Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Nicky bertepuk tangan kecil untuk menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Mereka yang sedang menunggu obat.
Bella langsung memeluk lengan suaminya itu. Tak menyangka jika wanita itu bisa muncul di rumah sakit ini. Steven lalu berdiri menghadap Nicky.
"Mau apa kau?" tanya Steven dengan suara lantang.
"Mau melihat kebahagiaan seorang pelakor yang telah berhasil merebut suamiku," jawab Nicky dengan sedikit keras.
Suara Nicky mampu mencuri perhatian orang-orang sekitar. Pandangan mereka langsung tertuju pada Bella. Terdengar suara bisik-bisik mereka yang mengatakan hal buruk tentang wanita itu.
Bella mempererat pelukannya, untuk menyalurkan kegugupan dan rasa malu karena menjadi pusat perhatian.
"Siapa yang palakor. Aku yang memilihnya, karena antara kita sudah tak ada hubungan," balas Steven.
"Bagaimana mungkin kau bilang tak ada hubungan? Aku ini masih istri sah mu, Steven. Apa kau sudah mengantongi surat cerai? Belum'kan? Itu artinya belum ada keputusan antara kita dan kau telah menggandeng wanita lain, dan saat ini sedang hamil. Sebutan apa yang pantas aku sematkan untuk dia selain pelakor? Atau mau sebutan yang lebih parah lagi?" tanya Nicky dengan suara mengejek.
Steven tak menanggapi ucapan istrinya itu. Dia lalu mengajak Bella untuk pergi meninggalkan tempat itu. Tak ingin semua akan mempengaruhi janin dalam kandungan sang istri.
Steven lalu menghubungi Han untuk secepatnya datang. Dia meminta pria itu saja yang menebus resep dari dokter tadi.
Ternyata Nicky belum puas dengan ucapannya. Dia tetap mengikuti pria itu. Steven menarik napas, dia tahu istri pertamanya itu ingin mencari masalah. Sengaja membuatnya kesal dan akhirnya akan melakukan kekerasan. Di saat itu dia akan membuat laporan polisi dan akan menekannya. Steven sudah bisa membaca taktiknya.
Steven meminta Bella duduk di dalam mobil. Dia yang akan menghadapi wanita itu.
"Mau apa lagi kau?" tanya Steven dengan ketus.
"Aku tak mau kau ceraikan. Kita buat kesepakatan yang tak akan merugikan kamu dan aku," ucap Nicky lagi.
Dia sengaja meminta salah satu orang suruhan untuk mengawasi rumah Steven. Dan berhasil, dia akhirnya bertemu suami dan madunya. Dia memang bertujuan untuk membuat malu wanita itu.
"Kesepakatan macam apa yang kau inginkan?" tanya Steven dengan sinis.
"Aku tak akan menuntut kamu karena berselingkuh. Aku juga tak akan memintamu berpisah dari Bella. Aku siap di madu. Dengan syarat waktumu harus lebih banyak untukku!" seru Nicky.
"Aku tak setuju dan aku akan tetap mengajukan cerai, mau atau pun tak mau, siap atau pun tak siap. Jangan buang waktumu untuk menemui ku lagi. Atau kau ingin aku melakukan hal yang tak akan kau lupakan seumur hidupmu?" tanya Steven dengan penuh penekanan.
"Steven, apa kau tak ingat saat pertama kita jadian. Bukankah kau yang menginginkan aku jadi kekasihmu dan kau juga yang meminta aku jadi istrimu. Kenapa sekarang kau menceraikan aku begini!"
Nicky mulai merendahkan ucapannya. Dia juga mencoba mengeluarkan air matanya. Berharap Steven akan berubah pikiran.
"Baiklah, jika kau tak bisa bersamaku lebih lama, waktumu boleh lebih banyak ke Bella, karena dia sedang hamil. Aku tak akan menggangu. Tapi aku harap jangan ceraikan aku. Aku akan menanda tangani surat izin untuk poligami," ucap Nicky selanjutnya.
Steven kembali tersenyum miris mendengar ucapan dari istrinya itu. Dia lalu mendekati Nicky. Wanita itu tersenyum berpikir suaminya telah berubah pikiran dan menyetujui apa yang dia katakan tadi.
