Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah Baru
Cia melompat lompat kecil setiap jalan karena merasa senang. Hari ini adalah hari terakhirnya bertemu dengan orang-orang yang tidak menyukainya. Jadwal shift sudah kembali seperti awal Cia masuk Restoran.
"Seneng banget Ci?" ucap Riko saat melihat Cia membuka loker untuk menyimpan tasnya.
"Sudah pasti dong, nananana" jawab Cia, dia bersenandung kecil menuju kamar mandi.
Cia nampak sangat terlihat senang, dia dengan rama tersenyum pada semua orang. Setiap hari memang ramah, tapi kali ini ramah yang benar-benar ramah, bukan di paksakan seperti seminggu belakangan ini.
Saat jam pulang tiba. Cia dan Riko berjalan bersama ke ruang karyawan, mereka juga sempat bertegur sapa dengan Sandra dan Chandra, juga teman lainnya.
"iiih, gatel banget sih jadi cewek"
"iya, sok baik, eh taunya jual diri juga"
"biasa, diam-diam menghanyutkan. Main bertiga lagi"
"Kok bisa ya Chandra nempel sama cewek modelan begitu"
"pasti dia juga mau sama tubuhnya doang. Gak mungkin dia mau sama cewek biasa begitu, murahan lagi"
Ucapan tiga orang perempuan yang bergerombol itu dapat di dengar Riko dan Cia dengan jelas.
"Siapa yang jual diri?" tanya seorang perempuan yang baru masuk dan ikut duduk bersama beberapa karyawan perempuan yang harusnya sudah pulang itu.
"Itu, kemarin ada yang lihat dia masuk ke dalam hotel sama om-om. Ada kok fotonya" salah seorang perempuan itu menunjukan ponselnya pada temannya.
Cia dan Riko saling pandang karena penasaran. Mereka berdua keluar begitu saja tanpa bertanya karena mereka tak saling berteman meskipun sudah seminggu kerja bersama.
"tuh, di tempat kerja juga nempel sama cowok sana sini"
Riko yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang Cia masih mendengar ucapan dari salah satu di antara mereka.
"aku tau siapa yang mereka maksud" gumam Riko pelan sebelum mengejar Cia yang sudah lebih dulu keluar dari Restoran.
Sudah beberapa hari sejak gosip itu keluar, dan sekarang justru semakin menyebar. Gosip yang tidak pernah ada itu jadi meleber kemana mana. Cia juga sudah tau siapa yang mereka maksud, dan foto seperti apa yang sudah tersebar. Tapi dia masih diam saja, karena teman satu shiftnya sudah tau siapa orang dalam foto yang tersebar itu.
"kenapa kalian diam saja? Kan itu sebuah gosip, apa kalian nggak mau mengghibah juga? Apa karena pria di foto itu mas Chandra jadi kalian diam saja?" tanya Cia pada para karyawan yang satu shift dengannya karena sekarang mereka sedang berkumpul di sebuah kafe setelah pulang kerja. Chandra yang membawa mereka semua.
"iya sih Ci, kita lebih nggak mau ikut campur juga, lagi pula kalian kan punya hubungan. Meskipun salah kan itu urusan kalian"
"iya Ci, beda cerita kalau kalian nggak saling sapa di tempat kerja eh taunya nginep bareng."
"lagi pula kita nggak percaya karena tau Chandra orang seperti apa Ci, dia nggak muda tergoda sama perempuan, apalagi cabe-cabean"
Suara teman-teman satu shift Cia itu saling bersahutan. Mereka semua berumur lebih tua daei Cia, hanya Riko dan Doni yang seumuran, dan Sinta yang lebih muda darinya.
"tapi kan ini topik hangat meskipun cuman fitnah. Enak buat bahan ghibah, biar dosa Cia banyak berkurang" ujar Cia lagi.
"yee nih anak,dosamu berkurang, lah kita otw neraka" ucapan Riko di angguki oleh orang-orang di sana.
"Mas Chandra kok biasa aja?" Cia kembali protes karena sedari tadi Chandra hanya sibuk makan dan minum.
"ya mau gimana lagi Ci? Santai aja, biarkan mereka ngomongin kamu kayak gimana juga. Nanti kita bungkam mereka dengan undangan pernikahan" Ujar Chandra, tangannya masih sibuk mengambil makanan dari piring yang berbeda.
