valerie agtha colla yang harus mengulang hidupnya karena sebuah kesalahan dimasa lalu. penyesalan yang ia kira hanya untuk sementara nyatanya membuatnya terpuruk, hingga tuhan memberinya kesempatan untuk merubah jalan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 30
****************
"cel kamu ngapain disini?" tanya viona dengan wajah bingungnya melihat axel yang berada didepan stand sayuran sambil mendorong sebuah troli.
Axel tak menjawab lelaki itu sibuk dengan ponselnya yang entah kapan sudah berada ditangan lelaki itu.
Valerie berjalan mendekati sayuran dan pura pura tak mendengar ucapan viona.
'bunda tolongin valerie' batin valerie yang kebingungan milih sayur apa yang akan ia beli. Tangannya sibuk memilah namun, hatinya ketar ketir mendengar bagaimana viona dengan gencarnya terus mengajak axel mengobrol.
Meski axel menanggapi seadanya saja namun, berhasil membuat hati valerie dongkol.
"axel denger gak sih aku ngomong dari tadi?" rengek viona karena ia sudah berbicara panjang kali lebar namun hanya ditanggapi deheman oleh axel.
valerie kesal dengan axel yang seolah menerima kehadiran viona diantara mereka. jika boleh jujur ia tak ingin ada wanita lain disekitar axel. Katakanlah ia egois namun, itulah yang ia inginkan ia tak mau berbagi dengan wanita lain meski itu hanya mengobrol. Valerie menggelengkan kepalanya bagaiamana bisa ia memiliki pikiran yang sangat egois itu.
Valerie melirik kearah axel yang sedang fokus dengan ponselnya entah apa yang sedang ia lakukan dengan ponselnya itu.
Valerie menghela nafas lelah lalu ia kembali dan menggandeng tangan axel. tanpa menyapa viona ia segera membawa axel pergi.
"tunggu valerie" viona memegang lengan valerie membuat langkah wanita itu terhenti. Lalu ia menoleh kearah viona dengan kening yang terangkat sebelah. Menandakan ia sedang bertanya 'ada apa?' .
"mau kemana?" tanya viona lagi dengan wajah yang sedikit kesal karena melihat valerie menggandeng lengan axel.
"bukan urusanmu" jawab valerie dengan nada dingin.
"tunggu" ucap viona lagi saat valerie hendak melangkah meninggalkannya.
"apa lagi?" tanya valerie memutar bola matanya malas. Sunggu ia tak ingin lagi beramah tamah dengan viona si calon bibit pelakor itu.
"aku ada urusan dengan axel. Bisa gak tinggalkan kami berdua?" ucap viona tanpa rasa bersalah. Mendengar ucapan viona valerie menoleh menatap axel yang seakan tak mendengar ucapan mereka barusan.
"sorry, aku gak bisa" jawab valerie dengan sorot mata yang lebih dingin lagi. Bisa bisanya wanita didepannya itu memiliki keberanian memintanya meninggalkan axel?. Sampai lebaran monyet pun ia tak akan meninggalkan axel apa lagi harus bersama wanita lain.
"please valerie, jadilah adik yang baik. Aku hanya ingin membicarakan suatu hal yang penting dengan axel" seketika darah valerie mendidih mendengar pernyataan viona yang mengatakannya harus menjadi adik yang baik.
"apa kamu ingin pergi bersamanya?" tanya valerie menoleh kearah axel. Mendengar itu axel mengalihkan perhatiannya dari ponselnya kewajah valerie. Dan dapat ia lihat jika wajah valerie saat ini sedang kurang bersahabat. Bukannya panik axel malah tersenyum senang melihat ekspresi wajah valerie saat ini.
"enggak baby" jawab axel mengelus tangan valerie yang sedang menggandeng lengannya.
"lo sudah dengar bukan? Axel tidak mau pergi bersamamu. Dan lagi disini gue harus bilang, maaf gue bukan adiknya axel! Gue pacaranya" ucap valerie.
"bohong!!" teriak viona. tidak, pasti valerie sedang mengerjainya.
"kamu pasti berbohongkan untuk mengerjai saya" ucap viona kembali dengan suara yang sedikit meninggi.
"Dan gue gak maksa lo buat percaya. Namun, satu yang harus lo tau itu adalah kenyataannya" valerie melangkah meninggalkan viona bersama axel. Ia tak ingin lebih lama menjadi tontonan orang disana.
