Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke barat 10
Kereta terus bergerak. Meninggalkan mereka. Yang tengah beradu jiwa melawan kepungan lawan-lawan tangguh. Inilah perjuangan yang sesungguhnya. Dan mempertaruhkan segalanya demi satu kemenangan. Karena kalau sampai kalah, maka perjalanan itu juga akan pupus, serta tak bakalan sampai di barat. Lokasi yang mesti di tuju. Sebab memang Langkah selanjutnya adalah menuju ke daerah tersebut dengan mengatasi semua rintangan. Dan rintangan di awal perjalanan mereka adalah mereka, yang kini di hadapan dan siap untuk bertarung. Disinilah segala mesti terjadi. Tak harus menunggu. Kalau kira-kira mereka bisa mengatasi, untuk apa semua menunggu hanya untuk menonton. Bukankah lebih baik menuju ke Lokasi yang sudah jelas, dengan tujuan yang pasti. Dengan harapan yang sudah jelas, pasti menang, pasti akan dating Kembali. Itulah satu tujuan. Dimana tak mesti sama-sama pada satu tempat, yang akhirnya membuang banyak waktu. Sehingga berganti peran untuk seterusnya, sudah pasti bakalan bisa dilanjut dan di kembangkan ke tujuan berikutnya yang lebih menantang.
“Bagaimana guru?” tanya Guan-zu setelah duduk di kursi kereta. Dia bakalan melecut kudanya. Namun masih memikirkan para rekan yang tengah menghadapi keroyokan banyak orang itu. Rasanya tak tega juga melihat mereka di kepung oleh musuh yang sangat banyak dengan sudah pasti hebat-hebat. Mengingat mereka datang dari jauh, dengan proses yang berat, serta sampai di situ sudah menghadapi halang dan rintang, baik oleh tingginya gelora, maupun hempasan badai yang di lintasi. Itulah salah satu kekuatan yang berhasil mereka tempuh dari satu perjalanan Panjang yang tidak mudah tadi.
“Ya sudah, terus saja,“ ujar Moli-hua yang juga sudah ada di dalam kereta. Bagaimanapun sangat penting untuk membuat sampai pusaka-pusaka itu ke kerajaan di barat tersebut. Seiring dengan tugas dan kewajiban sebelumnya yang sudah di sepakati.
“Mereka?“
“Sepertinya Yin-ying dan lainnya bakalan mampu mengatasi.“
Dia sudah merasa yakin. Sebab suaminya dan para murid lain yang di sayangi tersebut, memang sudah di ketahui, mempunyai ilmu yang sangat hebat. Termasuk darinya yang hampir semuanya sudah di ajarkan. Dan kini sebagai orang yang cukup ilmu, untuk segera turun gunung. Dan sebelum itu, kali ini ada tugas berat, yang mesti di atasi, sebagai bagian awal dari langkah panjang mereka dalam menghadapi hidup sebagai pendekar pilih tanding. Karena pendekar tak hanya mesti membela yang lemah, namun lebih jauh lagi, mesti bisa mengatasi lawan yang sebagai lawannya. Sehingga hidup atau mati yang akan di hadapi sudah menjadi satu tujuan yang akhirnya tak perlu di sesali. Di sana jiwa petualang nya sudah menyatu. Sehingga hanya harus bangga dan bangga atas apa yang sudah terjadi. Dengan berbagai bonus atas kemenangan serta kepedulian akan lingkungan serta jiwa iba-nya akan orang lain yang lebih kecil dan tertindas.
“Begitu…“
“Ya.“
Sudah mulai melepas segala rasa. Agar tugas dan tujuan utamanya mampu di selesaikan dengan baik dan benar, sehingga semua itu sudah di anggap taka da, dan dalam Langkah selanjutnya sudah merasa ringan. Bahkan sudah bisa di katakan kalau beberapa kisah sebelumnya sudah pupus. Sehingga taka da beban lagi dalam melanjutkan Langkah, sehingga perjalanan ke barat tersebut bisa di lakukan dengan sukses dan bakalan bisa Kembali dengan gemilang, akibat semua kisahnya di lalui dengan manis.
“Baiklah..“
Hey…
Kereta di gebrak.