Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Ayah Septian memasukkan sebuah koper berukuran sedang ke dalam bagasi mobil. Kemarin pagi, Om Raka meneleponnya, meminta datang ke Bandung secepatnya, tapi satu jam kemudian, saat dia masih packing barang, tiba-tiba ditelepon lagi, katanya tak perlu datang, masalah udah clear. Entah masalah apa yang dimaksud, Om Raka tak mau cerita. Sebagai seorang ibu, jelas Mama Nara kepikiran, takut terjadi sesuatu pada Alfath. Mumpung dia lagi dapat cuti, dia putuskan hari ini datang ke Bandung.
Sebuah mobil berwarna putih yang masih kinyis-kinyis, tiba-tiba memasuki halaman rumah. Hal itu jelas menarik perhatiannya. Dia mengerutkan kening, rasanya tak mengenali mobil tersebut, tapi kenapa langsung masuk ke halaman. Saat pintu mobil dibuka dari dalam, senyumnya langsung mengembang. Aydin turun dari mobil tersebut sambil menggendong Kilau.
"Opa... " panggil Aydin dengan menirukan suara balita.
"Kilau.. cantiknya Opa," Ayah Septian segera menyongsong, mengambil alih Kilau dari gendongan Aydin.
Dari bagian kemudi, terlihat Alula menuruni mobil. Wanita itu menghampiri Ayah Septian lalu mencium tangannya. Lula baru beberapa bulan yang lalu bisa bawa mobil, sekarang masih seneng-senengnya, kemana-mana, maunya dia yang nyetir.
"Mobil baru, Bang?" Ayah memperhatikan mobil warna putih di depannya. "Masih nyicil rumah, kok ambil mobil baru? Apa gak keberatan di cicilan?"
"Cash," ujar Aydin yang langsung membuat Ayah menatapnya.
"Banyak duit juga kamu? Tahu gitu, dulu Ayah jadi dokter aja."
Aydin dan Alula kompak tertawa. Dikiranya gampang apa, jadi dokter, semua-semua pada mau jadi dokter.
"Kalau semua pada mau jadi dokter, ntar siapa yang jualan kopi? Kalau kerja malam, suka ngantuk," canda Aydin.
Ayah Septian memperhatikan dengan seksama mobil baru milik anaknya tersebut. Dia tahu itu bukan mobil murah. Aydin bisa punya uang sebanyak ini dalam waktu singkat, kenapa dia jadi khawatir.
"Keren kan, Yah?" Aydin berujar bangga.
"Bang, duitnya halalkan?"
"Hasil ngepet," celetuk Alula yang langsung membuat mata Ayah melotot.
"Yang bener kamu, La? Kenapa gak ngajakin ayah sekalian?"
Lagi-lagi, Aydin dan Alula tertawa terpingkal-pingkal. Kilau yang berada dalam gendongan Ayah, berusaha merosot kebawah, minta diturunkan, biasa, anak kecil gak bisa anteng.
"Jangan sayang, kotor, turun di dalam aja," Ayah Septian membenarkan posisi Kilau.
"Dia udah bisa jalan, Yah," ujar Alula.
"Loh, cucu Opa udah bisa jalan?" Ayah Septian menatap cucunya. "Hebat!" dia lalu menyiuminya sampai Kilau tertawa cekikikan akibat geli kena jenggot opanya.
Ayah Septian menurunkan Kilau pelan-pelan, meski kedua kaki bocah itu sudah menapak di tanah, kedua lengan Ayah masih beradi disisinya, takut tiba-tiba oleng. Melihat Kilau mulai berjalan, dia mengikut di belakang, benar-benar tak mau meninggalkan, takut jatuh.
"Gak papa, Yah, dia udah pinter kok jalannya," ujar Aydin. "Udah mau jadi kakak soalnya."
Ayah Septian menoleh kearah Aydin dan Alula. "Lula hamil lagi?"
