Xuan Jian adalah putri yang terlahir dari selir kesayangan kaisar Wei Huang, namun memiliki nasib yang sangat buruk.
Dia bersama sang ibu, selir Xuan Yang diasingkan di sebuah paviliun yang paling buruk dan berada jauh dibelakang istana utama, dan hanya memiliki satu orang pelayan untuk mengurus seluruh kebutuhannya.
Semua orang begitu membenci keberadaannya karena dianggap pembawa sial, Xuan Jian terlahir saat gerhana matahari bersamaan dengan lahirnya putra permaisuri, namun naas sang pangeran kecil tidak bisa bertahan hidup, sehingga semua orang berfikir jika Xuan Jian lah penyebab dari semua kejadian buruk yang menimpa putra mahkota kekaisaran Jiahu itu.
Siapa yang menyangka setelah dia beranjak remaja, Xuan Jian menjelma menjadi seorang gadis yang sangat kejam, tak hanya itu...
Dia juga sangat membenci seluruh penghuni istana dan mulai membalas satu persatu orang yang telah menyakiti dirinya beserta sang ibu dengan tanpa belas kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 03
Mendengar permaisuri akan segera melahirkan, tabib istana pun dengan segera mempersiapkan segala macam perlengkapannya, kemudian dengan setengah berlari dia pun segera menuju ke Paviliun mawar.
Beberapa orang pelayan juga berlarian menuju ke Aula istana, mereka mencari Kaisar Wei Huang untuk memberitahu tentang permaisuri yang akan segera melahirkan, sayangnya Kaisar Wei Huang tidak berada di tempat. Saat ini dia sedang berada di paviliun Anggrek tepatnya di tempat selir Xuan Yang berada.
Angin berhembus dengan sangat kencang, langit pun semakin gelap pertanda hari Mulai malam, bulan seolah tak ingin menampakan wajahnya hanya kegelapan yang mengiringi kelahiran kedua anak Kaisar Wei Huang.
Malam ini terjadi fenomena alam, tepatnya gerhana bulan saat permaisuri Xue Yi dan selir Xuan Yang berjuang mempertaruhkan nyawa mereka demi melahirkan sang Buah Hati. Setelah belasan dupa terlewati, akhirnya terdengarlah suara tangisan bayi dari Paviliun anggrek.
Oeeek....
Ooeeeek...
Suara tangisan itu pun sangat kencang, hingga membuat Kaisar Wei Huang segera berdiri dari posisi duduknya. Dia begitu bahagia dengan kelahiran anak pertamanya, yang ternyata adalah seorang perempuan.
Bergegas Kaisar Wei Huang pun masuk dan menemui selir Xuan Yang, yang saat ini masih bersandar di tempat tidur, dengan keringat yang mengucur deras tubuhnya, wajahnya terlihat begitu pucat dan sangat lelah.
"Yang mulia." panggil selir Xuan Yang seraya menggerakan badannya, namun kaisar Wei Huang menggelengkan kepala, memberi tanda pada sang selir agar tak bergerak terlebih dahulu dari tempat tidurnya.
Akhirnya selir Xuan Yang pun kembali beristirahat, sedangkan Kaisar Wei Huang segera mendekati bayi merah yang baru saja dilahirkan oleh selirnya, dia terlihat menyunggingkan senyuman tipis, saat netranya menangkap bahwa paras sang putri begitu persis seperti dirinya, wajah bayi itu benar-benar jiplakan wajah Kaisar Wei Huang saat dia masih bayi.
Perlahan tangan Kaisar Wei Huang menyentuh bayi yang masih merah itu, dia juga memberikan nama Xuan Jian untuk bayi yang baru saja dilahirkan sang selir, Karena di masa itu hanya Putra ataupun putri dari seorang permaisuri atau istri sah saja yang bisa membawa nama marga dari sang ayah sedangkan anak dari seorang selir akan tetap mengikuti Marga ibunya.
"Hahaha... Bayi kecil, mulai hari ini Namamu adalah Xuan Jian, Kau adalah Putri pertama zhen. Lihatlah wajahmu, benar-benar persis seperti zhen saat masih kecil." ucap Kaisar Wei Huang seraya menimang tubuh kecil sang putri dan menyentuh dagu bayi itu dengan sangat lembut.
Namun kebahagiaan Kaisar Wei Huang seolah tak bertahan lama, tiba-tiba saja beberapa orang pelayan dari Paviliun mawar datang, dalam kondisi terengah-engah setelah berlari. Mereka menyampaikan kabar buruk tentang kematian Putra permaisuri atau bisa disebut juga putra mahkota kekaisaran Jiahu.
Hal itu tentu saja membuat Kaisar Wei Huang menjadi murka. Bergegas dia pun memberikan bayi itu pada salah seorang pelayan, kemudian berjalan menjauh dari paviliun anggrek menuju paviliun mawar.
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa Putraku sampai meninggal?" tanya kaisar Wei Huang pada tabib yang menangani kelahiran putranya dengan wajah yang merah, terlihat Kaisar sangat marah. Apalagi saat mengetahui jika anak yang di lahirkan permaisuri itu laki-laki.
Tabib tua itu hanya bisa tertunduk, dia tak tahu harus menjelaskan apa pada sang Kaisar pada saat dia dijemput oleh para pelayan, bayi yang telah dikandung oleh permaisuri, ternyata telah menghembuskan nafas terakhirnya, saat masih berada di dalam kandungan.
Namun Kaisar Wei Huang tidak mau mendengar alasan yang diucapkan oleh tabib tua itu, kemudian dengan tanpa perasaan, dia pun menyuruh beberapa orang prajuritnya, untuk segera menyeret tabib tua itu menuju ke penjara bawah tanah dan akan segera dieksekusi esok hari.
Para pelayan yang mendengar ucapan dari sang Kaisar pun terlihat ketakutan, keringat dingin mengucur di sekujur tubuh mereka, wajah mereka tertunduk, jelas mereka mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain, tapi mereka tak ingin bernasib sama seperti yang terjadi pada tabib tua, dan hanya bisa diam seraya tetap menundukkan kepalanya
Tak lama kemudian, Kaisar pun mendekati permaisuri Xue Yi, istri pertama Kaisar Wei Hang itu terlihat begitu sedih, wajahnya memerah dengan mata yang sembab.
"Yang mulia." Panggil permaisuri Xue Yi.
Kaisar Wei Huang hanya melirik sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Semua ini pasti ulah dari anak selir sialan itu." ucap permaisuri Xue Yi.
"Apa maksudmu?" tanya sang Kaisar, dia terlihat bingung mendengar ucapan yang dilontarkan oleh permaisurinya.
"Kalau saja Putraku tidak lahir bersamaan dengan lahirnya putri dari selir sialan itu, aku yakin jika Putraku pasti masih hidup, ini pasti karena bayi yang dilahirkan selir itu membawa nasib buruk untuk Putraku." ucap sang permaisuri.
"Dia itu bayi pembawa sial, yang mulia harus segera menyingkirkan bayi itu dari istana ini, agar tidak menambah kesialan di masa depan." ucap permaisuri Xue Yi melanjutkan ucapannya dan memprovokasi Kaisar Wei Huang.
Sang Kaisar terlihat tertegun mendengar ucapan dari permaisurinya, sejenak dia pun berpikir, hingga Tak lama kemudian dia segera memanggil beberapa orang prajurit untuk memberikan titah agar memindahkan selir Xuan Yang beserta Sang Putri ke Paviliun yang ada di ujung paling belakang istana kekaisaran.
Paviliun yang sudah rusak dengan kayu yang telah lapuk, yang tak terpakai dan juga sangat kecil.
Kaisar Wei Huang pun hanya memberikan satu orang pelayan, untuk mengurus selir dan juga Putri yang baru saja dilahirkannya. Setelah memberikan titah, Kaisar Wei Huang pun segera kembali menuju ke paviliun naga, dia masih sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh permaisurinya, tentang sang putri yang merupakan pembawa sial untuk kekaisarannya. Namun sebagai seorang Kaisar, tentu dia harus mendengarkan ucapan dari sang permaisuri.
.
.
.
Sementara itu di paviliun mawar, sepeninggalnya Kaisar Wei Huang, permaisuri segera memanggil para pelayan kepercayaannya, dia segera memberikan sebuah perintah yang sangat rahasia untuk Segera dilaksanakan.
"Cepat buang bayi itu! jangan biarkan siapapun mengetahui jika saat ini aku telah melahirkan seorang bayi yang cacat." ucap permaisuri seraya menunjuk ke arah sudut kamarnya.
Para pelayan pun segera mengambil bayi itu dan menyelinap keluar dari Paviliun mawar, mereka membawa sang pangeran mahkota yang sebenarnya masih hidup, namun dalam kondisi yang cacat untuk keluar dari istana.
"Ayo cepat!" ucap salah seorang pelayan seraya menutup wajah mereka agar tak dikenali. Mereka segera berjalan dengan sangat hati-hati, dan langsung menuju hutan untuk membuang bayi permaisuri itu.
.
.
.
Sementara selir Xuan Yang saat ini tengah menangis sambil memeluk bayi mungil yang baru saja dilahirkannya, dia begitu sedih setelah tahu jika kaisar Wei Huang telah membuang dirinya bersama sang putri di paviliun yang sangat kotor dan rusak.
"Ibu harap, setelah kau dewasa nanti, kau bisa menuntut keadilan untuk kita, putriku." ucap selir Xuan Yang di sela tangisannya.