Axel menghela nafas saat valerie menghempaskan tangannya dengan kasar. Ia juga tak menyangka jika akan bertemu dengan viona disana. Bukan cuman satu kali namun, berkali kali sudah axel menolaknya. Namun, tak membuat viona menyerah gadis itu selalu mendekatinya tanpa rasa lelah.
Brakkkk.... Dentuman pintu mobil yang ditutup dengan keras membuat lamunan axel buyar. Ia segera masuk kedalam mobilnya sesekali ia melirik kearah valerie yang terlihat sangat dingin.
"kita akan kemana?" tanya axel sambil menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan area parkiran supermarket.
"pulang" jawab valerie tanpa mengalihkan pandangannya.
Hening tak ada yang mengeluarkan suara baik axel mau pun valerie bungkam. Gadis itu memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya disandaran kursi. Moodnya yang tiba tiba hancur karena kehadiran viona yang merusak semuanya. Rencana awal mereka adalah berbelanja semua kebutuhan dapur dan keperluan mereka setelah itu mereka berencana akan menonton dibioskop. Namun, harus ambyar gara gara kehadiran viona.
Bukan hanya viona yang valerie kutuk dengan axel juga tak luput dari umpatannya. Jika saja lelaki itu mau menjauhi viona atau menegaskan tentang hubungan mereka. Ia yakin pasti wanita itu mau mengerti, namun, tanpa ia ketahui sudah berulang kali axel mendorong viona dari hidupnya. Tapi, dengan keras pula viona bertahan seperti parasit dihidup axel.
"jangan kuat kuat menghela nafasnya nanti nafasnya habis" ucap axel yang sesekali menoleh menatap gadisnya.
"itukan yang lo suka supaya gue cepet koid? Supaya lo bebas tebar pesona kesana kemari" ucap valerie yang membuka matanya namun, tidak menoleh kearah axel.
Citttttt.... Axel menginjak rem dengan mendadak karena mendengar ucapan valerie. Terdengar klakson yang saling bersautan dari arah belakang untung saja tidak terjadi kecelakaan atas tindakan yang axel lakukan.
Axel kembali menjalankan mobilnya lalu menepikan dibahu jalan saat ia mendapati jalan yang sedikit lenggang.
"mengapa berhenti?" tanya valerie tanpa menoleh kearah lelaki itu. Terdengar helaan nafas berat berasal dari sampingnya.
Lama lelaki itu diam tanpa suara hingga terdengar suara kursi yang dimundurkan. Ya axel memundurkan kursinya dan sejurus kemudian ia meraih tubuh mungil valerie membawanya naik diatas pangkuannya dengan sekali gerakan.
"apa yang kamu lakukan" valerie yang kaget dengan tindakan axel yang sangat cepat itu.
Axel menatap wajah valerie kemudian ia mengecup bibir gadis itu. Yang awalnya cuman kecupan kini berubah menjadi lu***** kecil secara bergantian bibir atas dan bibir bawahnya.
Hahhhhh.... Gadis itu menghirup oksigen dengan rakus saat axel melepaskan tautan bibirnya.
"kamu mau mem....
Cup....
Axel kembali meraup dan me****** bibir valerie. rasa panas dan geli kini menjalar diseluruh tubuh gadis itu dan jangan lupakan tangan axel yang tinggal diam. Ia ikut menjelajahi seluruh t**** gadisnya itu.
"cel" protes valerie karena ia hampir kehabisan nafas. Terlebih lagi ia tak bisa mengimbangi ci******* yang axel lakukan padanya.
Axel mengelus bibir bawah valerie menggunakan ibu jarinya. Terlihat bengkak dan basah akibat ulahnya bibir axel terangkat menyunggingkan senyuman.
"enggak cel. Bibir aku dower nanti" valerie mendorong dada pria itu saat ia melihat lelaki itu hendak mendekatkan kepalanya lagi ingin menc******** bibirnya kembali.
"apa yang membuat moodmu berubah?" tanya axel dengan tatapan yang tak pernah lepas dari wajah valerie terutama bagian bibir berwarna pink alami itu. Yang sudah menjadi candu baginya rasa manis dan kenyal selalu membuatnya ketagihan.