Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Hari ini saat Randy kembali menemui Gio di sekolahnya, ia tak menyangka Alya sudah ada di sana. Alya juga tampak sendirian menunggu Gio dan anak-anak panti lainnya. Tidak ada Nana di sana.
“Alya,” panggil Randy lirih memelankan langkahnya saat mendekati mama Gio itu.
Dengan tenang, Alya membalikkan badannya. Kali ini ia tak seperti orang ketakutan. Alya tampak bisa mengontrol emosi dan perasaannya untuk terlihat tegar di depan Randy.
“Aku sudah bilang berhenti temui Gio. Dia bukan anakmu, kamu sendiri yang pernah mengatakannya,” ujar Alya lirih tanpa otot.
Menundukkan sedikit kepalanya, Randy meminta maaf atas ketidakmampuannya untuk berhenti menemui Gio dan segala dosanya di masa lampau. “Aku hanya ingin menebus kesalahanku pada kamu dan Gio, Alya. Aku sungguh minta maaf dan menyesal. Aku siap jika kamu ingin menghukumku atas semua kesalahanku.”
Randy juga mengutarakan alasannya dulu memperlakukan Alya tak baik, yang tak lain adalah karena kesalahpahamannya atas perbuatan Om Tama yang akhirnya ia tahu dari Bu Yusi.
“Aku tidak butuh penjelasan apa pun. Kalau kamu ingin menebus kesalahanmu, pergi lah dari hidup kami!” pinta Alya tegas.
Menggelengkan kepalanya, Randy siap melakukan apa pun untuk menebus kesalahannya, asal bukan menjauhi Gio. Bagaimana pun, Gio adalah darah dagingnya. Ia yakin Gio pun juga tak akan mau berhenti menemuinya.
“Aku akan menikah dengan Davin, dia akan bertanggung jawab atas Gio. Jadi, mulai sekarang jauhi kami, kamu pun punya keluarga sendiri,” ujar Alya tenang tapi tegas.
Terdiam sejenak, Randy tak menyangka Alya akan secepat itu memutuskan untuk menikah dengan lelaki yang baru dikenalnya. “Apa Davin bisa menyembuhkan traumamu?"
“Iya. Dia yang bisa menyembuhkan trauma masa laluku akibat perbuatanmu. Dan kamu, hanya akan membuat luka itu kembali terasa perih.” Dengan lantang Alya menjawab.
Tak lama, terdengar suara teriakan Gio yang baru saja keluar kelas memanggil Randy dan berlari ke arahnya.
“Gio senang Om bisa ke sini lagi,” ujar Gio begitu polosnya dengan mengusap lembut wajah Randy yang terlihat sendu.
Semakin tak dapat menahan kesedihannya, Randy hanya bisa tersenyum.
“Om kenapa? Apa Om dimarahi Mama?” tanya Gio bak orang dewasa yang ingin menjadi penengah.
Menggeleng, Randy tak henti tersenyum dan menggenggam tangan Gio yang masih menempel di pipinya.
“Gio, ayo pulang,” pinta Alya menggandeng tangan sang anak.
Melepaskan tangan mamanya, Gio tak ingin pulang, hingga Alya terpaksa meninggikan suaranya karena kelepasan.
Randy pun seketika memeluk Gio yang menangis akibat suara tinggi Alya. “Gio, nurut sama mama ya, jangan buat mama marah."
Tak ingin berlama-lama berada dalam situasi menyesakkan dadanya seperti ini, Alya kembali menggandeng tangan Gio meski harus sedikit memaksanya.
Gio yang masih menangis, terus menoleh belakang ke arah Randy yang masih berlutut, sementara Randy hanya bisa terdiam menahan kesedihannya. Hatinya masih terguncang akan ucapan Alya yang akan menikah. Itu artinya, ia benar-benar harus mengikhlaskan Gio diasuh lelaki lain dan tak lagi bisa menemuinya.
Menegarkan hatinya, ia bangun dari posisinya dan meninggalkan sekolah Gio untuk kembali ke kantor.
***
Randy terkejut bukan main ketika mendapati laporan dari Geni bahwa obat yang Lia temukan adalah pil KB.