"Maaf, aku tak tertarik kembali denganmu, justru aku akan menjatuhkan talak tiga. Mulai hari ini kita bukan suami istri lagi, dan aku jatuhkan talak tiga untukmu!" ujar Steven.
Setelah mengucapkan itu, dia lalu berjalan menuju mobil dan masuk secepatnya ke dalam mobil. Steven langsung melajukan mobil ke sebuah restoran. Mereka akan makan siang di sana.
Steven juga akan mengajak istrinya tinggal di apartemen lain miliknya juga. Di sana akan lebih aman karena tak bisa masuk jika tak terdaftar dan memiliki kartu akses masuk.
**
"Maaf, Andrew. Kita tak bisa meneruskan hubungan ini. Aku takut Papa tau. Mama telah mengancam ku, jika ternyata aku masih berhubungan denganmu, dia akan mengatakan semua dengan Papa. Jika dia tau, aku pasti akan di buang dari keluarga dan tak akan diberikan apa-apa," ucap Axel.
Di hadapan Axel saat ini duduk pasangannya Andrew. Mendengar ucapan pria itu dia begitu terkejut. Baru kemarin dia menghubunginya, dia masih bicara baik dan sayang-sayangan. Kenapa hari ini jadi berubah? Tanyanya dalam hati.
"Kenapa langsung berubah? Bukankah kemarin kamu masih mengatakan Sayang denganku?" tanya Andrew dengan suara pelan.
"Mama telah mengetahui semuanya. Dia tampak sangat terpukul. Aku tak mau membuat mama sakit," jawab Axel.
"Terus jika kita memutuskan selesai, apakah kamu yakin tak akan menjalin hubungan dengan pria lain lagi? Kamu yakin akan berubah?" tanya Andrew dengan sinis.
"Aku akan mencoba berubah, dan kembali ke kodratku," jawab Axel.
Mendengar jawaban dari Axel, tampaknya Andrew tak bisa terima. Dia menggebrak meja dengan kuat. Sehingga makanan banyak berserakan. Mereka jadi pusat perhatian.
"Apa kau pikir akan semudah itu terlepas dariku. Kau berubah pasti karena wanita itu! Kau jatuh cinta dengannya?" tanya Andrew dengan suara tinggi.
Andrew tak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang. Dia terus berteriak tanpa malu. Axel sudah berusaha menenangkan.
"Sudah, Andrew. Kita menjadi pusat perhatian!" seru Axel.
Steven dan Bella yang masuk ke restoran itu menjadi terkejut melihat Axel yang sedang berdebat dan menjadi pusat perhatian. Mereka berdua lalu mendekati meja tersebut.
"Apa yang kau lakukan. Apa kau tak malu menjadi pusat perhatian? Jangan katakan banci ini yang menjadi pasanganmu!" ucap Steven dengan suara penuh penekanan.
Steven memandangi Andrew, begitu juga dengannya. Pandangan pria jadi-jadian itu beralih ke Bella. Dia lalu berdiri.
"Bukankah ini wanita yang kau sebut akan menikah denganmu itu? Aku ingat dengan wajahnya. Dia Bella ...," tunjuk Andrew sambil menatap tajam ke arah wanita itu
Axel tampak terkejut dengan kedatangan abangnya dan Bella. Dia lalu ikut berdiri.
"Bang, pergilah menjauh. Aku janji akan membawa Andrew keluar. Aku tak akan berdebat lagi," balas Axel dengan suara pelan. Dia merasa malu karena banyak bisik-bisik terdengar membicarakan mereka. Dia juga takut Andrew melukai Bella, karena berpikir wanita itu penyebab dia berubah.
Walau sesungguhnya, Andrew ada benarnya. Dia memang memiliki perasaan yang berbeda pada wanita itu, tapi dia juga tak bisa lepas dari hubungan terlarang saat ini.
Sejak melihat Mama Marni yang sangat terpukul saat mengetahui kelainannya, Axel langsung berpikir untuk mencoba lepas dari hubungan tak sehat ini. Memang tidak mudah tapi dia akan terus mencoba.
"Kenapa kau menatap Bella seperti itu?" tanya Steven dengan suara lantang, tak suka istrinya ditatap begitu.
Tanpa di duga Andrew mengambil pisau dan mengarahkan pada Bella, dia tak terima jika Axel meninggalkan dirinya karena wanita itu.