kini jarang berbicara kecuali untuk menuntut sesuatu. Kehidupan keluarga Aile telah berubah drastis, membuatnya merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri. Inilah yang membuatnya pendiam di sekolah, selalu merasa bahwa apapun yang ia katakan atau lakukan tidak akan mengubah apa-apa.
Aile meraih ponselnya, membuka pesan terakhir yang ia terima dari Nuka. Kata-kata sederhana, "Aku di sini kalau kamu butuh teman," berulang kali terbaca di layar. Ada sesuatu dalam cara Nuka berbicara yang membuat Aile merasa nyaman, meskipun ia sendiri belum siap untuk membuka diri sepenuhnya.
Aile berbaring di tempat tidur, mencoba menenangkan pikirannya yang penuh dengan suara-suara dari luar kamarnya. Di balik sikap pendiamnya, ada perasaan tertekan yang selalu ia simpan sendiri. Tapi malam itu, entah kenapa, Aile berpikir tentang tawaran Nuka. Mungkin, hanya mungkin, berbicara dengan seseorang bisa membantu meringankan sedikit beban yang ia rasakan.
---
Keesokan harinya, Nuka mendapati dirinya kembali menunggu kesempatan untuk berbicara dengan Aile. Di sekolah, suasananya kembali biasa saja, tetapi di dalam diri Nuka, ada tekad untuk membantu Aile meskipun ia belum tahu bagaimana caranya.
Saat mereka bertemu di dekat jendela kelas seperti hari-hari sebelumnya, Aile tampak sedikit lebih lesu. Namun, kali ini Nuka sudah lebih siap.
"Semalam aku mikirin obrolan kita kemarin," kata Nuka, berusaha memulai percakapan dengan nada santai. "Aku jadi makin penasaran. Kayaknya ada banyak hal yang ingin kamu ceritain, tapi kamu masih ngerasa belum siap."
Aile diam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Mungkin."
"Kalau kamu nggak keberatan, aku mau denger," lanjut Nuka, berusaha tetap sabar. "Nggak apa-apa kalau belum sekarang. Tapi kapanpun kamu siap, aku di sini."
Aile menatapnya, ada sesuatu di matanya yang berbeda kali ini. "Mungkin... nanti," ujarnya pelan.
Nuka tersenyum hangat, merasa bahwa ia sudah membuat langkah maju. Meskipun Aile belum sepenuhnya terbuka, Nuka tahu bahwa momen itu akan datang. Bagaimanapun, hujan hari-hari sebelumnya telah membawa mereka lebih dekat, dan Nuka yakin bahwa akan ada lebih banyak lagi yang terungkap seiring waktu.
Di balik payung dan hujan, Nuka telah menemukan seseorang yang membutuhkan teman, dan Aile mungkin telah menemukan seseorang yang bisa mendengarkannya.