Tak bisa berpikir positif, tentu pikiran Randy tertuju pada Nadia. Jika dihubungkan dengan pernikahannya selama ini yang tak kunjung memiliki anak, tentu sangat masuk akal. Apalagi jika dikaitkan dengan laporan Lia tentang pembicaraan Nadia dalam telepon, dugaannya semakin bulat. Ada tujuan tertentu Om Tama menikahkannya dengan Nadia.
Tak bisa membendung amarahnya, ia melempar gelas yang ada di atas mejanya. Begitu banyak rahasia yang ia tak tahu. Yang lebih menyesakkan lagi, ia terpaksa kehilangan Alya sedari awal hingga saat ini.
Sedangkan Geni hanya bisa berdiam diri di sudut ruangan melihat amarah tuannya itu.
Tak bisa lagi mentolelir perbuatan Om Tama, Randy benar-benar tak ingin tinggal diam. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi salah seorang anak buahnya untuk memerintahkan melakukan sesuatu. Ia juga memerintahkan sesuatu pada Geni. "Kamu masih ingat 'kan papa mertuaku, papa Nadia?"
Mengangguk, Geni tampak paham apa yang harus ia lakukan setelah Randy mengatakan lebih detail tentang tugasnya.
Di tempat lain, Alya dan Davin kini semakin sering pergi bersama, seperti sore ini. Meski belum ada rasa, Alya mencoba membuka hatinya pada lelaki yang ingin menikahinya itu. Meski juga hatinya masih ragu, apa iya orang tua Davin telah bisa menerimanya sebagai menantu, dengan riwayat pekerjaannya sebagai seorang asisten rumah tangga dan yatim piatu. Apalagi, ia belum pernah bertemu dengan orang tua Davin, meski Davin selalu mengatakan bahwa keluarganya telah menyetujui mereka. Tapi, bujukan Bu Puri akan masa depan Gio seakan mampu mengalahkan rasa ragunya.
Saat mereka baru saja berpamitan, Pak Antonio tampak tak suka melihat mereka pergi bersama.
“Ibu yakin Alya akan bahagia bersama Davin? Apa tidak terlalu cepat mereka menikah? Bapak lihat Alya masih belum luwes. Sepertinya, dia belum bisa menerima Davin,” ujar Pak Antonio beropini.
Merasa hal itu wajar, Bu Puri berpendapat tak mengapa jika Alya masih butuh waktu, yang penting mama Gio itu sudah mulai bisa bergaul apalagi bersedia menjalin hubungan dengan lelaki baru. “Demi Gio, Pak. Alya harus memikirkan masa depan anaknya.”
Meminta untuk tak berpikir aneh-aneh, Bu Puri meminta suaminya juga ikut merestui hubungan Alya dengan Davin.
“Bapak tidak lupa ‘kan, cerita Ibu kemarin, tentang apa yang sudah paman Randy itu lakukan. Ayah Alya meninggal juga karena ulahnya, yang membuat penyakit jantungnya kambuh sampai akhirnya meninggal di tempat. Itu juga yang membuat Linda begitu tegas meminta Randy menjauhi Alya, karena ia takut pamannya semakin berulah lebih sadis,” jelas Bu Puri.
Menghela nafas panjangnya, Pak Antonio seakan masih berada di pihak Randy, bahwa ayah biolog*s Gio itu tak bersalah, semuanya terjadi karena kebusukan paman Randy.
“Intinya, Ibu setuju jika Davin segera menikahi Alya, biar Randy tak mengganggu mereka lagi, sebelum Randy meracuni Gio lebih dalam,” lanjut Bu Puri meninggalkan suaminya.
Sementara itu, Alya yang masih berada dalam perjalanan, dibuat bingung karena perjalanan mereka seakan tak kunjung sampai tujuan.
"Kita mau makan di mana, Vin?" tanyanya mulai tak tenang.
"Ada, di suatu tempat yang kamu belum pernah kunjungi. Sebentar lagi sampai kok, kamu pasti suka tempatnya," jawab Davin yang masih fokus menyetir.
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu