Chantika Anastasya gadis berusia 17 tahun yang meninggal karena rem mobilnya blong yang menyebabkan ia menabrak truk yang ada di depannya.
Bukannya mencari pertolongan, ia malah tersenyum senang karena ia pikir setelah ini ia akan pergi ke surga dan melepaskan semua beban yang sudah ia pikul selama ini.
"Syurgaa.....I'm coming"
Tapi bukannya ke surga, chantika malah terjebak di tubuh gadis culun yang ternyata memiliki masalah hidup yang cukup berat dan rumit.
Lalu apakah Chantika kuat menjalani kehidupan barunya dengan semua masalah yang ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chryssa_Dike, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Memang suhu badan Chaca sudah turun, tapi tetap saja Marka khawatir jika mengajak sang istri untuk keluar malam-malam, kan angin malam tidak baik untuk tubuh. Apalagi imun tubuh istrinya itu tidak sekebal dulu.
"Ya sudah iya, sekarang cepat ganti baju, biar saya tunggu disini"
Mendengar persetujuan dari sang suami, Chaca pun senang dan langsung berdiri.
Chupp....
"Terimakasih suami tampanku, sebentar ya biar istrimu yang cantik ini ganti baju dulu" ucap Chaca setelah berhasil mengecup pipi sang suami.
Marka sendiri masih mematung karena mendapatkan serangan mendadak dari sang istri. Ia merasakan banyak kupu-kupu yang berterbangan diperutnya.
'Kenapa kamu makin-makin sih Cha, saya kan jadi gampang berpaling dari Yura' batin Marka tanpa sadar.
Setelah menghabiskan waktu hampir 15 menit, akhirnya Chaca pun keluar dari walk in closet. Marka yang melihat itu pun sedikit kaget.
"Ganti" ucap Marka dingin
"Apa?"
"Cepat ganti bajumu"
"Kenapa? Ini kan bagus, coba lihat" ucap Chaca sambil memutar-mutarkan badannya.
"Gak, cepetan ganti"
"Ihhh kenapa sih, orang bagus juga. pokoknya Chaca gak mau ganti ya"
"Ya sudah kalau gak mau ganti, kita nggak usah berangkat" ancam Marka.
"Ihhh, kenapa sih lo ngeselin banget" ucap Chaca sambil berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Melihat tingkah sang istri barusan, Marka tersenyum. Tapi tiba-tiba ia mengingat sesuatu yang membuatnya kesal.
'Baju seperti tadi dia bilang bagus? Orang baju kurang bahan gitu kok dibilang bagus' dengus Marka.
"Pakai baju yang tertutup, jangan pakai baju yang kayak tadi lagi" teriak Marka pada Chaca yang sedang ganti baju
"Iya, bawel banget sih" teriak Chaca kesal.
Marka yang mendengar teriakan sang istri barusan hanya bisa tertawa geli. Entah kenapa saat melihat Chaca memakai pakaian yang sedikit terbuka membuatnya sedikit jengkel dan tidak rela jika sang istri keluar dengan pakaian seperti itu, sedangkan jika bersama Yura ia tidak pernah mempermasalahkan pakaian apa yang kekasihnya kenakan.
Setelah mengganti baju, Chaca pun keluar dengan pakaian yang lebih tertutup dari pakaiannya tadi.
"Ayok" ucap Chaca kesal
"Iya sebentar, saya ambil jaket dulu"
Setelah itu mereka pun berangkat ke supermarket depan kompleks dengan berjalan kaki, sekalian cari angin kalau kata Chaca.
"Enak nggak sih mas udaranya, sejuk,nenangin dan damai banget rasanya" tanya Chaca sambil berjalan mundur menghadap sang suami.
"Iya enak" jawab Marka seadanya.
Setelahnya mereka pun terus berjalan kearah supermarket yang akan mereka tuju. Diperjalanan tidak ada yang membuka percakapan sampai Marka ingat sesuatu untuk ditanyakan kepada sang istri.
"Cha" panggil Marka pada sang istri.
"Kenapa mas?" tanya Chaca sambil mendongak menghadap sang suami
"Saya mau tanya sesuatu boleh?"
"Tanya apa mas?"
"Tanya sesuatu, tapi nanti jawab yang jujur ya"
"Iya mas, emangnya mau tanya apa sih?" tanya Chaca penasaran.
"Badan kamu kenapa banyak sekali bekas lebam-lebam?" tanya Marka sedikit penasaran.
Chaca yang mendapatkan pertanyaan itu sedikit membelakkan mata kaget. Tapi ia berusaha untuk tetap bersikap biasa saja.
'Anjing, kenapa sih nih orang pake tau segala, kan jadi nggak seru' batin Chaca
"Mas tau dari mana, kalau badan Chaca banyak lebam?" ucap Chaca sedikit gugup
"Jawab pertanyaan saya dulu Cha, bukannya malah tanya balik"
"Ahhh iya, sebenarnya itu mas....itu lo....." ucap Chaca gagu
"Kenapa sih Cha? Kalau jawab yang jelas dong"
"Itu sebenarnya Chaca ada masalah disekolah, tapi mas nggak perlu khawatir, Chaca bakal atasi semuanya kok"
"Masalah? Masalah apa memangnya sampai-sampai badanmu jadi lebam lebam"
"Ahhh kamu ikut tawuran disekolah ya" tebak Marka ngawur.
"Enak aja kalau ngomong, Chaca nggak se bar-bar itu ya sampai-sampai ikut tawuran" ucap Chaca tidak terima, karena ia dituduh ikut tawuran.
"Lalu?" ucap Marka penuh penekanan.
"Ihhh ada pokoknya, tapi mas nggak boleh tau, nanti aja kalau udah waktunya, mas pasti tau sendiri kok"
"Ya sudah terserah kamu, tapi kedepannya jangan sampai lebam-lebam lagi ya" ucap Marka lembut. Mendengar ucapan sang suami barusan, ia jadi merasa diperhatikan oleh sang suami.
Tak terasa kini mereka berdua sudah sampai didepan supermarket. Mereka pun akhirnya memasuki supermarket dengan Chaca yang menggandeng lengan sang suami. Marka sendiri membiarkan sang istri melakukan itu semua, karena ia sudah lelah berdebat dengan sang istri.
"Ayo mas kita kesana, Chaca mau ramyeon yang itu" tunjuk Chaca pada rak ramyeon yang berjajar disana.
Marka memilih untuk menuruti kemauan sang istri, dan berjalan kearah rak yang tadi ditunjuk sang istri. Setelah sampai Marka mengambil ramyeon yang ia ingin kan, dan tidak lupa mengambil sebuah kopi kemasan.Chaca sendiri sudah mengambil ramyeon dan susu pisang yang ia inginkan.
"Sudah?"
"Sebentar mas, Chaca mau ambil camilan juga. Boleh ya?" tanya Chaca pada sang suami. Dan hanya dibalas anggukan kepala saja
Setelah mengambil camilan yang ia inginkan, akhirnya Chaca pun mengajak sang suami untuk membayar semua belanjaan mereka. Sehabis membayar mereka langsung menuju kearah belakang supermarket untuk memasak ramyeon yang mereka beli tadi.
Ramyeon mereka sudah dimasak dan kini mereka berdua tengah menunggunya untuk matang sempurna. Sambil menunggu Chaca pun memakan camilan yang tadi ia beli. Sesekali ia juga menyuapi sang suami.
Mereka berdua sangat menikmati moment makan ramyeon bersama, sampai-sampai mereka tidak tau kalau ada seseorang yang tengah memperhatikan kegiatan mereka berdua dengan senyum getir.
"Pak lanjut jalannya"
Setelah menghabiskan makanan masing-masing, mereka berdua pun berjalan pulang dengan bergandengan tangan dalam diam tanpa ada yang membuka suara. Mereka benar-benar hanya berjalan saja.
Sesampainya di rumah, mereka pun langsung masuk ke dalam kamar dengan Chaca yang langsung mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur yang terbilang kurang bahan. Marka yang melihat itu hanya bisa meneguk ludahnya dengan kasar.
Marka berusaha menahan hasratnya, tapi ia tidak bisa, istrinya terus saja berjalan kesana kemari di depannya entah untuk apa, yang pasti sekarang ini ia benar-benar tidak bisa menahan hasratnya.
Karena sudah benar-benar tidak bisa menahan lagi, akhirnya Marka pun langsung menarik tangan sang istri yang tengah lewat didepannya dan langsung membanting sang istri di ranjang mereka dengan posisi Marka yang tengah menindih sang istri.
Chaca yang mendapatkan tarikan tiba-tiba dari sang suami pun kaget. Ia benar-benar tidak tau kenapa sekarang ia sudah berada dibawah tubuh sang suami. Padahal dari tadi ia kan mondar-mandir memikirkan cara untuk membalaskan dendamnya pada Mina.
Saat sadar dari lamunannya Chaca pun mulai membuka suaranya.
"Mas jangan gini ah" ucap Chaca risih.
"Kenapa hmm?" Jawab Marka dengan suara beratnya, dengan sesekali ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik sang istri.
Chaca yang mendengarkan jawaban dari sang suami barusan pun merasakan pipinya merah merona dan jantungnya serasa berpacu keras.