Alula menggigit bibir bawahnya, tersenyum malu karena hamil lagi saat usia Kilau masih setahun lebih dikit.
"Alhamdulillah," ucap Ayah Septian. "Anak itu rezeki, harus disyukuri. Banyak anak banyak rezeki, bener gak, Bang?"
"Banyak anak kepala pusing, itu yang bener," sahut Aydin.
"Heis, gak boleh ngomong gitu. Buktinya, Alula baru hamil anak kedua aja, kamu udah bisa beli mobil baru."
Aydin tergelak, tak menyangka jika ayahnya percaya kalau itu mobil hasil kerjanya.
"Itu mobilnya Alula," ujar Aydin.
"Mobil kamu juga," ralat Alula sambil memegangi lengan suaminya.
"Lula ngidam mobil baru, terus dibeliin sama Papa. Untung mintanya gak sama aku, bisa-bisa, beneran ngepet aku, Yah."
"Hahaha... " Ayah Septian dan Alula kompak tertawa.
"Gara-gara nikah sama kamu, udah mulai pinter becanda dia, La," Ayah melihat ke arah Alula. "Dulu, boro-boro, udah kayak kanebo kering, kaku. Ngomong-ngomong, enak dikamu dong, Bang, mendadak punya mobil baru, gratisan." Memang mujur nasih anak sulungnya itu, dapat mertua sultan yang baik banget.
Mama Nara keluar dari rumah sambil membawa sebuah kotak. "Loh, ada Kilau. Oma kok gak dikasih tahu sih." Dia meletakkan kotak di dalam bagasi yang masih terbuka, menghampiri Kilau yang sedang berjalan di dekat mobil lalu menggendongnya. "Cucu Oma udah bisa jalan, perasaan kemarin belum deh. Kita udah berapa lama gak ketemu sih, La, Kilau kok tiba-tiba bisa jalan aja?"
"Kami kesini seminggu sekali, tiap aku libur, berarti ya seminggu kita gak ketemu, Mah," Aydin menyahuti. Dia memperhatikan bagasi mobil orang tuanya. Ada banyak sekali barang disana. "Mau kemana sih?"
"Ke Bandung, nengokin Alfath," sahut Ayah Septian.
"Ikut, aku kangen, Al," ujar Alula penuh semangat.
Mendengar itu, Aydin langsung menoleh dan melemparkan tatapan tajam pada istrinya. Sadar telah salah bicara, Alula mengalihkan pandangan, mendekati Kilau dan pura-pura sibuk dengan putrinya itu. Astaga, habis ini pasti ada acara ambek ambekan, siap-siap deh mikir jurus buat ngerayu.
"Beneran mau ikut, La?" tanya Mama Nara. "Ayuklah, biar ramai. Al pasti suka di tengokin keponakannya yang cantik ini," dia mencubit pelan pipi Kilau.
"Gak usah, Mah. Aku baru pulang kerja, ngantuk," ujar Aydin.
"Kamu bisa tidur di mobil kalau ngantuk. Lagian hari ini kamu liburkan? Ayo ikut aja, masa gak kangen sama adiknya?" bujuk Mama Nara.
Sebenarnya memang kangen, tapi masalahnya, Alula suka lepas kendali kalau sudah sama Alfath, dan itu membuat dia cemburu.
"Ya udah, kalau kamu capek, biar Lula sama Kilau saja yang ikut," saran Ayah. Tentu saja, Aydin tidak setuju.
"Ya udah aku ikut," Bisa gak tidur siang malam dia karena memikirkan Alula dan Alfath sedang ngapain di Bandung. Sebenarnya dia sudah berusaha menekan rasa cemburu itu, tapi setiap kali melihat kedekatan Alfath dan Alula, rasa itu datang tanpa bisa di cegah, dia cemburu.
Kisah Aydin dan Alula, ada di novel yang berjudul SEMALAM DENGAN MAS DOKTER