"Lah! Keburu ganti nanti topik fitnahnya" Cia memutar duduknya untuk memunggungi Chandra. Pria itu tidak seru kalau lagi laper.
Mereka kembali mengobrol dengan ringan, sesekali tawa terdengar dari mereka karena lontaran lelucon dari para pria dewasa itu. Sampai jam 9 malam mereka baru bubar untuk pulang karena sudah cukup malam.
.
.
Sudah lewat dua minggu, tapi gosip itu tak kunjung mereda apalagi hilang. Meskipun itu tidak jadi masalah di shiftnya, tapi itu sangat menggangu karena saat jam pergantian shift, karyawan teman Mita masih menatapnya dengan sinis dan mencibirnya dengan kalimat yang tidak pantas.
"kasian orang tuanya, makan duit haram"
"iya, kok tega ngasih uang keluarganya hasil jual diri"
Ucapan-ucapan itu yang sering di dengarkan Cia selama dua monggu lebih. Tak masalah jika mereka berucap sinis padanya, tapi ada beberapa yang dengan keterlaluan menjelekkan orang tuanya.
"orang tuanya pasti banggalah, kan itu hasil didikkan mereka"
Kembali suara seperti itu terdengar di telinganya. Karena sudah tidak tahan, dia kembali keluar Restoran. Dia tidak perduli meskipun sudah tiba shiftnya bekerja sore hari itu.
"bangga banget sih ngomongin orang tanpa tau faktanya" ucap Cia saat tiga perempuan yang membicarakan dirinya tadi keluar dari pintu Resto.
"kalaupun saya menjual diri, bukankah diri saya sendiri yang rugi? Kenapa kalian sibuk mengurusi hidup orang lain? Dari pada membicarakan, katakan saja jika yang saya lakukan itu salah. Meskipun saya tidak melakukan apapun" Cia masih duduk dengan santai.
Ketiga perempuan itu masih terdiam sebelum salah satunya yang maju ke depan Cia.
"kan sudah jelas itu fakta, kamu di hotel sama dua pria, yang satu om-om dan satu lagi lebih muda? Nggak usah sok paling tersakiti, kenyataannya memang kamu murahan kan? Pasti bangga orang tuamu udah mampu mendidik kamu jadi perempuan murahan seperti ini" kata perempuan itu merendahkan Cia dengan sinis.
Cia menahan rasa kesalnya, dia sama sekali tidak tau nama ketiga orang di depannya ini karena memang dia tidak ingin tau.
"AAAAAKH" tanpa mengatakan apapun, Cia menjambak rambut perempuan di depannya. Sudah berkali-kali dia merendahkan orang tuanya, dan Cia sudah cukup sabar untuk menahannya selama ini.
"Aaauh, Aaakh, lepaskan bodoh" perempuan terus berteriak kesakitan. Cia menjambak rambutnya semakin kencang. Dia tidak perduli meskipun rambutnya juga di tarik perempuan itu dengan kencang.
"sssh, rasakan jambakan dari perempuan yang kamu bilang murahan ini. Ini baru didikan bapakku, kalau ada yang jahat balas." Cia meringis namun tangannya semakin kuat menarik rambut perempuan di depannya.
Dua perempuan yang juga membicarakannya tadi hanya terdiam menyaksikan Cia dan temannya saling jambak di parkiran para karyawan. Sampai akhirnya salah satu dari mereka berlari masuk ke dalam Restoran untuk meminta bantuan.
Greeep...
Chandra memeluk tubuh Cia dari samping untuk menghentikan perkelahiannya. Tangan kirinya melingkar di perut Cia, sedang tangan kanannya sibuk menghalau tangan kiri perempuan yang ingin kembali menarik rambut Cia.
"DON? BURUAN WOY" Chandra berteriak karena dua perempuan di depannya semakin beringas. Lengan Chandra sudah mendapat beberapa cakaran dari Cia dan perempuan yang tidak di kenalnya itu.
Doni menarik tubuh perempuan itu setelah Riko berhasil melepaskan kedua tangan perempuan itu daei rambut lawan masing-masing. Doni berhasil menjauhkan perempuan itu di bantu oleh Riko, karena perempuan itu berontak terus menerus ingin kembali menyerang Cia.
