Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Randi, tolong bantu aku untuk menggugurkan kandunganku," pinta Rania.
Randi terkejut mendengar permintaan Rania. "Kau yakin?" tanya nya seolah tak yakin.
"Ya, aku takut aku tidak bisa mengikuti saran mu tadi. Karena baru makan sedikit saja aku sudah muntah, dan.." ucapan Rania terhenti.
"Dan apa?" tanya Randi penasaran.
"Dan aku tidak bisa mencium aroma tubuh Farhan," sahut Rania pada akhirnya.
"Farhan ada di sana?" tanya Randi lagi.
"Ya, dia datang dan aku langsung memuntahkan isi perutku. Kalau aku seperti ini terus, maka mereka akan tahu jika aku tengah mengandung, Randi."
"Bagaimana jika aku tidak jadi bercerai dari Farhan hanya karena sedang hamil?" tanya Rania putus asa.
"Rania, tenang dulu. Jangan gegabah mengambil keputusan," sahut Randi menenangkan.
"Apakah Farhan masih ada di rumah itu?" tanya Randi.
"Ketika aku masuk ke kamar, dia masih ada di meja makan," jawab Rania.
"Baik. Begini, kau tidak mungkin pergi apabila ada Farhan, Rania. Jika pun aku menjemputmu, dia pasti akan curiga dan mungkin lebih parahnya dia akan mengikuti kita," jelas Randi.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Rania panik.
"Tenang Rania, jangan panik. Aku akan mengirimkan obat anti mual untukmu. Jika kau meminumnya, maka rasa mual mu akan menghilang, oke?" sahut Randi memberi solusi.
Rania menghela nafas. Ia merasa lega mendengar saran dari Randi. Tidak salah jika ia mempercayakan banyak hal pada Randi.
"Baiklah," jawab Rania.
"Tapi kau harus memastikan tidak ada yang membukanya selain dirimu. Aku akan membungkusnya rapat agar tidak membuat orang curiga, apa kau mengerti?" jelas Randi.
"Baiklah aku mengerti. Terima kasih telah membantuku Randi," ucap Rania.
"Tidak masalah Rania. Tapi aku minta kau jangan pernah berpikir untuk pergi menggugurkan kandunganmu ya. Karena itu sangat berbahaya," pesan Randi yang merasa khawatir.
"Aku akan mengingatnya," jawab Rania.
"Oke, kau tunggu obat dariku dan jangan mendekati hal yang membuatmu mual, termasuk Farhan. Jika bisa, hindarilah ia," ucap Randi.
"Baiklah, terima kasih," sahut Rania kemudian menutup teleponnya.
Rania merasa bersyukur bisa mengenal Randi. Laki-laki itu memang selalu bisa diandalkan setiap kali ia membutuhkan pertolongan.
Rania memilih untuk tetap berada di dalam kamarnya. Ia duduk bersandar pada dinding tempat tidur dan membaca majalah.
Tiba-tiba terdengar pintunya diketuk.
"Rania, mama bawakan kamu roti selai coklat sayang," ucap mama Laura.
Rania beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan untuk membukakan pintu kamar. Terlihat mama Laura datang membawa nampan berisi susu dan roti selai coklat. Mama Laura meletakkan makanan di meja dan duduk di samping Rania.
"Ma, apa Farhan masih ada?" tanya Rania.
"Iya sayang, Farhan masih ada di ruang tengah bersama papa," jawab mama Laura.
Rania memakan rotinya perlahan, pikirannya tertuju pada obat yang akan dikirimkan oleh Randi. Ah mengapa Farhan tidak lekas pergi dari sini sih?
Mama Laura tahu jika Rania merasa gelisah jika Farhan masih ada di rumah ini. Tapi ia juga tidak bisa mengusir Farhan begitu saja.
"Sabar ya sayang, papa sedang berbicara soal perceraianmu. Farhan sedang membaca berkasnya. Tapi ia mau tandatangan berkas itu jika kamu sudah menandatangani nya terlebih dahulu," jelas mama Laura.
"Oh begitu? Baiklah, aku akan segera menandatangani nya," sahut Rania.
"Kau tidak mau membacanya terlebih dahulu?" tanya mama Laura.
"Tidak perlu ma, aku yakin itu sudah yang terbaik," jawab Rania mantap.
"Baiklah, setelah Farhan selesai membacanya, mama akan berikan kepadamu," ucap mama Laura.
"Terima kasih ya ma," sahut Rania senang.
"Kalau begitu mama akan melihat apakah Farhan sudah selesai membacanya atau belum," pamit mama Laura kemudian pergi meninggalkan Rania.
Rania meneruskan makannya dengan perlahan untuk menghindari mual yang mungkin akan datang kembali. Tak lama kemudian, terlihat mama Laura kembali dengan membawa beberapa lembar kertas dan map.
"Rania, ini berkas perceraian kalian. Farhan telah selesai membacanya," ucap mama yang berjalan ke arah Rania.
Mama Laura meletakkan berkas beserta pulpen di atas meja, di samping makanan roti selai coklat yang hanya tinggal setengahnya. Rania menatap kertas itu dalam diam, kemudian ia segera membubuhkan tandatangan nya di kolom yang disediakan.
Ketika masuk ke kamar, mama Laura lupa menutup pintu, karena ia pikir hanya sebentar saja berada di sana. Sehingga membuat Farhan yang saat ini sedang berdiri di depan pintu, dapat melihat keadaan di dalam kamar itu.
Ia melihat Rania sedang membubuhkan tandatangan nya di atas kertas yang sedari tadi dibacanya. Ia hanya diam tanpa melakukan apapun. Tidak menghampiri, maupun tidak bersuara.
Ia hanya menatap dua wanita yang ada di hidupnya saat ini. Dan salah seorang diantaranya sedang berusaha melepaskan diri darinya.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