(Revisi)
Merasa akhirnya bebas dari ikatan pernikahan dengan Elsa, wanita pilihan orangtuanya, Edward, berniat menata ulang hidupnya dan membangun rumah tangga bersama Lily, sang kekasih.
Namun tanpa disadari saat tangannya menggoreskan tandatangan di atas surat cerai, bukan sekedar perpisahan dengan Elsa yang harus dihadapi Edward tapi sederetan nasib sial yang tidak berhenti merudungnya.
Tidak hanya kehilangan pekerjaan sebagai dokter dan dicabut dari wasiat orangtuanya, Edward mendadak jadi pria impoten padahal hasil pemeriksaan dokter, dirinya baik-baik saja.
Ternyata hanya Elsa yang mampu mengembalikan Edward menjadi pria sejati tapi sayangnya wanita yang sudah terlanjur sakit hati dengan Edward, memutuskan untuk menikah kembali dengan Erwin, adik iparnya.
Apakah Edward akan memaksa Elsa kembali padanya atau memutuskan tetap menjadi pria mandul dan menikahi Lily ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percakapan Kakak Adik
“Dasar laki-laki brengsek ! Sudah tahu istrimu sedang hamil tapi masih berani menemui perempuan lain !”
Bugh ! Bugh !
Edward yang baru saja turun dari taksi dan bergegas menghampiri Erwin yang sudah berdiri di lobi, tidak menyangka akan mendapat pukulan dari adiknya sampai tersungkur ke lantai.
Tiga orang petugas sekuriti segera menghampiri mereka dan dua di antaranya langsung memegangi Erwiin yang terus meronta.
“Aku pikir kakak sudah tobat dan berniat memperbaiki diri ternyata malah kembali lagi dengan perempuan binal itu !”
Makian Erwin yang cukup keras mengundang perhatian orang-orang yang melintasi lobi. Edward berusaha bangun sambil menyeka sudut bibirnya yang terluka.
“Aku tidak kembali lagi pada Lily. Aku datang menemuinya karena dia yang minta pihak rumah sakit menghubungiku dan mengakui aku sebagai suaminya.”
“Bohong ! Hanya karena dia sakit, kakak tega meninggalkan Elsa sendirian ?” pekik Erwin.
”Rencananya malam ini aku akan kembali ke Yogya.”
“Tidak usah !”
Edward menghela nafas dan menggelengkan kepala saat petugas sekuriti meminta keduanya melanjutkan perdebatan mereka di kantor manajemen supaya tidak mengundang perhatian orang banyak.
“Tidak usah, dia adik kandung saya, kami akan langsung naik dan ngobrol di sana.”
Petugas sekuriti yang sudah mengenal Edward ragu-ragu karena khawatir dengan Erwin yanh masih terlihat emosi dan seperti belum puas menghajar Edward.
“Saya jamin tidak ada keributan. Adik saya memang sedikit tempramen tapi semuanya pasti aman.”
Akhirnya petugas sekuriti pun mengalah sedangkan Erwin yang mulai lebih tenang menuruti permintaan Edward untuk naik ke unit apartemennya. Selama berada di dalam lift, keduanya hanya diam.
“Masuk ! Maaf aku tidak punya persediaan makanan dan minuman, hanya ada air putih di kulkas. Sejak Elsa pergi, tidak ada yang mengisi stok kulkas. Duduklah dimana pun yang nyaman untukmu, aku membersihkan lukaku dulu.”
Erwin diam saja langsung berjalan ke arah dapur sementara Edward masuk ke kamarnya, berganti pakaian yang kotor karena tersungkur di lantai lalu membersihkan luka di sudut bibirnya.
“Sudah makan, Win ? Aku mau pesan online.”
Edwin tidak menjawab, posisinya sedang berdiri di depan pintu kamar yang letaknya dekat dapur.
“Apa selama kalian menikah, Elsa tidur di sini ?”
“Ya,” sahut Edward dengan wajah penuh penyesalan.
“Kakak benar-benar jahat, tega memperlakukan Elsa seperti pembantu di rumah dan membuat orang-orang di rumah sakit menganggapnya sebagai orang ketiga dalam hubungan kakak dengan perempuan binal itu !”
“Aku memang jahat, Win dan sangat menyesal sudah membuat Elsa menderita tapi aku yakin kamu bisa membuatnya bahagia.”
“Kakak menjadikan aku penebus rasa penyesalan itu ?” sinis Erwin.
“Aku tidak berniat memanfaatkanmu, Win malah berharap Elsa bisa memaafkan dan memberikan aku kesempatan kedua tapi semuanya sudah terlambat. Aku harap kamu bisa membahagiakannya dan maaf kalau aku membiarkanmu memikul tanggungjawab kesalahanku.”
“Apa kakak sudah bicara padanya ? Minta maaf sambil berlutut kalau perlu.”
“Terus kalau Elsa mau memaafkan dan kembali padaku, bagaimana nasibmu ?” ledek Edward sambil terkekeh melirik adiknya yang mengusap-usap tengkuknya.
“”Jangan khawatir Win, Elsa sudah menolak dengan tegas. Selama mengenalnya, Elsa adalah wanita yang teguh dalam pendirian, tidak mudah goyah apalagi terpengaruh dengan omongan orang Elsa sudah bertekad tidak akan membiarkan anak itu tahu kalau aku adalah ayah biologisnya.”
Erwin mengerutkan dahi tidak yakin keputusan Elsa tepat. Meskipun Edward tidak sadar saat melakukannya, benihnya tetap milik Edward.
“Aku tidak akan pernah menganggap anak itu sebagai masalah atau anak tiriku, jadi kakak tidak usah khawatir.”
“Terima kasih Win, aku sangat bangga padamu. Tolong jaga Elsa dan cintai dia sepenuh hati. Melihat bagaimana dia begitu dekat padamu, aku yakin luka di hatinya akan lebih cepat sembuh.”
“Lalu kakak akan menikah dengan perempuan itu ?”
“Tidak ! Lily sudah mendapat pelajarannya sendiri dan aku bersyukur karena belum sempat terikat apapun dengan dia.”
“Lalu ?” Edward tertawa pelan.
“Sementara belum ada rencana. Mungkin aku akan pergi ke luar pulau Jawa dan menjadi tenaga dokter entah dimana, belum terpikir, Win.”
“Apa daddy sudah setuju ?”
“Aku belum membicarakannya karena baru muncul keinginannya hari ini. Mungkin nanti setelah urusanmu dengan Elsa selesai, aku akan bcara dengan daddy. Kamu sendiri kapan akan menikahi Elsa ? Lebih baik jauh sebelum dia melahirkan supaya namamu bisa dicantumkan sebagai ayah kandungnya.”
Erwin melipat kedua tangannya dan bersandar pada kursi, menatap Edward dengan tatapan menyelidik.
“Kenapa rasanya begitu mudah kakak melepaskan Elsa ?” Edward kembali tertawa pelan.
“Bukan begitu, aku sedang belajar mempertanggungjawabkan perbuatanku terutama pada Elsa. Aku belajar ikhlas menuai apa yang aku tabur. Beberapa hari yang lalu Elsa pegi dengan Gilang ke kafe.”
“Gilang ? Anak kedokteran itu ?” Edward mengangguk. “Elsa bilang cowok itu sudah mengejarnya sejak kelas 2 SMA. Aku sudah bertemu dengannya dan mengaku sebagai adik iparnya Elsa.”
“Oooh jadi dari kamu si Gilang itu tahu kalau Elsa sudah punya suami,” ujar Edward sambil tertawa.
“Kakak kenalan sama dia ?” Edward mengangguk.
“Malah aku memperkenalkan diri sebagai suami Elsa tapi sayangnya bukan Gilang yang kesal malah Elsa marah karena aku sudah mengganggu acara kencan nostalgia mereka. Hati-hati kamu sama dia, dari matanya kelihatan dia masih suka sama Elsa.”
“Kakak cemburu ?” Edward hanya tertawa pelan.
“Aku tidak tahu apa perasaanku bisa dibilang cemburu tapi rasanya tidak nyaman melihat Elsa ngobrol dan tertawa bahagia bersama dia sementara bersamaku Elsa selalu bersikap formal dan kaku.”
“Apa kakak akan cemburu juga padaku ?”
“Tentu saja tidak, aku sudah ikhlas melepasnya padamu asal jangan sampai kamu membuat Elsa terluka untuk kedua kalinya.”
“Yakin kakak tidak akan pernah cemburu ?”
“Jangan mengada-ada. Setelah kalian menikah, aku akan berusaha secepatnya mencari istri juga biar mommy tenang karena kedua anaknya sudah punya pasangan, tidak khawatir Elsa mungkin tergoda lagi padaku,” kelakar Edward sambil tergelak.
“Tidak akan aku biarkan !” tegas Erwin dengan wajah serius membuat Edward makin tergelak.
“Mau menemaniku bertemu daddy sekalian makan siang bareng ? Tidak akan lama karena aku akan langsung ke bandara dan kembali ke Yogya.”
“Aku akan menghubungi daddy, kita cari tempat di dekat rumah sakit.”
“Aku ikut saja pilihanmu, Win. Sebentar aku siapkan baju yang mau aku bawa.”
“Kak Ed,” Erwin menahan lengan kakaknya. “Kalau mau kembali ke Yogya, tidak usah tinggal di rumah itu, cari tempat kost saja di dekatku. Jangan membuat Elsa tidak nyaman karena keberadaan kakak di rumah itu membuatnya seperti dejavu karena harus mengulang kehidupan yang ingin dilupakannya di apartemen ini.”
Edward cukup terkejut mendengar kalimat Erwin dan langsung paham maksud adiknya hanya tidak menyangka malah adiknya akan seposesif ini
dasar sundel bolong