"Lepaskan mas. Cia sudah sangat kesal dengan perempuan itu" Cia masih berontak dalam pelukan Chandra. Gadis itu terus bergerak dalam pelukannya untuk kembali menyerang perempuan tadi.
"Ciara? Udah cukup Ci. Mas antar kamu pulang ok?" Chandra semakin erat memeluk Cia hingga gadis itu tidak bisa bergerak.
"hiks hiks hiks" isakan Cia mulai terdengan di dalam dekapannya.
"Ci? Are you ok? Apa yang dia katakan padamu? Katakan sama mas" Chandra dengan panik menangkup wajah Cia.
"Sakit mas, bekas jambakannya baru terasa, hiks hiks" adu Cia dengan mata yang berderai air mata.
Cia mendongak menatap Chandra yang masih memegang kedua sisi pipinya. Matanya tak sengaja melihat bekas cakaran panjang di leher Chandra yang mengarah ke belakang.
"ini kenapa? perempuan tadi yang nyakar leher kamu? Kurang ajar, sini kamu hey!" Cia kembali akan berlari menyerang perempuan tadi, tapi Chandra berhasil menangkapnya. Untung perempuan tadi sudah lebih dulu naik motor temannya untuk pulang.
"tenang mas, Cia bakal balas besok kalau ketemu" ucap Cia dengan semangat. Tangisannya sudah berhenti, bahkan rasa sakitnya sepertinya tak terasa lagi.
"nggak perlu Ci, biar nanti mas sendiri yang bakal balas ok?" hibur Chandra. Dia menarik tangan Cia untuk mengikutinya ke parkiran motor.
"Rik? Kunci motor" Chandra meminta Riko menyerahkan kunci motornya sebelum pria itu mamasuki pintu Restoran.
"Nih, anterin adek bar-barku pulang. Capek banget misahin mereka tadi" keluh Riko dengan nafas yang ngos-ngosan.
"bener, kita semua juga dapat tanda terima kasih dari perempuan tadi" Doni ikut menimpali. Ketiga pria di sana memang dapat cakaran dari perempuan tadi, apalagi dengan kukunya yang tajam-tajam itu.
"tenang aja Ci, aku emang kena gamparan tanganmu, tapi kuku pendekmu itu nggak mampu menyakitin kulit orang lain" ucap Riko saat melihat Cia yang menunduk seakan meyesal.
"tetep aja Cia menyakiti kalian, maaf!" Cia menunduk dengan wajah menyesalnya.
"santai aja Ci, udah biasa kan abang di gampar adek" ucap Riko lagi.
Cia menatap ketiga pria di depannya yang juga menatapnya dengan heran, sebelum akhirnya dia berlari memasuki Restoran lagi. Dia masih ingin bekerja, enak aja mau di anterin pulang.
Cia berjalan ke arah lokernya untuk mengambil sisir, dia menyanggul rambutnya dengan tusuk konde yang sebelumnya tidak dia pakai.
Saat Chandra masuk ke dalam Restoran bersama Doni dan Riko, Cia sudah duduk di kursinya dengan manis dan senyum ramahnya. Chandra meremas jemari tangan kanan Cia sebentar sebelum melanjutkan langkahnya ke meja bartender bersama Doni.
"kok tusuk kondemu baru muncul?" tanya Riko yang ikut duduk di sebelah Cia.
"kalau tadi Cia pakai ini bisa bahaya bangko, takut khilaf terus aku narik ini buat nusuk perempuan tadi gimana? Kata ayah tuh kalau ada yang berbuat jahat pada kita, harus di balas. Tapi jangan di bunuh, bisa masuk penjara nanti" ucap Cia dengan bangga.
"bagus Ci, pertahankan" ucap Riko.
Chandra, Riko dan Doni menatap Cia dengan takjub. Setelah marah, berkelahi, dan menangis. Sekarang dia sudah berjalan ke sana kemri melayani pelanggan dengan riang. Chandra tersenyum kecil saat menatap Cia yang sudah terlihat baik-baik saja. Dia lebih suka jika Cia mampu meluapkan emosinya, bukan hanya dia tahan dan justru melukai batinnya.
.
.
...****************...